Sunday 13 June 2010

Sungai Musi yang Indah!

toto zurianto

Mungkin tidak terlalu indah, kecuali di malam hari. Tetapi menurut saya, Sungai Raksasa ini sangat menjanjikan. Tidak saja sebagai sarana transportasi yang sangat penting, juga akibat cukup banyak perusahaan besar yang ada di tepi sungai. Satu hal lain yang di masa depan cukup menjanjikan, potensi pariwisatanya. Belum berkembang, tetapi akan memberikan manfaat besar apabila bisa dikelola secara lebih baik.

Monday 7 June 2010

Band Lokal Indonesia Tahun 70-an

toto zurianto

Kalau sekarang, musik Indonesia berkembang dengan sangat pesat, terutama group musik, sebenarnya tahun 70-an sampai 80-an juga menunjukkan graphik yang mirip. Indonesia pernah mengalami era Band-band (group musik) yang diawali oleh munculnya Koes Plus (Koes Bersaudara) sejak sebelum tahun 1970. Mereka, dengan mengambil gaya bermusik seperti the Beatle dengan lirik dan melodi yang sederhana, berhasil selama lebih dari 10 tahun merajai pentas musik Indonesia, termasuk keberhasilannya menciptakan lagu-lagu terkenal dan menjualnya ke seluruh Indonesia. Di Jakarta, ketika itu, yang muncul tidak hanya Koes Plus, tetapi juga diikuti oleh band-band lain yang cukup beken, antara lain Panjaitan Bersaudara (Panbers) yang merilis album Akhir Cinta sebagai best album yang masih tetap diminati sampai sekarang.

Band-band ibukota lain yang tidak mau kalah, misalnya; D'Lloyd's, Rasella dan Ivo's Group. Tetapi secara bersamaan, Group Musik lokal juga tidak kalah hebat, bahkan mampu mengembangkan sayapnya secara nasional. Dari Bandung yang paling terkenal adalah Trio Bimbo, Group Bimbo (Trio Bimbo + Iin Parlina). Ratusan lagu sempat dikeluarkan oleh Group Bimbo yang dimotori oleh Sam, Acil, dan Jaka. Bandung-pun selanjutnya menjadi kiblat musik Indonesia disamping Jakarta, misalnya melalui The Rollies yang juga berpengalaman bermain di luar negeri dan sempat menerbitkan album di Singapore. Rollies yang bermetamorfosis melalui berbagai formasi, termasuk The New Rollies di tahun 80-an, adalah salah satu group musik yang banyak memainkan musik-musik brass ala James Brown. Group Musik dan Musisi Bandung lain yang mewarnai blantika musik Indonesia antara lain, Freedom (Freedom of Rhapsodia), Giant Step, Harry Rusli Group, dan Super Kids.

Di Surabaya, kitapun pernah mendengarkan sebuah kelompok Underground yang paling terkenal, AKA Group. Group Rock yang dimotori Ucok Harahap ini, tercatat sebagai salah satu band paling terkenal, tidak hanya melalui aksi panggungnya, tetapi beberapa albumnya sempat bertengger di tangga radio di seluruh Indonesia. Pemuda tahun 70-an umumnya tidak bisa melupakan beberapa nomor AKA yang paling terkenal, seperti Badai Bulan Desember, Dunia Buram, dan Grazy Joe! Tetapi Surabaya bukan hanya AKA. Ada sebuah Group manis yang lebih banyak membawakan lagu-lagu pop, dialah the Gembell's, anak-anak Unair dan ITS, antara lain Victor Nasution yang bertindak sebagai vocalistnya. Gembell's sendiri akronim dari Gemar Belajar, menunjukkan bahwa, meskipun menjadi anak band, mereka tetap concern belajar sebagai mahasiswa. Beberapa lagu top yang dihasilkan the Gembell's antara lain; Kota Pahlawan, Sura dan Buaya.

Di beberapa kota lain, masih ada band lokal yang memiliki banyak penggemar, tetapi kurang dikenal di daerah lain, misalnya di Medan kita bisa menemukan band The Rhythm Kings, the Great Session, dan the Minstrel's. Padang melahirkan Band Lime Stone yang dimiliki oleh PT Semen Padang, dan Mariani's Band milik Hotel Mariani's Padang. Di Palembang terkenal dengan band The Golden Wing yang melahirkan lagu Mutiara Palembang.

Kini, semua band-band tersebut bisa dikatakan sudah 90% hilang, ada yang bubar, ada yang jarang main, tentu saja, banyak juga musisinya yang sudah cukup tua dan tidak lagi bermain musik (sekitar 60-70 tahun). Bahkan beberapa sudah meninggal dunia. Hanya saja, bagi generasi 70-an, mendengarkan dan memainkan lagu-lagu mereka adalah obat kerinduan yang selalu menaik untuk dinikmati.

Friday 4 June 2010

Anggota DPR, Minta 15 Milyar

toto zurianto

Beberapa hari yang lalu, Fraksi Partai Golkar mengusulkan agar setiap anggota DPR diberikan uang sebesar Rp 15 milyar untuk membina daerah pemilihan masing-masing. Apabila usulan disetujui, maka diperlukan dana sekitar Rp8,4 triliun untuk membiayai 560 anggota DPR yang ada. Tetapi syukurlah, usulan tersebut serta merta mendapat tantangan dan penolakan luas oleh masyarakat, bahkan anggota DPR sendiri.

Menteri Keuangan, Agus Martowardoyo (AM), menilai usulan tersebut berpotensi melanggar ketentuan, melanggar prinsip pembagian tugas dan wewenang antara eksekutif dan legislatif. Ketua DPR juga tidak setuju dengan usulan tersebut yang dinilainya aneh.

Ketua Badan Anggaran DPR yang juga politisi Partai Golkar Harry Azhar Azis mengatakan bahwa usulan tersebut adalah salah satu cara bagi anggota DPR untuk melaksanakan sumpahnya, yaitu memajukan rakyat di daerah pemilihannya (Kompas, 4 Juni 2010). Sedangkan Eva Kusuma Sundari, anggota DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyebutkan bahwa dana partsipasi itu sebagai dana fasilitasi pembangunan yang tidak diberikan ke anggota DPR dalam bentuk tunai (dana segar) tetapi diberikan dalam bentuk disposisi politik. Melalui disposisi politik, anggota DPR memutuskan agar pemerintah melakukan kegiatan tertentu untuk pembangunan di daerah tertentu yang diusulkan anggota DPR.

Meskipun banyak alasan yang disampaikan para anggota DPR, bagi masyarakat, upaya ini hanya disebut sebagai akal-akalan untuk mempertahankan kekuasaannya. Para anggota DPR dianggap sedang berusaha mempertahankan posisinya agar terpilih kembali pada pemilihan yang akan datang karena telah memberikan sesuatu bagi masyarakat pemilihnya. Cara anggota DPR ini juga disebut sebagai jalan pintas, merusak tatanan demokrasi dimana keingan masyarakat bawah akan selalu dijawab dengan uang.

Kini sangat menyesalkan ketika diskusi seperti ini dengan seenaknya keluar dari pemikiran para anggota DPR yang bisa kita nilai sebagai pemikiran yang sempit tidak konseptual. Sebenarnya melalui fungsinya yang ada sekarang, anggota DPR tetap mempunyai peran yang kuat untuk melakukan control atas alokasi budget yang dilaksanakan pemerintah.

Thursday 3 June 2010

Garuda Kembali ke Eropa!

toto zurianto

1 Juni 2010 adalah hari bersejarah bagi Garuda, maskapai negara (carrier flag) yang dalam tahun-tahun terakhir tidak mampu dan juga dilarang untuk terbang ke benua biru itu. Sebagai anak bangsa kita bolehlah berbangga, kini setidak-tidaknya pesawat kita (wakil Indonesia) sudah bisa kita saksikan di lapangan udara Schipol, Amsterdam dan Dubai, Uni Emirat Arab sebagai pelabuhan transit.

Untuk hidup dan bersaing dalam dunia penerbangan modern, bukan mudah, dan tidak bisa hanya mengandalkan fasilitas dari pemerintah. Garuda, sama seperti penerbangan kelas dunia lain, dituntut untuk mampu profesional dan mengandalkan kemampuannya sendiri. Garuda harus bisa mencari pesawat sendiri, beli tunai atau kredit (leasing), atau pinjam pesawat. Garuda juga tidak bisa mengandalkan pelanggan negara, seperti adanya kewajiban kepada pegawai negeri untuk menggunakan pesawat Garuda apabila bepergian di dalam dan ke luar negeri. Garuda pada dasarnya sama dengan maskapai nasional lain yang perlu "berjuang" untuk mendapatkan pelanggan, perlu bersaing untuk mendapatkan pesawat yang murah, dan diharuskan membayar hutangnya seperti penghutang lain tanpa ada fasilitas negara.

Perubahan cara pandang (paradigma) dalam mengelola bisnis penerbangan, khususnya dalam mengelola penerbangan Garuda, merupakan keharusan. Manajemen perlu diberikan kebebasan dalam memilih option-option terbaik yang akan dilakukan, sehingga bisa memberikan hasil yang lebih baik.

Garuda harus bisa berdiri sejajar dengan maskapai penerbangan internasional lain, bahkan dengan Singapore Airline. Tentu saja kita tidak perlu menunggu hingga memiliki pesawat Airbis A380 untuk mampu bersaing dengan Singapore. Garuda, saya meyakini akan mampu bersaing dan memberikan pelayanan yang sama baiknya dengan yang diberikan Singapore Airline, bahkan saya yakin bisa lebih baik dari itu. Kini dengan armada Airbus 330-200 yang baru, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan B747 atau A380, Garuda tetap mempunyai peluang untuk merebut pasar internasional yang sudah terlalu lama ditinggalkan. Apalagi Garuda sudah berencana akan mendatangi 10 pesawat B777 300 ER terbaru yang mulai masuk tahun 2011.

Momen kembali ke Eropa adalah pertanda untuk tidak lagi mundur dan selalu maju. Situasi ini terutama harus didukung oleh manajemen dan SDM yang profesional! Pendekatan lama yang cenderung lebih kekeluargaan, perlu dihilangkan sesegera mungkin. Garuda bukan milik pejabat atau orang-orang tertentu. Garuda adalah milik dari para pembayar yang mempunyai hal untuk mendapatkan pelayanan terbaik tanpa pilih kasih.