Wednesday 25 May 2016

Membasmi Kemiskinan dan Ketidakadilan

toto zurianto

Meskipun cukup tebal, tetapi buku Joseph E. Stiglitz ini perlu untuk dibaca. Bagi Indonesia yang tetap masih berkutat dengan kemiskinan dan ketidakadilan (poverty and unequality), termasuk kesulitan dalam menyiapkan lapangan kerja, sungguh kita harus tidak bosan membaca tulisan Stiglitz ini. Buku The Great Divide; Unequal Societies and What We Can Di About Them (2015), menjadi penting dan referens bagi para pengambil keputusan. Apakah di negara yang belum cukup maju seperti Indonesia, bahkan untuk kasus Amerika Serikat, hal ini penting untuk diperhatikan. Bagi Stiglitz,  kebijakan Amerika untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya sungguh sulit untuk dipahami.

Tentang ketidakadilan (unequality), di Amerika, 91 persen harta kekayaan negara berdasarkan GDP, ternyata dinikmati hanya oleh 1 persen penduduk terkaya. Jadi 99 persen rakyat Amerika ternyata tidak menikmati apa-apa. Situasi ini sudah berlangsung lama. Kebijakan Ekonomi Amerika Serikat sejak zaman Presiden Reagan, sudah tidak pro terhadap penduduk miskin.

Pandangan Stiglitz tentang ketidakadilan, perlu mendapat perhatian para pemimpin negara. Tidak hanya pemerintah Amerika Serikat. Terutama menyangkut 4 isu yang dinilai akan besar pengaruhnya kepada upaya meningkatkan kapasitas ekonomi rakyat. Pertama, perlu melihat ketidakadilan yang ternyata sudah meluas tidak hanya di negara miskin. Bahkan paling parah di Amerika Serikat dan Negara-negara maju.



Isu kedua, adanya kekeliruan di dalam mengelola ekonomi dan manajemen. Banyak kesalahan yang dilakukan oleh para pengambil keputusan. Tentunya bisa mengakibatkan masyarakat semakin tertekan.
Selanjutnya mengenai globalisasi yang membuat aspek eksternal dan internasional, menjadi sangat sensitif. Ekonomi internal kini menghadapi persaingan yang ketat. Pengetatan dan efisiensi, diperlukan untuk meningkatkan daya saing.
Terakhir mengenai peran pemerintah dan pemerintah regional, termasuk sangat penting.


Perizinan Indonesia; Bikin PT cuma 30 Menit

toto zurianto

Sebuah iklan pagi ini, Mendirikan Perseroan Terbatas hanya 30 menit. Tidak perlu ke kantor Dirjen AHU. Langsung saja ke kantor Notaris, Siapkan dokumen, KTP dan NPWP. Lalu bayar PNBP, dan tunggu dalam 30 menit. Dijamin selesai.

Ini sebuah pencapaian luar biasa. Sebuah kantor pemerintah yang dikenal sangat birokratis dan biasanya harus membayar ini itu, kini berani memasang iklan perizinan cepat. hanya dalam waktu 30 menit, kurang dari 1 jam. Dijamin urusannya selesai.
Ini yang ditunggu-tunggu. Salah satu yang terkenal tentang Indonesia adalah soal perizinan. Kita selalu gagal bersaing karena birokrasi perizinan yang lambat. Pokoknya instansi pemerintah, termasuk di pemerintah daerah dan kepolisian, menyandang predikat sebagai pihak yang selalu lambat dan pungli. Sudah sejak zaman Pak Harto, kita mengumandangkan derakan anti KKN, Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Ini salah satu hal yang besar dan perlu direspon oleh yang lain. Dalam Global Competitiveness Index 2015-2016 yang diterbitkan World Economic Forum, ranking daya kompetitif kita masih perlu ditingkatkan. Saat ini kita berada pada posisi 37, masih tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN yang lain. Di atas kita Thailand (posisi 32), Cina (28), Malaysia (18), dan Singapore di posisi 2. Lalu, faktor apa yang menyebabkan posisi competitiveness kita masih belum bagus? ada 3 hal yang menjadi penyebab utama, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, korupsi, dan keterbatasan infrastruktur.  Keterbatasan Infrastruktur, tentu berhubungan juga dengan birokrasi pemerintah yang tidak efisien dan korupsi. Jelas ini termasuk soal, pelayanan perizinan yang lambat dan berbiaya tinggi.
Karena itu, pelayanan perizinan  30 menit dari instansi pemerintah, sungguh luar biasa dan bisa menjadi penular yang positip bagi semau jenis pelayanan kita.

Monday 23 May 2016

Film Indonesia; ADa APa DeNgAn CintA #2

toto zurianto

Film Indonesia kita sedang in, meramaikan panggung bioskop Indonesia. Jakarta terutama, film Indonesia mulai bisa bersaing. Bahkan dengan Film super Amerika terkenal. Bulai Mei ini, Ada apa dengan Cinta 2, tidak takut bersaing dengan Film Superhero Captain America yang terkenal. Di sebuah gedung bioskop, kita bisa menemukan, dari 6 theatre, hanya ada 2 Film yang diputar, Captai America dan Ada Apa dengan Cinta 2. Koq bisa? Memang bisa, dan itu juga cerita lama, ketika Film Indonesia menguasai seluruh bioskop nasional tahun 70-an, disamping Film drama India dan Film Silat Mandarin, Film Kung Fu  yang luar biasa.

Sekarang kita cukup bangga menyaksikan Ada Apa dengan Cinta 2 mampu menguasai pasar film kita. Bahkan bukan hanya Ada apa dengan Cinta 2. Juga Film My Stupid Boss yang sekarang mulai tayang di bioskop.

Ada beberapa hal yang membuat film kita mulai disukai penggemarnya. Pertama, themanya mulai membaik, tidak horor. Thema Percintaan memang sering old fashioned dan kuno. Tetapi dengan penanganan yang rapi, bisa dinikmati secara maksimal. Tidak kacangan, apalagi hanya sekedar pelampiasan nafsu atau sekedar film horor yang menjijikkan. Sekarang, apakah film drama atau komedi, lumayan bagus untuk dinikmati 90 menit tanpa membosankan. Seperti Ada Apa dengan Cinta 2, themanya biasa, tetapi bisa dinikmati. Ada sedikit konflik, tetapi lebih banyak hiburan menggembirakan. Penonton juga dimanjakan dengan travel Jogjakarta yang luar biasa. Termasuk mengunjungi Phuntuk Setumbu untuk menyaksikan mentari terbit dari sisi lain sekitar Candi  Borobudur. Termasuk wisata kuliner dan seduhan Kopi Indonesia yang indah dinikmati.

Disamping thema, soal teknik senematograpi dan penggarapan, juga semakin profesional. Penggarapan gambar sangat apik dan dengan tata cahaya yang bagus, tidak berlebihan tetapi cukup lembut. Teknik film memang semakin membaik. Banyak perubahan yang menbuat penonton mampu mengikuti alur cerita secara baik.

Lalu, dialognya juga lebih sederhana dan tidak berat. Penonton segala usia tidak perlu mengerutkan dahi untuk memahami alur cerita. Bagi yang tidak menonton AADC 1, tidak harus tersesat ketika hanya menyaksikan Ada Apa dengan Cinta 2. Semuanya berjalan mulus dan rapi. Perubahan cerita, tidak membuat orang tersesat dan bertanya.

Film Indonesia mulai memasuki babak baru. Nama-nama seperti Riri Reza dan Mirna Lesmana, sungguh sebuah jaminan dari sebuah kualitas. Termasuk nama-nama Melly Goeslaw yang menangani Original Sound Track dan Ilustrasi musik. Selamat Film Indonesia.

Saturday 21 May 2016

Indonesia Denmark Thomas Cup

toto zurianto

Hari ini, Indonesia bertemu Denmark di Final Bulutangkis Thomas Cup. Sebuah mencapaian luar biasa. Di semi final Indonesia menundukkan Korea Selatan 3-1. Ganda Indonesia Ricky Karanda Surwardi dan Angga Pratama menundukkan pasangan Korea Kim Gi-Jung dan Kim Sa-Rang dengan skor 21-15, 21-18.
Kita belum memenangkan Piala Thomas, tetapi ini sesuatu yang layak untuk diapresiasi, dihargai dan disyukuri. Boleh dikatakan, pencapaian ini adalah hasil kerja keras generasi muda yang belum begitu dikenal. Ada Kevin Sanjaya, Jonatan Christie, Anthony Ginting, juga Ikhsan Maulana Mustopa yang baru berusia antara 19-21 tahun. Sudah lama sekali kita tidak ke final, terakhir tahun 2010 yang akhirnya ditundukkan final. Prestasi terbaik Indonesia tahun 1996 ketika di final juga bertemu Denmark, dan menang.
Apakah ini pertanda kebangkitan olah raga Bulutangkis kita? Semoga begitu. Kita teringat era Rudi Hartono, Muljadi, Tjuntjun dan Djohan Wahjudi, ada Ade Chandra dan Christian. Mereka adalah para maestro bulutangkis kita. Termasuk Amril Nurman, Indra Gunawan, dan selanjutnya era Liem Swie King, Itjuk, dan banyak lagi.
Semoga ini sesuatu yang akan hebat. Bagaimanapun Bulutangkis sesuatu yang yang sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia.

Wednesday 18 May 2016

Pelantikan Para Dekan di Universitas Sumatera Utara

toto zurianto

Hari ini sejumlah Dekan terpilih, dilantik sebagai Dekan di beberapa fakultas di USU. Saya mengucapkan selamat, semoga USU lebih baik. Pekerjaan sebagai Dekan, juga Rektor, tidaklah ringan. Kualitas Hasil Didik menjadi tanggung jawab kita. Saya meyakini, ditangan para pejabat baru, yang sudah banyak melihat kondisi USU dan bagaimana di Universitas yang lain, bisa mengambil pelajaran penting untuk menyempurnakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
Banyak diantara para Dekan yang dilantik yang saya kenal. Saya men-support, Bapak/Ibu. Ini waktunya untuk melakukan perbaikan. Sebagai Dekan, tidak ada pilihan lain. Tugas kawan-kawan untuk meningkatkan kecerdasan para mahasiswa sehingga para lulusan menjadi hebat. Bisa bersaing memperebutkan pasar dan menjadi orang penting nantinya.
Bravo USU. 

Tuesday 17 May 2016

Pemimpin Partai; Harus membawa perubahan

toto zurianto

Setya Novanto (SN) dan Ade Komaruddin (Akom) bersaing memperebutkan posisi Ketua Umum Partai Golkar. Sidang pemilihan yang berlangsung sampai Selasa pagi, pada putaran pertama menghasilkan suara 269 untuk SN dan 167 untuk Akom. Keduanya berhak mengikuti putaran II karena sudah melebihi persyaratan minimal 30% di putaran I. Akom tidak lagi menunggu Putaran II, dan langsung legowo memberikan ucapan selamat kepada Setya Novanto untuk memimpin Partai Golkar 5 tahun ke depan.
Pemilihan yang syarat pertarungan sengit di kedua kubu, juga diwarnai gosip-gosip politik uang yang sulit untuk bisa dibuktikan, kini menghasilkan Setya Novanto sebagai Ketua Umum partai yang mempunyai suara pemilih cukup tinggi itu. Tidak heran kalau, selama pemilihan banyak orang yang penting yang melakukan berbagai pendekatan dan berusaha mempengaruhi para pemilih dan peserta. Termasuk yang paling hebat adalah turunnya Luhut yang dinilai sedang berusaha membawa suara Presiden ke kancah kepemimpinan partai Golkar. Turunnya Luhut membawa konsekuensi dengan pernyataan Jusuf Kalla yang memberikan suara yang berbeda.
Kini semuanya sudah selesai. Perang-perangan sudah usai. Tinggal bagaimana Setya Novanto mampu menjalankan roda partai sehingga mampu menjadi besar dan bermanfaat bagi Golkar, juga bangsa. Masyarakat menginginkan, bagaimana sebuah partai politik bisa memainkan peran yang lebih baik bagi bangsa ini.  Banyak yang harus diperbaiki. Harusnya dimulai di partai politik, lalu ke lembaga politik lain. Kini menginginkan, agar sistem politik Indonesia bisa lebih dewasa, bukan sekedar mengedepankan kepentingan politik partai dan segelintir orang.
Kini menginginkan bagaimana partai politik bisa membawa perubahan dan membuat Indonesia semakin jaya, semakin kuat dan memiliki integritas baik.

Monday 16 May 2016

Why Should Anyone Work Here!

toto zurianto



Kenapa kita memilih bekerja di sebuah organisasi tertentu? Apakah ini satu-satunya pilihan, atau kebetulan karena kita diterima untuk bekerja disitu! Semua dengan pertimbangannya sendiri-sendiri. Mungkin faktor penghasilan dan fasilitas, menjadi hal yang utama dan penting. Termasuk adanya kesempatan karir yang baik di masa depan. Juga kebanggaan bekerja di sebuah lembaga besar dengan peran yang besar. Seribu satu pandangan, bisa kita dengarkan.
Tapi, sebuah buku tulisan Rob Goffee dan Gareth Jone, berjudul “Why should anyone work here?” terbitan Harvard Business Review Press (2015), menjadi menarik untuk kita ikuti. Judulnya kelihatan cukup menggigit dan asyik. Konteksnya, cukup relevan bagi siapa saja, terutama bagi para pencari kerja kelompok fresh graduate. 
Bulan lalu, Otoritas Jasa Keuangan mengumumkan rekrutmen pegawainya. Lihat, antusiasme pelamarnya sangat luar biasa. Ada lebih 103 ribu fresh graduate Indonesia yang berjuang untuk memperebutkan sekitar 400 posisi Staf di OJK. Ini sebuah prestasi yang luar biasa. Memang penting untuk mendapatkan pekerjaan. Untuk kasus Indonesia yang jumlah pencari kerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan posisi yang tersedia, tidaklah heran ketika, persoalan penyediaan lapangan kerja cenderung sensitif. Orang tidak punya banyak pilihan. Mudah-mudahan bisa diterima. Tapi, bisa dipastikan, persoalan mendapatkan pekerjaan, bukanlah satu-satunya alasan. Banyak pertimbangan ketika seseorang harus memilih. Tetapi, lagi-lagi, kenapa kita bekerja di tempat kita sekarang bekerja?

Kenapa kita disini?
Ada beberapa alasan yang menurut Rob dan Gareth, sering menjadi pertimbangan orang untuk menetapkan pilihan pekerjaannya. Pertama, I work here because I like the way we do things around here. I like the values, and I like the culture. Nilai-nilai organisasi dan Kultur menjadi pertimbangan utama. Kita, sering menjadi sangat tertekan, ketika harus melakukan sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman dan kebiasaan kita. Misalnya, seseorang yang menempatkan faktor integritas sebagai sebuah nilai tertinggi, menjadi sangat tersiksa ketika berada pada sebuah lingkungan yang korup dan menghalalkan segala cara.
Kedua, kita lebih suka untuk bekerja pada lingkungan (kerja) yang (lebih) berprestasi, dibandingkan dengan lingkungan kerja biasa-biasa saja. “I work here because we win. We are a high performance orgnization’. Jelas tidak menarik kalau lingkungan kerja kita, jauh dari upaya untuk mencapai prestasi kerja tertentu. Karena itu, sistem dan lingkungan kerja, harus mampu menghidupkan nuansa kompetisi bagi sesama pegawai. Ini yang akan menghantarkan kita ke gerbang kemenangan. Budaya yang mendukung kita untuk mencapai semangat high performance antara lain melalui performance-based organization berbasis merit system.
Ketiga, I work here because of the employer’s reputation. Its image, its value proposition. The brand convinces me this is the place to be.  Ini banyak dipilih orang. Reputasi dan Brand adalah hal penting yang membuat orang suka bekerja. Tetapi, keduanya tidak mudah untuk diwujudkan. Memiliki reputasi, bukan sekedar karena lembaga atau perusahaan itu penting dan mempunyai otoritas yang luas. Tetapi, karena peran dan sumbangannya kepada stakeholders, dan bangsanya. Juga karena para Leaders dan Pegawainya yang terus bermimpi untuk mewujudkan organisasi yang  high performanace.
Terakhir, Keempat, I work here because I get involved in a way that absorbs me, energizes me, and enables an exceptional contribution. Ini penting dan sebuah lambang dari kehadiran. Jangan sampai kita hanya sebagai pelengkap penderita. Ada tetapi tidak berkontribusi. Get Involved itu lebih kritikal. Bahkan sering melebihi sebuah kompetensi dan harta. Tidak menarik dan bisa demotivasi, kalau kita tidak terlibat, atau tidak dilibatkan, atau tidak dianggap.
Bekerja, bukan semata untuk mndapatkan penghasilan, atau lepas dari predikat sebagai penganggur. Bekerja, punya dimensi luas. Ingin berkontribusi, ingin berprestasi, juga ingin memberikan pembedaan, atau karena ingin berada pada lingkungan yang hebat, Penting pula, bekerja, karena ini terlibat, bukan sekedar ada. Ingin get involved.

Robby Johan, Leaders pembawa Perubahan

toto zurianto

Jumat 13 Mei 2016, seorang bankir terkenal Robby Djohan berpulang menghadap sang pencipta. Tapi dia begitu terkenal dan telah menorehkan prestasi luar biasa pada bidang-bidang yang ditekuninya. Mula-mula dikenal sebagai CEO Bank Niaga, kini menjadi CIMB Niaga, sebuah bank nasional yang cukup terkenal. Bank Niaga bukan yang terbesar, mungkin hanya pada peringkat 6 sampai 10 pada masanya. Tetapi, telah memiliki sistem dan teknologi yang modern dan menjadi bank modern yang dikenal orang. Dia juga dikenal salah seorang yang membidani kelahiran Bank Mandiri, bank hasil merger 4 Bank BUMN; Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Robby juga melakukan Transformasi di PT. Garuda Indonesia, maskapai nasional yang ketika itu sedang menghadapi krisis keuangan luar biasa.
Robby Djohan; Leaders, bagaimana mengelola talent (photo SWA)


Robby Djohan; Leaders memberi Kesempatan (photo from SWA)
Banyak peninggalan yang lahir dari pemikiran Robby. Tetapi salah satu statement yang ditekankan Robby adalah tugas seorang CEO. bagi Robby, tugas CEO bukan mengelola bisnis, tetapi mengelola manusia. Waktu dan pikiran seorang CEO harus tercurah untuk membangun manusia dan talenta talenta. Saat ini sering terbalik. Bisnis penting, tetapi Manusia lebih utama. Kita mencurahkan waktu mengelola manusia, sehingga manusia yang bertalenta itu yang akan mengelola bisnis.   

CEO harus lebih banyak mencari talent-talent baru dan memberikan kesempatan ketimbang mengurusi bisnis (SWA). Jangan sampai menjadi Manajer Besar, bukan Leaders. Seorang Leaders hanya berbicara pada Top Strategic Level, yaitu Visioner, menjaga Values perusahaan dan siap men-drive para Leaders yang lain untuk melakukan eksekusi. Pemimpin harus memberikan kesempatan kepada bawahannya, kepada Manajer-manajer untuk berkembang. Jangan sampai semua ruangan mau dikuasai sendiri. Jangan sampai leaders menelorkan visi, menyusun strategi, juga menjalankannya sendiri. Leaders selalu memberikan kesempatan. Jangan-jangan bawahan mempunyai cara yang lebih baik dari kita.Selamat jalan Robby Djohan, bankir, leaders, dan seorang Guru Manajemen yang luar biasa.,


Kami Tjinta Perdamaian

toto zurianto

Mungkin tidak banyak yang tahu ungkapan Kami Tjinta Perdamaian di atas. Ini sebuah album rekaman Panjaitan Bersaudara yang pertama yang menjadi icon group musik itu. Panbers yang terdiri dari Hans Pandjaitan, Doan Pandjaitan, Benny dan Asido Pandjaitan, mulai main musik di Surabaya. Kemudian, sekitar tahun 1970, mereka hijrah ke Jakarta dan menetapkan pilihannya untuk menjadi musisi. Kerja keras mereka, akhirnya membawa mereka ke rekaman album pertama di Dimita Record pada tahun 1971, itulah Album Kami Tjinta Perdamaian (masih mengunakan Bahasa Indonesia ejaan lama, sebelum tahun 1972).



Album ini sangat spektakuler, dan mampu mengimbangi lagu-lagu Koes Plus dan Dara Puspita yang sudah lahir terlebih dahulu. Ada 12 lagu yang bisa dunikmati di album Kami Tjinta Perdamaian (KTP). Paling terkenal "Achir Tjinta" ciptaan Benny Panjaitan yang sering dinyanyikan anak muda ketika itu, bahkan sampai saat ini. Tapi bukan hanya Achir Tjinta, lagu-lagu lain juga sangat luar biasa. Tentu saja judul lagu "Kami Tjinta Perdamaian" yang menjadi judul album Panbers Volume 1 ini.
Yang juga patut dicatat, adalah lagu-lagu dalam bahasa Inggris.

Ketika itu memang  sedang "in" untuk melahirkan lagu-lagu dalam bahasa Inggris. Tidak hanya Panbers, juga Koes Plus atau AKA Group yang sering menyelipkan lagu-lagu dalam bahasa Inggris di setiap album yang mereka lahirkan. Hampir semua album Pop Indonesia Koes Plus sampai dengan Volume 6 diselipkan 2 atau 4 lagu dalam bahasa Inggris. Kalau AKA yang terkenal sebagai pemusik Under Ground, tentu saja tidak ketinggalan.
Panbers Volume 1 memang luar biasa. dari 12 lagu yang diciptakan sendiri, hampir semua ciptaan Benny Pandjaitan, 6 di antaranya lagu-lagu dalam bahasa Inggris, seperti; Djakarta City Sound, Bye Bye, No Tears for farewell, Colour of Your Heart, Haai, dan Let us dance Together. Lagu-lagunya juga bagus dan cukup menghentak.
Tetapi, dengarkan Kami Tjinta Perdamaian yang menurut saya, tidak saja alunan dan melodinya yang indah, juga pesan perdamaian yang dibawakannya, luar biasa.
Sekarang di era digital, youtube, dan on-line musik, kita masih bisa menikmati lagu lawas semacam album Panbers Volume 1 ini. Sungguh membuat kita ingat kembali masa-masa lalu, terutama beberapa ciptaan Benny yang luar biasa. Mari mendengarkan Hanja Semusim Bunga, Sendja Jang Indah, Hanja Padamu, dan Sendja Telah Berlalu. Dijamin luar biasa.






 

Wednesday 4 May 2016

Kembali Ingat Stephen R. Covey

toto zurianto

Minggu lalu, dalam perjalanan ke Amerika Serikat, aku dan beberapa teman berkesempatan mengunjungi Franklin Covey Center di Salt Lake City Utah. Atmosphere-nya sungguh luar biasa, karena berkesempatan mengunjungi sebuah pusat pembelajaran yang menjadi salah satu yang sangat terkenal di dunia. Ini tempat Stephen R. Covey, almarhum Dr. Covey, menyusun dan menyebarkan hal-hal yang perlu dilakukan oleh seseorang, ketika dia berinteraksi dengan pihak lain. Apakah anda seorang Pemimpin, atau sebuah pribadi biasa, anda perlu memiliki nilai-nilai tertentu yang menjadi panduan hidup anda.
Dr. Covey, sekitar 27 tahun lalu menghasilkan karya hebatnya yang sampai sekarang masih tetap menjadi acuan para pemimpin dan para pengambil keputusan perusahaan atau lembaga besar di seluruh dunia. Melalui The 7 Habits of Highly Effective People; Powerful Lessons in Personal Change, pemikiran Dr. Covey beredar di seluruh bagian dunia. Bukunya sendiri terjual lebih dari 25 juta copy yang juga diterjemahkan dalam 40 bahasa. Presiden Bill Clinton pernah mengundang Covey ke Camp David untuk membantu dan mengintegrasikan pemikirannya ke dalam keputusan-keputusan yang berhubungan dengan masa kepresidenan Bill Clinton. Pada tahun 2011, buku ini dicatat majalah Time sebagai salah satu dari 25 buku Bisnis Manajemen yang paling berpengaruh.