Salah satu pandangan utama yang harus
dipegang oleh Para Leaders dan Top Management pada perusahaan-perusahaan besar
atau atau organisasi/ lembaga penting adalah “semangat kebersamaan” dan
“kesatuan”. Sebuah cita-cita besar hanya bisa digapai melalui kolaborasi,
sebuah “team work” bukan individual atau sekelompok kecil orang.
Dalam konteks kenegaraan, sebuah pemerintah misalnya, juga hanya bisa dibangun melalui semangat kolaborasi yang kuat. Tidak hanya secara eksklusif bagi kalangan pemerintahan, juga perlu oleh pihak-pihak lain yang punya peran sama pentingnya. Bahkan pihak oposisi juga diperlukan, termasuk dari lembaga atau organisasi independen lain yang terbiasa memberikan pandangan berbeda.
Ketika sebuah organisasi atau lembaga, atau individu pemimpin tertentu, cenderung tidak membuka pintu komunikasi dan memberikan kesempatan, maka situasinya menjadi lebih sulit. Tanpa melibatkan banyak orang, tidak mungkin mendapatkan hasil maksimal. Bagaimanapun kompetensi tidak mungkin dibangun secara sendiri-sendiri. Apalagi dengan kesendirian, banyak orang yang suka untuk lebih otoriter. Merasa tidak ada yang lebih hebat dan mampu, maka kita cenderung sebagai satu-satunya jawaban. Tentu saja akan membuat lebih banyak orang menjadi semakin acuh tak acuh. Jangan kan adanya keinginan untuk memberikan pandangan alternatif, untuk menghadiri pertemuan saja bisa membuat orang enggan dan eneg. Situasi ini lambat laun membuat kita akan semakin tertinggal. Kenapa? Karena kita berpikir kita sudah mampu melakukan banyak hal.
Menganggap diri sendiri paling benar,
dan tidak mau mendengar pandangan lain. Telinga sudah lebih tertutup
seolah-olah menjadi pihak yang selalu paling benar dan paling pintar. Ini yang
diwanti-wanti oleh Peter Barron Stark dan Jane Flaherty (2010), tidak ada
keberhasilan organisasi tanpa melibatkan banyak orang. Sebuah Team Work memang
memberikan semangat yang berbeda. Bahkan kata Michael Jordan, Legenda NBA Basket
Amerika, “Tidak perlu ada SAYA dalam sebuah Team”. Untuk memenangkan sebuah
cita-cita, memang kita memerlukan orang terhebat, tetapi dia harus masuk ke
dalam sebuah Team yang Hebat juga.Dalam konteks kenegaraan, sebuah pemerintah misalnya, juga hanya bisa dibangun melalui semangat kolaborasi yang kuat. Tidak hanya secara eksklusif bagi kalangan pemerintahan, juga perlu oleh pihak-pihak lain yang punya peran sama pentingnya. Bahkan pihak oposisi juga diperlukan, termasuk dari lembaga atau organisasi independen lain yang terbiasa memberikan pandangan berbeda.
Ketika sebuah organisasi atau lembaga, atau individu pemimpin tertentu, cenderung tidak membuka pintu komunikasi dan memberikan kesempatan, maka situasinya menjadi lebih sulit. Tanpa melibatkan banyak orang, tidak mungkin mendapatkan hasil maksimal. Bagaimanapun kompetensi tidak mungkin dibangun secara sendiri-sendiri. Apalagi dengan kesendirian, banyak orang yang suka untuk lebih otoriter. Merasa tidak ada yang lebih hebat dan mampu, maka kita cenderung sebagai satu-satunya jawaban. Tentu saja akan membuat lebih banyak orang menjadi semakin acuh tak acuh. Jangan kan adanya keinginan untuk memberikan pandangan alternatif, untuk menghadiri pertemuan saja bisa membuat orang enggan dan eneg. Situasi ini lambat laun membuat kita akan semakin tertinggal. Kenapa? Karena kita berpikir kita sudah mampu melakukan banyak hal.
Bersama kita kuat; Sedikit demi sedikit sehingga menjadi Banyak dan Lebih Kuat |