Monday 21 May 2012

Memahami Kembali "Teori Kompetisi" Michael E. Porter

toto zurianto


Bagi mahasiswa MBA atau Sekolah Bisnis S1 tahun 1980-an sampai dengan akhir 1990-an, nama Michael E. Porter atau Porter saja, sungguh sangat tidak asing. Semua dosen dan mahasiswa terpesona untuk bermain pada pendekatan bisnis yang dikemukakannya. Salah satu yang paling penting adalah tentang Competition and Strategy dan Competitive Advantage yang diurainya melalui framework 5 Forces Strategy dan Value Chain.

Michael Porter memberikan pemahaman operasional mengenai strategi bisnis ketika harus berhadapan dengan perusahaan lain atau pasar global. Tidak hanya bisnis swasta, tetapi termasuk pula bisnis non profit dan mengukur kapasitas suatu negara untuk bersaing di pasar internasional
Beberapa waktu yang lalu ketika saya mengunjungi toko buku Periplus di Plaza Indonesia, ada satu buku menarik yang menggota saya untuk memiliki dan membacanya. Buku yang ditulis Joan Magretta, Senior Associate di Porter’s Institute Harvard Business School,  yang sebelumnya selama 20 tahun pernah bekerja bersama Porter dalam studi Competitive Strategy, memberikan kesempatan kepada kita, baik yang pernah membaca atau menyukai tulisan Porter, maupun para generasi muda yang berkeinginan untuk mengetahui uraian Porter secara lebih dalam.

Kita perlu mengetahui strategi kompetisi ini, tidak peduli latar belakang kita, apakah sebagai scholar (peneliti dan pengajar) sekolah bisnis di perguruan tinggi  atau sebagai praktisi yang sehari-hari mengendalikan perusahaan/organisasi untuk bertahan dan mencoba melakukan penetrasi di pasar nasional dan global.
Untuk memenangkan persaingan misalnya, selalu kita perlu melakukan analisis struktur industri dan kekuatan-kekuatan yang ada di sekeliling kita, seperti kekuatan/potensi pemasok (bargaining power odf suppliers), kemampuan tawar para pembeli (bargaining power of buyers), tantangan pesaing baru yang selalu mencoba untuk bersaing (threat of new entrants), produk dan jasa alternatif yang bisa menjadi pengganti (threat of substitute products or services), dan kedahsyatan tingkat persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang kini sudah ada di pasar (rivalry among existing competitiors).

Analisis framework ini akan menjelaskan harga dan biaya rata-rata produk atau jasa pada industri tertentu yang memperkaya keputusan kita apakah akan bersaing atau harus melakukan strategi lain. Termasuk apakah kita mampu melakukan positioning untuk memenangkan pasar.

Pada pendekatan yang lain, Porter juga memaksa kita untuk terus menerus melakukan kajian terhadap strategi value-chain untuk membantu kita memenangi persaingan. Tidak ada perusahaan atau negara yang bisa bekerja sendiri dan menjadi efisien atau memenangi persaingan tanpa melibatkan rantai ikat yang saling berhubungan. Perusahaan perlu melihat industri lain yang bisa menunjang daya kompetisinya, serta sekaligus sebagai pemasok bagi perusahaan lain yang menyebabkan daya tawar kita menjadi diperhitungkan dan kuat.
Mungkin bagi sebagian kita, pendekatan Porter ini terasa sudah mulai hambar. Tetapi Joan Margretta telah memberikan pemahaman lebih praktis bagi kita mengenai  kompetisi dan strategi memenangi persaingan.
Buku setebal 236 halaman + xi ini terdiri atas 2 bagian, Pertama mengenai kompetisi (what is competition), antara lain berbicara tentang pemahaman benar (baru) mengenai strategi yang bagi Porter haruslah menghasilkan “sustainably superior performance”. Mind-set yang benar itu haruslah melahirkan kinerja terbaik. Hal lain yang juga dibahas pada bagian pertama mengenai Five Forces Framework dan Value Chain yang disajikan secara lebih mudah.

Bagian Kedua mengenai strategi yang harus dilakukan (what is strategy) untuk menang, atau bagaimana selalu menghadirkan superior performance yang sustain. Penting untuk mengedepankan value proposition, yaitu elemen strategi yang selalu dikendalikan dari luar, atau eksternalitas, bukan atas potensi internal. Para pelanggan (customers)atau stakeholders harus menjadi fokus perhatian, jangan sampai prusahaan gagal memenuhi ekspektasinya.

Secara keseluruhan menurut saya, buku ini enak untuk dinikmati, terutama karena kita tidak memerlukan waktu khusus seperti ketika kita membaca buku Porter yang terlalu tebal. Buku ini terlihat sederhana, tetapi tetap memuat kerangka analisis yang tajam.

Wednesday 16 May 2012

Bengkulu

toto zurianto

Bengkulu, salah satu Propinsi yang usianya sudah cukup lama. Potensinya sebenarnya sangat menjanjikan, bukan saja pertambangan dan perkebunan yang memang menjadi unggulan, tetapi tidak bisa disangkal adalah potensi wisatanya. Alam Bengkulu, khususnya kota Bengkulu yang menjadi ibukota propinsi itu, sungguh sangat menjanjikan. Pantai Panjang yang bersih dan memutih, saat ini belumlah dieksplorasi secara serius. Kini waktunya bagi masyarakat Bengkulu, tentu bagi pemerintah kota dan pemerintah propinsi, termasuk para intrepreneur dan pengusaha, untuk merancang pengembangan wisata di kota itu.

Apalagi di kota itu terdapat Benteng peninggalan Inggris Malborough yang sampai saat ini cukup terawat dengan baik, rumah tempat tinggal Soekarno ketika menjalani pengasingan oleh pemerintah kolonial, dan kuliner laut yang tidak kalah untuk dikembangkan.



Pantai Panjang yang memutih dan indah!
.