Saturday 22 August 2020

Indonesia 2045, Upaya Mencapai Era Emas 100 Tahun Merdeka

toto zurianto

Pada peringatan Kemerdekaan Indonesia ke 75 tanggal 17 Agustus 2020 ini, selain lebih banyak acara-acara yang dilangsungkan secara virtual tanpa banyak lomba-lomba tradisionil seperti tahun-tahun sebelumnya, apalagi Lomba Panjat Pinang yang paling terkenal dan fenomenal sama sekali dilarang untuk dilaksanakan, muncul pula target-target pencapaian ekonomi yang diperkirakan segera mampu diraih Indonesia. Paling hebat adalah munculnya sebuah perkiraan pencapaian prestasi Indonesia Emas pada tahun 2045, 25 tahun ke depan ketika Indonesia berusia 100 tahun.
Tentu saja apabila kita melihat situasi sekarang, dan tersedianya potensi ekonomi dan pembangunan yang sudah terlihat dan tersedia, target untuk menjadi negara maju pada tahun 2045, diperkirakan akan bisa terwujudkan. Lalu situasi seperti apa yang akan kita capai di 25 tahun ke depan dan bagaimana cara kita mampu mewujudkan sasaran yang kita inginkan itu? Sasaran ini harus bisa kita rumuskan dan sepakati sebagai tujuan bersama yang menjadi kerja keras potensi bangsa secara menyeluruh. Kemudian kita menetapkan prasyarat utama sehingga kita mampu meraih prestasi dan mewujudkan sasaran tersebut. Merdeka 100 Tahun, bisa jadi biasa-biasa saja kalau kita tidak mempersiapkan banyak hal secara tepat.  Mengutip ucapan Sutan Sjahrir yang mengatakan bahwa kemerdekaan bukan tujuan, tetapi sebuah jembatan untuk mencapai tujuan, yaitu terciptanya negara yang menjunjung kerakyatan, kemanusiaan, kebebasan dari kemelaratan, menghindari tekanan dan penghisapan, menegakkan keadilan, membebaskan bangsa dari genggaman feodalisme, dan menuju pendewasaan bangsa (Lihat, Muhamad Chatib Basri, 18 Agustus 2020).
Jadi tugas kita saat ini dan selanjutnya pada era 25 tahun ke depan sampai tahun 2045, tidaklah ringan. Pembangunan Manusia Indonesia yang bebas dari kemiskinan dan kemelaratan, serta dewasa, memerlukan rangkaian kerja keras yang konsisten. Ini yang akan menjadi prioritas kita yang paling utama yan harus kita jaga.

Indonesia yang seperti Apa?
Secara konkrit tentu saja kita ingin agar Indonesia mampu menjadi negara yang maju, sufficient secara ekonomi dan adanya masyarakat yang bebas dan dewasa secara politik, bisa mencukupi kebutuhan (ekonomi) seluruh bangsa, memberikan kesempatan yang cukup bagi masyarakat untuk menikmati kebebasan berpolitik tetapi dewasa.
Dari sisi perekonomian, beberapa waktu yang lalu, menurut World Development Report 2020, Indonesia dikelompokkan dalam negara yang berpenghasilan (per kapita) Berpendapatan Menengah Lebih Tinggi Upper Middle Income Group dengan pendapatan per kapita (penduduk) per tahun sebesar US$4,050.  
Indonesia berada dalam Upper-Middle Income Group bersama sekitar 50 negara-negara lain. Memang masih pada batas akhir, pada posisi ke 104, setelah itu bisa langsung masuk pada posisi Lower-Income-Middle Group bersama Srilanka (posisi 105), Philipina (109), Vietnam (124), India (128), dan Timur Leste (134). Beberapa negara lain yang masih dalam kelompok yang sama dengan Indonesia, Negara Berpendapatan Menengah Lebih Tinggi (Upper-Middle-Income group), seperti Malaysia (posisi 58), Turki (64), Brazil (67), Thailand (76).

Perlu kita catat, meskipun Indonesia disebutkan sudah naik kelas dari Kelompok negara berpendapatan Menengah Kelas Lebih Rendah atau Lower Middle Income Countries. Tetapi posisi ini masih sangat kurang aman. Kita masih di muka pintu. Sedikit hanya ada goncangan yang membuat pendapatan kita merosot, kita langsung jatuh kembali ke posisi Lower Middle Income Countries.  Kita benar-benar berada pada posisi nomor bontot. Ada sekitar 50 negara yang berada pada kelompok Upper Middle Income Group, mulai dari peringat ke 55 sampai ke 104. Jadi penting bagi kita, bagaimana bisa mempertahankan posisi kita di dalam kelompok Upper Middle Income Group. Kalau bisa merangkak lebih maju, misalnya pada posisi 75, terus ke posisi 55 posisi terbaik pada kelompok Upper Middle Income ini.           

Jadi kalau muncul pertanyaan, harus seperti apa prestasi perekonomian kita ke depan? Jawabnya cukup simple,  bagaimana mempertahankan posisi, jangan sampai mental lagi ke kelompok Lower Income. Kalau bisa keluar dari nomor besar, terus ke posisi lebih baik. Memang masih jauh untuk mendekati posisi Cina (61) dengan pendapatan per kapita di atas US$10,000, atau Jepang (peringkat 43) dan Singapore (peringkat 9). Mungkin kita perlu mem-bench-mark Thailand di peringkat 76, ataupun Malaysia pada peringkat 58. Penting, jangan sampai kita disalib Philipina (109), Vietnam (124), ataupun India (128) lihat tabel di bawah.


DATA PENDAPATAN PER KAPITA

BEBERAPA NEGARA TETANGGA (US$)

 

NEGARA (POSISI)

Pendapatan Per Kapita /Tahun (US$)

Jumlah

Penduduk

Cina (61)

10,410

1.439.323.776

India (128)

2,130

1.380.004.385

Jepang (43)

41,690

126.476.461

Singapore (9)

59,590

5.850.342

Malaysia (58)

11,200

32.365.999

Indonesia (104)

4,050

273.523.615

Philipina (109)

3,850

109.581.078

Vietnam (124)

2,540

97.338579

Thailand (76)

7,260

69.799.978

 

Membangun Competitiveness
Soal peringkat daya saing selalu menjadi perhatian penting. Setiap tahun World Economic Forum di Davos Switzerland menerbitkan Laporan Peringkat Daya Saing Dunia dalam Global Competitiveness Report tahunan yang menarik perhatian dunia dan menjadi rujukan seluruh negara.
Ada 12 pilar yang menjadi rujukan untuk menetapkan peringkat daya kompetisi sebuah negara. Pilar-pilar tersebut dikelompokkan di dalam 4 bagian, yaitu (1) Enabling Environment, (2) Human Capital, (3) Market, dan (4) Innovation Ecosystem. Pilar-pilar yang ada pada kelompok Enabling Environment adalah; Pilar Kekuatan Kelembagaan (institutions), Pilar Infrastruktur, Pilar ICT, dan Pilar macroeonomy Stability. pada Kelompok Human Capital, ada 2 pilar yang perlu diperhatikan, yaitu; Pilar Tingkat Kesehatan masyarakat (Health), dan Pilar Kompetensi atau Skills seluruh SDM yang ada.  
Selanjutnya pada Kelompok Pasar (Market) meliputi 4 pilar penting, yaitu; Product Market, Labour Market, Financial System, dan Market Size. selanjutnya pada kelompok Innovation Ecosystem terdiri dari Pilar Business Dynamism dan Pilar Innovation Capability. Kelompok Pilar Innovayion Ecosystem banyak berhubungan dengan peran atau kemampuan sebuah negara berhubungan dengan kemajuan teknologi atau Era Digitalisasi. Akhir-akhir ini berhubungan dengan Financial Digital.
Bagaimana daya saing Indonesia yang terlihat pada kekuatan pilar-pilar daya saing ini? Saat ini, menurut World Economic Forum, Indonesia berada pada peringkat 50, melemah 5 posisi dibandingkan tahun sebelumnya. Secara relatif sebenarnya tidak terlalu buruk. Dibandingkan dengan partner ASEAN lain misalnya, kita tetap "disitu-disitu aja". Singapore masih tetap di peringkat 1, Malaysia (27) dan Thailand (40). Kekuatan Indonesia pada 12 pilar yang ada, terutama pada kekuatan pasar (market size) dengan nilai 82,4 di posisi 7 dan Stabilitas Ekonomi Makro (macroeconomic stability) dengan nilai 90,0 di posisi 40. Hal-hal yang perlu terus dipacu adalah Business Culture dengan nilai 69,9 dan stabilitas sistem keuangan dengan nilai 64,0. Termasuk juga Rate of Technology Adoption (nilai 55,4).

Semangat Kolaborasi dan Komunikasi
Melakukan kerjasama adalah pilihan penting yang pelru dilakukan. Tidak ada suatu tujuan yang bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. Kolaborasi adalah memperkuat potensi, beberapa pihak yang mempunyai kekuatan dan kemampuan, memberikan hasil lebih baik dibandingkan apabila dilakukan sendiri-sendiri atau bebrapa pihak saja. Ini pilihan penting mengingat sangat sulit bagi kita melakukan sesuatu secara sendiri-sendiri. Kita bisa memberikan hal terbaik kalau memanfaatkan potensi orang lain secara maksimal. Jangan berpikir, kita mampu melakukan sesuatu secara sendiri. Kita mempunyai keterbatasan yang bisa diperbaiki kalau bias melibatkan orang lain. salah satu upaya yang baik adlah melakukan komunikasi, melibatkan dan memberikan penghargaan atau penghormatan kepada orang lain. Termasuk lawan kita sebelumnya. Berikan kesempatan bagi semua orang untuk berbicara, memberikan kesempatan menyampaikan pandangannya, jangan cepat-cepat tidak mau mendengar, dengarkan pihak lain berbicara. 

Aspek Hukum dan Sistem Moral; Pemerataan dan Keadilan
Kita selalu bermimpi bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini tantangan besar pembangunan Indonesia, memanfaatkan pertumbuhan ekonomi untuk kemaslahatan bangsa. Bagaimana hasil bumi Indonesia ini bisa dinikmati oleh masyarakat secara lebih merata. Jangan sampai hanya dinikmati sebagian kecil masyarakat yang sudah kaya. Kita harus berusaha membuat kue pembangunan, bisa mengucur kesemua pihak secara lebih merata, lebih adil. Karena itu, maspek hukum dan penerapan keadilan bia dijalankan secara baik. Kita menginginkan bagaimana implementasi hukum bia lebih baik, terutama di dalam mengelola keuangan negara. Jangan sampai praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, berjalan terus secara subur. Kita bosan dengan praktek KKN ini. Kita menghendaki praktek kepartaian bisa berjalan lebih baik, terutama di dalam kegiatan Pemilihan Kepala Daerah dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk di daerah-daerah. Hubungan atau praktek korupsi, banyak diawali oleh kejelekan tatacara pemilihan anggota DPR/DPD/DPRD sampai kepada Kepala Daerah Bupati, Walikota dan Gubernur/Wakil-wakilnya. Sulit diterima akal ketika seorang Bupati, selalu berusaha menjadi Bupati lagi atau bahkan Wakil Bupati pada periode ketiga, atau mempersiapkan Istri/Suaminya, atau Anak/menantunya, atau Besannya untuk terus menjabat Pimpinan Daerah. Termasuk juga bergantian dari Anggota DPRD menjadi Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Walikota, atau dari Bupati menjadi Gubernur, atau bahkan dari Gubernur menjadi Bupati/Walikota.
Di negara kita, semakin banyak praktek-praktek kenegaraan yang pada dasarnya ingin melanggengkan kekuasaan selama mungkin diantara mereka-mereka saja.
Mungkin kita memerlukan banyak kajian, antara kebenaran, kompetensi, moral, atau memang sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja. Semua terpulang kepada kita, model hukum seperti apa yang kita inginkan. Silahkan kita jawab sendiri.

Peran Pemimpin Negara
Faktor kepemimpinan memainkan peran utama di dalam mewujudkan sebuah sasaran, tidak hanya bagi sebuah perusahaan tetapi pada sebuah negara juga sama. Semua upaya mencapai Indonesia sejahtera pada 25 tahun ke depan. Indonesai Emas yang Jaya hanya bisa diwujudkan apabila kita mempunyai model kepemimpinan terbaik yang bisa memberikan stimulasi terbaik. Kepemimpinan yang bisa-biasa saja akan melahirkan hasil yang biasa-biasa. Kerja keras hanya mungkin terwujud dengan kepemimpinan yang kuat, disiplin, dan kompeten. 

Wednesday 19 August 2020

75 Tahun Indonesia Merdeka

toto zurianto

Peringatan Kemerdekaan Indonesia ke 75 tahun 2020, lebih banyak tidak dilakukan secara besar-besaran seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi peserta upacara yang datang, tentu saja ada aturan protokol Covid yang harus dijaga secara baik. Sebagian mengikuti dan melakukan upacara secara vitrual. Tentu saja yang penting adalah "hati" setiap bangsa, bahwa dalam kondisi seperti apapun, kita tetap terlibat, mengikuti peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Kita tetap menguatkanmakna "bangunlah Jiwanya, bangunlah Badannya, untuk Indonesia Raya.





Semoga semua anak bangsa, dalam kondisi terpaksa akibat perjuangan mengakhiri bencana Covid-19, tetap memiliki jiwa dan semangat keIndonesiaan yang kuat. Kita membangun bangsa dan menjaga negara agar tetap berjalan menuju cita-cita bangsa sebagai negara yang kuat, merdeka, aman dan makmur bagi semua anak bangsa. Secara ekonomi, diharapkan Indonesia mencapai tahap dan keadaaan yang sufficient, bisa mencukupi kebutuhan masyarakat, keluar dari kondisi kemiskinan yang papa. 
Kini kita telah berusia 75 tahun, usia dewasa yang diharapkan mampu menempatkan dirinya sebagai bangsa yang kuat, berperan dan tidak menjadi beban masyarakat lain. Oleh karena itu, kita mengharapkan negara ini benar-benar berjalan secara mandiri, kuat dan berperan bagi masyarakat dunia. Indonesia tercinta yang sejahtera.