Tuesday 25 December 2012

Menjelang akhir 2012

toto zurianto

Beberapa hari lagi kita meninggalkan 2012, banyak yang belum diselesaikan. Semoga 2013 lebih  baik dan memberikan tantangan yang terselesaikan.

Wednesday 12 September 2012

Memimpin dengan "courage"

toto zurianto


Yang tertinggal dari puasa Ramadhan dan Lebaran bulan lalu, antara lain persoalan pulang ke kampung. Memang menyenangkan ketika kita bisa bersua kembali dengan sanak keluarga handai tolan. Bukan untuk pamer "keberhasilan", tetapi sudah menjadi panggilan hati dan tradisi masyarakat kita yang mencintai kebersamaan, guyub sambil bersyukur, masih bisa menikmati suasana "kampung" yang semakin dirindukan.
 
Tetapi, mudik memiliki tantangan yang hebat. Bukan sekedar biayanya, atau usaha yang harus didukung oleh kondisi fisik yang prima. Mudik, selalu memiliki risiko tinggi, bahkan sampai harus kehilangan nyawa.
Lihat saja, sampai dengan H+7, lebih dari 800 nyawa melayang dari berbagai bentuk kecelakaan.
 
Karena itu, tidaklah mengherankan, betapa besarnya tuntutan masyarakat yang dialamatkan ke pemerintah untuk memperhatikan isu itu. Manajemen mudik sangat  mendesak untuk diperbaiki. Tidak sekedar menyediakan armada yang cukup, tetapi harus bisa dijalani secara aman dan dalam waktu yang normal. Mudik 30 jam, harus menjadi perhatian pemerintah untuk tidak diulangi kembali di waktu yang akan datang. Apalagi kalau harus mengenderai motor yang ditumpangi 2 sampai 4 orang (termasuk anak-anak).
 
Pemimpin bangsa ini perlu melakukan tindakan yang lebih konseptual untuk menciptakan manajemen mudik yang cepat dan aman tanpa korban jiwa yang sia-sia. Salah satu moda transportasi yang tahun ini dinilai  telah memberikan pelayanan yang baik adalah mudik melalui Keretaapi. Meskipun banyak pihak yang menentang keputusan manajemen kereta api (KAI) yang mewajibkan penumpangnya memiliki tiket kereta bertempat duduk yang sah (sesuai nama di KTP), mereka tidak bergeming. Keputusan terbaik harus dilakukan secara berani dan konsisten. Akibatnya sungguh luar biasa. Penumpang keretaapi akhirnya mampu menikmati perjalanan mudik dengan kereta api secara nyaman dan tepat waktu. Termasuk kereta api kelas ekonomi yang selama ini sungguh sangat tidak manusiawi.
 
Ini adalah keputusan kepemimpinan (leadership decision) yang tidak mudah dilakukan. Selalu ada godaan untuk tidak konsisten. Tetapi Manajemen Kereta Api memiliki tekad kuat untuk menjaga keputusannya sehingga menjadi kredibel. Kita perlu mendukung keputusan ini. Tidak mudah pastinya. Selalu ada tekanan untuk melakukan tindakan yang tidak konsisten. Tetapi, sekali kita konsisten dan kuat membela keputusan yang sudah dibahas pada forum yang kompeten, maka sangat mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik. Ini menjadi tantangan pemerintah kita dan para pelayan dan birokrat. Semoga semakin banyak yang mampu memberikan pelayanan terbaiknya tanpa harus melakukan praktek korupsi dan nepotisme.

Siluman Indonesia

toto zurianto


Ini salah satu pencapaian luar biasa putra-putri Indonesia. Beberapa waktu yang lalu, Indonesia meluncurkan sebuah Kapal Cepat Rudal (KCR)  brand new yang disebut KRI Klewang di galangan kapal milik PT Lundin Industry Invest di Pantai cacalan Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur.
Kapal perang sepanjang 63 meter berwajah siluman tersebut, tercatat sebagai salah satu kapal perang paling canggih yang dimiliki TNI Angkatan laut dengan sudut depan lancip, berlunas tiga (trimaran) dibuat dengan bahan dasar infus vinylester karbon fiber yang ringan dan mampu menginduksi panas sehingga sulit terdeteksi radar. Sepintas, kapal ini sangat mirip dengan pesawat tempur Amerika tercanggih Siluman (stealth) yang juga tidak terdeteksi oleh radar.

Ada momen luar biasa dari hadirnya kapal canggih ini, yaitu, kemampuan teknologi kita yang semakin tinggi dan rasa percaya diri untuk melakukan perubahan radikal. Tidak mudah meyakinkan pemimpin kita, bahwa, kalau mau, kitapun bisa melakukan banyak hal seperti membuat kapal atau pesawat canggih dan modern.
Ini menjadi pencapaian luar biasa seperti yang pernah kita lakukan ketika pertama kali membuat CN-235 dan kemudian yang lebih canggih dan modern N-250 yang akhirnya nasibnya belum ketahuan sampai sekarang (konon akan dibangun dan dikembangkan kembali menjadi N-2130)

Teknologi adalah salah satu ukuran pencapaian luar biasa dari suatu negara apabila dia mau mencapai suatu posisi tertentu yang diakui negara lain. Teknologi akan membuat suatu masyarakat (dan bangsa), mampu mencapai tahap kemajuan yang luar biasa. Itu juga sebagai implementasi dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan peradaban.

Kita, bangsa Indonesia, saat ini, belumlah mencapai tahap yang kita idam-idamkan. Masyarakat kita, secara umum, belum dibangun melalui semangat pengetahuan dan teknologi. Kita, terutama, masih banyak hanya mengandalkan kekayaan alam dan perdagangan yang nilai tambahnya tidak terlalu maksimal. Ini adalah tantangan pemimpin. Kini dan di masa depan, secara pasti dan terarah, kepemimpinan nasional kita harus mampu membulatkan keinginan dan tekadnya untuk melakukan langkah yang lebih strategis yang melahirkan value added tinggi bagi masyarakat keseluruhan.  Secara potensi, sama sepeti bangsa-bangsa lain didunia ini, kitapun memiliki SDM yang baik untuk memainkan peran yang lebih strategis. Kita memiliki banyak insinyur dan teknokrat untuk menciptakan teknologi terbaik dalam berbagai bidang dan area.
“Ilmu Pengetahuan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia”, demikan kata Nelson Mandela, tokoh dunia dari Afrika Selatan.



Monday 21 May 2012

Memahami Kembali "Teori Kompetisi" Michael E. Porter

toto zurianto


Bagi mahasiswa MBA atau Sekolah Bisnis S1 tahun 1980-an sampai dengan akhir 1990-an, nama Michael E. Porter atau Porter saja, sungguh sangat tidak asing. Semua dosen dan mahasiswa terpesona untuk bermain pada pendekatan bisnis yang dikemukakannya. Salah satu yang paling penting adalah tentang Competition and Strategy dan Competitive Advantage yang diurainya melalui framework 5 Forces Strategy dan Value Chain.

Michael Porter memberikan pemahaman operasional mengenai strategi bisnis ketika harus berhadapan dengan perusahaan lain atau pasar global. Tidak hanya bisnis swasta, tetapi termasuk pula bisnis non profit dan mengukur kapasitas suatu negara untuk bersaing di pasar internasional
Beberapa waktu yang lalu ketika saya mengunjungi toko buku Periplus di Plaza Indonesia, ada satu buku menarik yang menggota saya untuk memiliki dan membacanya. Buku yang ditulis Joan Magretta, Senior Associate di Porter’s Institute Harvard Business School,  yang sebelumnya selama 20 tahun pernah bekerja bersama Porter dalam studi Competitive Strategy, memberikan kesempatan kepada kita, baik yang pernah membaca atau menyukai tulisan Porter, maupun para generasi muda yang berkeinginan untuk mengetahui uraian Porter secara lebih dalam.

Kita perlu mengetahui strategi kompetisi ini, tidak peduli latar belakang kita, apakah sebagai scholar (peneliti dan pengajar) sekolah bisnis di perguruan tinggi  atau sebagai praktisi yang sehari-hari mengendalikan perusahaan/organisasi untuk bertahan dan mencoba melakukan penetrasi di pasar nasional dan global.
Untuk memenangkan persaingan misalnya, selalu kita perlu melakukan analisis struktur industri dan kekuatan-kekuatan yang ada di sekeliling kita, seperti kekuatan/potensi pemasok (bargaining power odf suppliers), kemampuan tawar para pembeli (bargaining power of buyers), tantangan pesaing baru yang selalu mencoba untuk bersaing (threat of new entrants), produk dan jasa alternatif yang bisa menjadi pengganti (threat of substitute products or services), dan kedahsyatan tingkat persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang kini sudah ada di pasar (rivalry among existing competitiors).

Analisis framework ini akan menjelaskan harga dan biaya rata-rata produk atau jasa pada industri tertentu yang memperkaya keputusan kita apakah akan bersaing atau harus melakukan strategi lain. Termasuk apakah kita mampu melakukan positioning untuk memenangkan pasar.

Pada pendekatan yang lain, Porter juga memaksa kita untuk terus menerus melakukan kajian terhadap strategi value-chain untuk membantu kita memenangi persaingan. Tidak ada perusahaan atau negara yang bisa bekerja sendiri dan menjadi efisien atau memenangi persaingan tanpa melibatkan rantai ikat yang saling berhubungan. Perusahaan perlu melihat industri lain yang bisa menunjang daya kompetisinya, serta sekaligus sebagai pemasok bagi perusahaan lain yang menyebabkan daya tawar kita menjadi diperhitungkan dan kuat.
Mungkin bagi sebagian kita, pendekatan Porter ini terasa sudah mulai hambar. Tetapi Joan Margretta telah memberikan pemahaman lebih praktis bagi kita mengenai  kompetisi dan strategi memenangi persaingan.
Buku setebal 236 halaman + xi ini terdiri atas 2 bagian, Pertama mengenai kompetisi (what is competition), antara lain berbicara tentang pemahaman benar (baru) mengenai strategi yang bagi Porter haruslah menghasilkan “sustainably superior performance”. Mind-set yang benar itu haruslah melahirkan kinerja terbaik. Hal lain yang juga dibahas pada bagian pertama mengenai Five Forces Framework dan Value Chain yang disajikan secara lebih mudah.

Bagian Kedua mengenai strategi yang harus dilakukan (what is strategy) untuk menang, atau bagaimana selalu menghadirkan superior performance yang sustain. Penting untuk mengedepankan value proposition, yaitu elemen strategi yang selalu dikendalikan dari luar, atau eksternalitas, bukan atas potensi internal. Para pelanggan (customers)atau stakeholders harus menjadi fokus perhatian, jangan sampai prusahaan gagal memenuhi ekspektasinya.

Secara keseluruhan menurut saya, buku ini enak untuk dinikmati, terutama karena kita tidak memerlukan waktu khusus seperti ketika kita membaca buku Porter yang terlalu tebal. Buku ini terlihat sederhana, tetapi tetap memuat kerangka analisis yang tajam.

Wednesday 16 May 2012

Bengkulu

toto zurianto

Bengkulu, salah satu Propinsi yang usianya sudah cukup lama. Potensinya sebenarnya sangat menjanjikan, bukan saja pertambangan dan perkebunan yang memang menjadi unggulan, tetapi tidak bisa disangkal adalah potensi wisatanya. Alam Bengkulu, khususnya kota Bengkulu yang menjadi ibukota propinsi itu, sungguh sangat menjanjikan. Pantai Panjang yang bersih dan memutih, saat ini belumlah dieksplorasi secara serius. Kini waktunya bagi masyarakat Bengkulu, tentu bagi pemerintah kota dan pemerintah propinsi, termasuk para intrepreneur dan pengusaha, untuk merancang pengembangan wisata di kota itu.

Apalagi di kota itu terdapat Benteng peninggalan Inggris Malborough yang sampai saat ini cukup terawat dengan baik, rumah tempat tinggal Soekarno ketika menjalani pengasingan oleh pemerintah kolonial, dan kuliner laut yang tidak kalah untuk dikembangkan.



Pantai Panjang yang memutih dan indah!
.

Wednesday 28 March 2012

Swedia - Menuju Less Cash Society

toto zurianto


Ketika kita hidup pada era teknologi dan sistem informasi tinggi yang serba digital dewasa ini, penggunaan koin dan bill tentu saja menjadi sangat frustrasi. Sesuatunya menjadi serba lambat, tidak praktis, menimbulkan risiko, bahkan mendukung semakin banyaknya korupsi karena transaksinya menjadi lebih sulit untuk dilacak.
Kini di Swedia, kitapun perlu belajar ke sana, semakin banyak fasilitas umum yang sama sekali tidak mau menerima uang kas. Di banyak kota, sistem transportasi semakin banyak yang tidak menerima pembayaran tunai. Semua hal yang berhubungan dengan pembayaran, apakah pembelian karcis atau tiket, kedai kopi dan majalah, parkir, harus melalui non cash yang dilakukan secara mudah. Tidak hanya uang electronic, tetapi termasuk juga transaksi dengan bantuan cell phone message (SMS). Banyak bank yang tidak lagi menerima pembayaran/setoran dalam bentuk tunai.
Orang-orang yang biasanya sangat mencintai transaksi tunai semakin terdesak. Bahkan lembaga sosial semacam panti asuhan atau lembaga pendidikan, semakin banyak yang menyediakan fasilitas sumbangan secara non tunai. Penumbang atau penerima sumbangan sama-sama menyediakan fasilitas pembayaran non tunai. Jadi, di gereja, misalnya yang terjadi di Carl Gustaf Chuch Karlshamn, sebelah selatan Swedia, baru-baru ini mereka telah meng-instal pelayanan card reader yang akan memudahkan jamaah (worshippers) untuk memberikan sumbangan.
Menurut BIS, kini penggunaan uang kertas dan koin hanya sekitar 3 persen dari seluruh transaksi perekonomian di Swedia, bandingkan dengan  rata-rata Eropa sekitar 9 persen dan 7 persen di Amerika. Mereka terus berusaha untuk mengecilkan angka itu, menjadi sekitar 1 persen saja.
Hemat dan Semakin Praktis
Sebuah perusahaan internet Swedia iZettel saat ini sedang mengembangkan sebuah perangkat teknologi sederhana bagi pengguna transaksi nilai kecil. Mirip dengan Square yang sudah dikembangkan di Amerika Serikat, alat ini akan mudah digunakan, sambungkan saja (just plug) ke iPhone atau mobile phone lain, dia akan sangat mudah untuk berfungsi sama seperti terminal kartu kredit yang ada di merchant saat ini. Nanti hal ini akan memudahkan siapa saja untuk melakukan transaksi uang secara mudah secara real time melalui mobile phone (HP).
Mungkin tidak perlu harus menghilangkan coin atau bill sama sekali, tetapi perannya menjadi sangat kecil dengan perkembangan teknologi ke depan.
Mantan Gubernur Bank Sentral Swedia, Lars Nyberg bebrapa waktu yang lalu mengatakan, “uang kertas atau uang logam tentu saja tetap bisa bertahan (survive), tetapi, sama seperti buaya yang nantinya hanya bisa kita lihat di tempat-tempat tertentu pada habitatnya”.
Sebuah fasilitas olah raga bowling di sana, sejak beberapa waktu yang lalu menutuskan untuk tidak menerima pembayaran cash, baik koin maupun kertas. Andrea Wramfelt, pemilik sarana bowling itu percaya, hanya dalam 20 tahun ke depan, koin dan uang kertas akan hilang di Swedia.
Semakin mengecilnya jumlah uang kertas dan koin yang beredar, juga secara siknifikan berpengaruh kepada angka kriminal yang semakin menurun. Perampokan bank yang cukup hebat di sana sepanjang tahun 2008 yang mencapai 110 kasus, tahun lalu (2011), turun hingga hanya 16 kasus. Termasuk semakin sedikitnya transaksi ekonomi ilegal, penyembunyian pajak, dan praktek korupsi yang biasanya lebih banyak didukung oleh uang kertas dan koin untuk menghilangkan jejak (trail) money laundring.
Itali, negara yang banyak menjalankan praktek penyembunyian pajak melalui transaksi cash, juga mulai membatasi transaksi pembayaran tunai menjadi sekitar 1,000 euro saja, sebelumnya bisa mencapai 2,500 euro.
Kapan Indonesia
Kita belum tahu kapan Indonesia kick off menuju less cash country. Bank Indonesia sendiri belum  memperlihatkan minat yang kuat untuk menjalankan dan menuju less cash policy. Secara kultur, lingkungan kita sendiri masih terlalu suka dan menikmati harumnya uang kertas baru yang puluhan tahun secara ekslusif bisa dinikmati pegawai Bank Indonesia secara istimewa.
Kalau saja 50, atau 25 persen dari kegiatan pencetakan uang sekarang bisa kita kurangi, luar biasa pengaruhnya, tidak saja bagi Bank Indonesia, tetapi tentunya bagi masyarakat Indonesia. Di luar sana, luar biasa pengaruhnya bagi bangsa kita ketika kita memulai carahidup yang lebih cash less.

IKEA hadir di Indonesia

toto zurianto


Berita koran kemaren (26 Maret 2012), IKEA perusahaan dan toko atau supermarket furniture terkenal asal Swedia, segera membuka gerainya di Indonesia. Bergandengan dengan Hero Tbk, maka dalam waktu dekat masyarakat Indonesia sudah bisa mendapatkan barang-barang IKEA tanpa harus ke luar negeri.
Barang IKEA memang yahud, not the best, but affordable, very usefulness dan mudah perakitannya. Ini juga kesempatan bagi industri furniture Indonesia, mana tahu ada peluang kerjasama untuk memasarkan produk Indonesia tidak hanya di IKEA Indonesia, juga bagi konsumen manca negara.
Sebagai perusahaan Tbk, berita ini berpengaruh cukup positip pada harga saham Hero yang meningkat sekitar 8% kemaren, naik 1500 point menjadi Rp19.400 per saham.
Di samping itu, persaingan bisnis furniture, kebutuhan kantor dan rumah, juga semakin ketat. Terutama akibat masuknya berbagai perusahaan asing pada 5 tahun terakhir ini, sebut saja Ace Hardware dan Informa, serta Pongs. Tetapi tetap menjadi peluang bagi perusahaan lokal untuk merebut pasar supermarket furniture sepanjang memiliki keunggulan kualitas dan harga yang kompetitif. Apalagi masyarakat "berada" Indonesia tidak perlu pergi jauh-jauh hanya untuk membeli furniture yang memuaskan keinginannya.
Pertanyaan selanjutnya
Apakah dengan demikian, perekonomian "kita" menjadi lebih didominasi oleh modal asing? Bagi Hero sendiri, sebagian besar gerai Supermarketnya yang pernah sangat terkenal di tahun 90-an, kini semakin sulit untuk ditemui. Di pelosok Jakarta dan kota besar lain, hampir semuanya sudah menjelma menjadi Giant yang besar dan raksasa itu.
Ini juga terjadi di bidang yang lain, tidak hanya di sektor retail yang kini dikuasai oleh retailer asing.
Ini sebuah sinyal yang perlu kita hitung untung ruginya, termasuk dalam membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, dan kekuatan perekonomian nasional terhadap tekanan dan atau pengaruh eksternal.
Bukan anti asing, tetapi koridornya perlu kita bangun sehingga ada kesamaan pandangan bagi masyarakat Indonesia untuk memahami gejala global ini. Bagaimanapun besar manfaatnya, kita perlu melihat dampak negatifnya secara jernih dan meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.

Tuesday 13 March 2012

OJK (sedang) Mencari Pemimpin

toto zurianto


Minggu lalu panitia seleksi Pemilihan Calon Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan mengumumkan 38 nama yang dinilai berhak memasuki tahap seleksi selanjutnya. Diantaranya adalah nama-nama yang secara umum sudah dikenal sebagai ahli keuangan, perbankan, birokrat, dan pengamat ekonomi.

Ada juga beberapa nama yang sudah sangat senior seperti Achjar Iljas, ekonom yang pernah menjadi Deputi Gubernur di Bank Indonesia. Cukup banyak yang berasal dari Bank Indonesia, misalnya, Muliaman D Hadad, Deputi Gubernur BI saat ini, Mulya E Siregar, Endang Kassulanjari, Kusumaningtuti, Purwantari Budiman, dan Nelson Tampubolon.
Dari Kementerian Keuangan juga banyak, antara lain; Firdaus Djaelani (juga kepala Eksekutif LPS), Isa Rachmatarwata, M. Noor Rachman, Mulabasa Hutabarat, dan Nurhaida (Kepala Bapepam. Juga Mulia P Nasution, mantan Sekjen Kemenkeu.
Nama-nama terkenal lain adalah Anggito Abimanyu, mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Umar Juoro (ekonom, Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia), Junus Husein (mantan Kepala PPATK),  Erry Firmansyah (mantan Direktur BEJ),  Chandra M Hamzah (mantan KPK).  Cukup banyak juga yang berasal dari kalangan perbankan seperti I Wayan Agus Mertayasa (mantan Direktur Bank Mandiri) dan Peter B. Stok (Komisaris BNI).

38 nama-nama yang akan mengikuti tes kesehatan adalah  hasil dari seleksi kapabilitas dengan melihat profil calon yang prosesnya dilakukan oleh sebuah perusahaan assessment yang independen, yaity PT. Iradat Konsultan. Seleksi profil calon tersebut dilakukan untuk mengetahui kompetensi dan personality calon, yang antara lain menguji kapasitas kepemimpinannya (leadership), integritas dan independensinya. Juga dilihat kemampuannya dalam hal strategic thinking, stakeholders management, komunikasi, etika, fairness, sinergi, koordinasi, dankemampuannya melakukan  alignment.

Pemimpin seperti apa?
            Penting bagi OJK bahwa lembaga ini bukan menjalankan kegiatan yang sama sekali baru. Tetapi, sebuah organisasi baru yang memerlukan komitmen tinggi untuk menjamin kelangsungannya. Ekspektasi masyarakat terhadap OJK sangatlah tinggi.  Ada kegalauan terhadap pengawasan sistem keuangan di masa lalu yang dinilai kurang maksimal dilaksanakan. Dengan berdirinya OJK, maka keinginan masyarakat adalah, terciptanya suatu lembaga keuangan yang kredibel dan dapat dipercaya. Pengawasannya diharapkan mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat. Kita meyakini bahwa lembaga keuangan yang ada, diperkirakan tidak rentan terhadap goncangan. 
Masyarakat tidak mau, akibat kesalahan manajemen/pemilik dalam mengelola usahanya, selanjutnya dengan alasan untuk mempertahankan keberlangsungan sistem keuangan yang ada, pemerintah dipaksa mengucurkan bantuan yang bebannya selanjutnya menjadi tanggungan masyarakat keseluruhan.
Tuntutan seperti ini yang membuat kita menjadi concern dan memantau pola rekrutmen pimpinan OJK yang sedang berjalan saat ini. Hakekatnya, kita sedang mencari pemimpin yang kredibel dan dapat dipercaya.
Pengalaman kepemimpinan para calon, atau dikenal dengan istilah track record, jelas sesuatu yang sangat penting. Track Record memberi keyakinan kepada kita bahwa kandidat telah memiliki kompetensi yang secara technical telah teruji. Kalau inti menjadi pertimbangan utama, maka calon dengan latar belakang kompetensi technical akan mendapatkan peluang yang lebih besar.

Tetapi bagi sebuah lembaga besar, ada beberapa pertimbangan lain yang juga sama pentingnya, yaitu karakter kepemimpinannya. Pemimpin yang memiliki strong character biasanya dilihat dari integritasnya.
Integritas adalah akar dan hakikat kepemimpinan. Menurut Warren Buffet, CEO Berkshire Hathaway, ada 3 hal penting yang diperhatikannya dalam merekrut seorang pemimpin/pegawai, yaitu integritas, inteligensia (kompetensinya), dan  energinya.  Hanya saja, jangan pernah menerima orang yang integritasnya diragukan meskipun dia sangat pintar (high competent people) dan memiliki energi tinggi (a high energy level). “If you don’t have the first (maksudnya Integritas), the other two will kill you” kata Buffet.

Lembaga penting sekelas OJK yang akan mengawal perjalanan lembaga keuangan kita ke depan yang secara tehnis sangat ditentukan oleh kredibilitasnya, tidak boleh ragu untuk mempertimbangkan aspek integritas sebagai suatu kriteria yang tidak tergantikan.

Tentunya di samping itu, karena dasar pendirian OJK termasuk pula untuk menciptakan lembaga pengawasan sektor keuangan yang independen, maka kita pada dasarnya sedang menari pemimpin atau Dewan Komisioner OJK yang juga memiliki karakter independen.
Kita sedang mencari pemimpin yang memiliki tujuan akhir untuk menjaga kepentingan bangsa, bukan kepentingan “kita”, bukan pula dari mana asal kita. Ini adalah perilaku (behavior) penting yang harus dimiliki oleh para pembesar OJK nantinya. 

Tuesday 28 February 2012

Rekening Gendut, bagaimana gerakan pemberantasan Korupsi

toto zurianto

Pemimpin bangsa ini tetap harus bekerja keras. Presiden khususnya, tetap harus selalu dipertanyakan komitmennya untuk memberantas korupsi. Karena ternyata, orang yang korupsi masih belum berkurang. Kasus korupsi masih tetap hebat. Reformasi Birokrasi yang sudah dimulai sejak 5 tahun yang lalu, kini semakin terlihat dingin. Tak banyak pembaharuan yang telah dilakukan. Profesionalisme pegawai negeri sebagai pelayan pemerintah, mungkin banyak yang semakin membaik. Tetapi persoalan rekening gendut, ternyata tidak memperlihatkan kemajuan.

Lebih setahun yang lalu kita dikejutkan dengan kasus Gayus yang memiliki rekening gendut dan sangat gendut. Tapi sekarang tidak banyak beritanya yang bisa kita dengar. Banyak pula dugaan korupsi yang dialamatkan kepada pejabar negara, anggota Kepolisian dan TNI.
Sekali 3 Uang, selalu tidak ada beritanya.
Kini muncul pula rekening Gendut pegawai Dirjen Pajak yang lain, Dhana Widyatmika yang diduga memiliki harta/rekening tidak kurang dari Rp60 milyar. Hebat sekali!

Dari mana uang sebesar itu, mana mungkin penerimaan gaji atau karena melakukan perjalanan dinas. Ya inilah masalah kita yang belum terselesaikan. Korupsi masih menjadi momok yang tidak terjawab. Bagaimana Komitmen penyelenggara negara. Katanya ingin memberantas korupsi, tapi koq semakin banyak?


 

Tuesday 21 February 2012

Japan Aftershock

toto zurianto

Sebuah buku, bukan novel, lebih tepat kisah nyata atau perjalanan penulisnya yang Indonesia asli dan saat ini bermukim di Jepang. Ini adalah cerita mengenai gempa bumi dan Tsunami di Jepang (11 Maret 2011) dan berbagai kejadian setelahnya yang "mengerikan" yaitu bencana reaktor nuklir di Fukushima.

Meskipun rakyat Jepang sudah sangat terbiasa dengan gempa, tetapi situasi yang satu ini benar benar sangat menguji nyali dan kesiapan yang sebenarnya sudah sangat teruji. Dari kakek nenek sampai anak-anak usia dini sebenarnya sudah sering menghadapi gempa dan melakukan simulasi gempa di sekolah sekolah, tetapi ketika situasinya berlangsung begitu hebat, apapun bisa berpengaruh kepada cara kita memberikan respon.

Tulisan Hani Yamashita, seorang ibu rumah tangga dan Junanto Herdiawan, ekonom Bank Indonesia yang bertugas di Tokyo sungguh menarik, memberikan pelajaran, dan membuat kita lebih dalam memahami kehidupan masyarakat Jepang. Ini pelajaran baik bagi siapa juga, terutama kita bangsa Indonesia yang cukup sering menghadapi bencana yang sangat luar biasa.

Sayang, kita tidak pernah ingin bersiap-siap ketika menjalani hidup normal tanpa bencana. Lalu menjadi sangat panik saat bencana tiba yang datangnya tidak bisa diperkirakan. Bahkan untuk bencana gunung berapipun yang sinyalnya sering sudah terlihat selama berminggu-minggu, semua sering kita anggap sebagai angin lalu. "Belanda belum datang", jangan khawatir.

Mudah-mudahan tulisan buku ini memberi pelajaran untuk menyiapkan berbagai kondisi disaster yang mungkin terjadi. Tidak saja karena bencana alam, tetapi juga akibat terorisme, politik, dan krisis lainnya.