Monday 14 July 2014

Jerman Nomor 1

toto zurianto

Usaha Jerman yang luar biasa setelah di semi final merontokan raksasa tuan rumah Brazil 7-1, kini diperpanjangan waktu babak II di menit 112, Mario Goettze, berhasil merobek jala Romario, 1-0. Gol emas yang diciptakan Goetze, dimulai dari penyusuran luar biasa dari Andre Schuerrle yang menaklukkan 3 pemain Argentina, meneruskan umpan silang yang disambut dengan control dada sedikit dan bang, kaki kiri Goetze membuat Argentina menangis. Mario Goetze yang menggantikan Miroslav Klose di menit 87, tidak menyia-nyiakan kepercayaan Joachim, pelatih Jerman.

Kini, rakyat Jerman pantas berpesta menyusul kemenangan kesebelasan Eropa yang pertama di negeri Amerika Latin.

Thursday 10 July 2014

Presiden Baru Indonesia

toto zurianto

Kemaren Rabu 9 Juli 2014, rakyat Indonesia sudah menyatakan pilihannya, siapa Presiden Indonesia 2014-2019. Ada 2 calon Presiden dan Wakil Presiden, pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajaza, atau Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Secara resmi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menyampaikan hasil perhitungannya tanggal 22 Juli 2014 nanti. Tetapi sebagaimana yang biasa terjadi dalam kegiatan pemilihan umum, apakah pemilihan Presiden atau pemilihan Anggota Legislatif (DPR, DPRD, DPD), maka aktivitas lembaga hitung cepat pemilu (quick count) telah dijadikan rujukan yang biasanya memiliki tingkat akurasi yang sangat terpercaya. Lembaga penghitung cepat sudah berkembang cukup pesat di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Sebagian telah membuktikan profesionalitasnya.

Merujuk hasil perhitungan cepat tersebut yang biasanya mengambil sampel dari sekitar 2000-3000 TPS sacara random sampling di seluruh TPS di Indonesia, sebagian lembaga survey telah mengunggulkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilu presiden Indonesia 20014 dengan persentasi pemilihan sekitar 47-48 persen untuk pasangan Prabowo/Hatta dan 52-53 persen untuk pasangan Jokowi/JK. Antara lain lembaga survey tersebut adalah Lingkaran Survei Indonesia (LSI), IPI (Indikator Politik Indonesia), Poltracking Institute, Kompas, CSIS, RRI, SMRC (Saiful Mujani Research and Consultan), dan Populi Center.

Berdasarkan hasil survey tersebut, pimpinan partai politik yang tergabung dalam koalisi PDI-Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) telah menggelar konperensi kemenangan (menyatakan kemenangan) berdasarkan perhitungan cepat. Tidak lama kemudian Joko Widodo juga menggelar rapat umum dan menyampaikan pidato kemenangan di hadapan pendukungnya di Tugu Proklamasi.

Sementara itu, hasil lembaga survey lain, antara lain Puskaptis, JSI (Jaringan Suara Indonesia), LSN (Lembaga Survei Nasional), dan IRC (Indonesia Research Center) mencatat hasil quick countnya dengan persentasi 50,56 persen - 52,05 persen untuk kemenangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Meskipun dengan selisih yang lebih kecil, partai Gerinda, dengan merespon pengumuman kemenangan oleh Megawati, juga menyatakan kemenangannya.  Pernyataan kemenangan Prabowo Hatta dilakukan oleh Mahfud MD, ketua pemenangan Prabowo-Hatta.

Pernyataan kemenangan memang tidak begitu lazim dalam penyelenggaraan pemilu di berbagai negara, khususnya di Amerika dan Eropah. Yang biasa terjadi adalah mengucapkan selamat kepada pihak yang dinilai sudah memenuhi persyaratan oleh pihak yang kalah. Hanya untuk kasus Indonesia memang perlu dilakukan secara lebih hati-hati. Mungkin tidak tepat mengatakan hal tersebut (menyampaikan ucapan selamat oleh pihak yang kalah), tidak akan dilakukan. Tetapi ada beberapa perhitungan yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu. Pertama, jumlah sampling yang digunakan mungkin perlu untuk lebih besar dari yang saat ini dipakai. Dengan jumlah TPS sekitar 544 ribu, sampling TPS sebanyak 2000 - 4000, memiliki potensi untuk bergerak. Tidak heran kalau pihak Prabowo menuntut untuk hanya menggunakan hasil KPU tanggal 22 Juli mendatang. Secara moral, pendukung Prabowo Hatta tentu merasa sangat kecewa dan belum bisa menerima pernyataan kepemenangan yang mereka nilai masih prematur.
Di samping soal jumlah sampling, alasan kedua yang muncul dan menjadi tugas kita bersama menyangkut kredibilitas lembaga survei. Soal independensi lembaga survei menjadi prioritas dan perlu dijaga sehingga bisa diterima masyarakat. Beberapa lembaga survei yang ada disinyalir pada saat yang sama juga berfungsi sebagai konsultan atau pembantu  calon presiden dan tim sukses calon presiden. Bahkan Capres Prabowo menyampaikan informasi bagaimana sebuah lembaga hitung cepat terkemuka, pernah menyampaikan proposal dan menawarkan  untuk menjadi konsultan pemilihan Presiden. Ini menarik untuk dipahami supaya hasil pemilihan Presiden lebih bisa diterima, tidak saja oleh rakyat Indonesia, tetapi terutama oleh calon yang "dinyatakan" kalah dan oleh elit partai politik yang juga dinilai kalah.

Kelemahan proses quick count perlu mendapatkan perhatian, termasuk oleh lembaga atau komisi pemilihan umum sendiri. Lalu salah satu penyebab kekisruhan biasanya terpulang kepada kandidat yang menyatakan menang. Setiap pihak yang meyakini dirinya "sudah menang" perlu selalu rendah hati dan menerapkan prinsip menang ngasorake! Filsafat Sugih tanpa Bandha, Digdaya tanpa Aji, Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake, perlu menjadi perhatian kita kembali. Filsafat menang tanpa merendahkan yang kalah atau menghina, adalah sesuatu yang bernilai luhur yang membuat semua orang menjadi hormat. Pidato kemenangan yang seharusnya menyejukkan, munculnya sering terasa menyakitkan. Bagi pendukung Prabowo-Hatta, kata-kata, "bapak berdua adalah patriot, pejuang, dan negarawan" terasa kurang tulus dan belum saatnya, mengingat pada saat yang sama, tim pendukung pasangan Prabowo-Hatta, masih belum menerima kekalahan dan meminta semua pihak untuk menunggu hasil final KPU 22 Juli 2014 mendatang. Statement kemenangan dan ucapan terimakasih tersebut terlihat "agak lebai" dan kurang pas. KIta perlu menang tanpa ngasorake sampai yang kalah akhirnya menelephone pemenang setelah semuanya menjadi jelas. 

Mungkin kita menunggu dulu, hanya sampai 22 Juli 2014 untuk meyakini dan selesainya pertandingan. Ibarat permainan bola, kita baru selesai 120 menit, belum ada tendangan pinalti 12 pas. Jadi siapa presiden baru kita?

Tuesday 8 July 2014

Pemimpin yang ikhlas

toto zurianto


Ikhlas adalah sesuatu yang nilainya paling luar biasa. Kita, masyarakat Indonesia seharusnya kembali kepada nilai-nilai keIkhlasan dalam berbagai aktivitas kita. Tidah pamrih dan tidak untuk kepentingan pribadi. 
Pemimpin (leaders) dituntut untuk visioner, competent, berani mengambil keputusan (courage) dan mampu mengelola sumber daya alam dan manusianya (managing resources), serta bisa mengeksekusi visi menjadi realita. Pemimpin juga dituntut untuk selalu belajar dan mau menerima kritik dan saran orang lain, bahkan oleh orang yang tidak menyukainya. 
Lalu ketika semuanya dibalut oleh nilai ikhlas, maka itulah makna sebenarnya dari seorang pemimpin. Mungkin dia yang kini kita idolakan dan harapkan, belum mempunyai semuanya. Tapi banyak hal yang sudah dimilikinya. Tugas kita membantu untuk membangun kapasitas dan legacy kepemimpinannya. Kita menginginkan Pemimpin yang ikhlas yang memunculkan daya pikat (magnitude) untuk melahirkan kreativitas dan inovasi, tetapi tetap Ikhlas, atau humble.

Tetapi, pemimpin tentu saja harus berada di depan dan menjadi penentu arah. Pemimpin adalah dia yang secara relatif bisa diandalkan dan tempat kita selalu merasa aman, merasa terlindungi dan membuat kita tidak ragu untuk mengeluarkan potensi kita. Kita menginginkan orang yang secara konseptual dan praktikal berada pada level yang lebih tinggi yang membuat kita terpanggil untuk melakukan banyak hal. Kehebatan pemimpin akan memberi inspirasi dan motivasi untuk melahirkan prestasi luar biasa. Tetapi selalu ikhlas dan tawaddu'. Jangan serahkan diri anda kepada orang yang terlalu suka memuji diri sendiri, merasa telah berbuat banyak dan sering tidak ikhlas dalam melakukan sesuatu. Kita sedang mencari pemimpin yang seperti ini. 


Friday 4 July 2014

Memilih Prabowo Subianto, atau Jowo Widodo

toto zurianto

Banyak masyarakat Indonesia yang belum menentukan pilihannya, padahal sampai hari ini Jumat 4 Juli 2014, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2014 - 2019, hanya tinggal 5 hari lagi. Rabu 9 Juli kita harus menentukan pilihan, apakah memilih Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, atau Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Sementara, di media tulis dan media on-line, banyak sekali upaya-upaya yang digunakan untuk meningkatkan elektabilitas calon masing-masing, sekaligus berusaha menyudutkan calon lawan. Televisi dan Surat Kabar kini berlomba untuk melakukan kampanye, baik yang sangat positip untuk mendukung calon Presiden dan Wakil Presiden yang terkait dengan media tersebut, maupun berusaha mencela calon yang tidak didukungnya. Seperti Metro TV yang selama ini dikenal sebagai media yang kritis dan kuat analisis jurnalistiknya, terpaksa melakukan hal-hal yang sangat tidak bisa dinikmati oleh pemirsanya. Berita Metro TV kini hanya berupa dukungan ke calon Presiden Jowoki-JK, sekaligus menghancurkan reputasi Prabowo-Hatta.
TV lain seperti TV One lebih cenderung mem-broadcast berita-berita positip bagi calon Prabowo-Hatta, juga media yang dimiliki oleh Group MNC seperti RCTI.

Masyarakat memang lebih banyak yang semakin ragu dan galau ketika media justru tidak memberikan porsi pembelajaran politik yang lebih neutral. Kini masyarakat merasa, berita televisi atau surat kabar cenderung terlalu sangat memihak, bahkan dengan bahasa yang cenderung fulgar. Apalagi para purnawirawan TNI-Polri kini banyak yang terlibat dan saling menghantam karena mendukung salah satu calon yang membuat mereka menjadi tidak menghormati dan menghargai Sapta Marga mereka sendiri. Dengan alasan sebagai masyarakat bebas, merekapun, para purnawirawan Jenderal ini, tidak malu untuk saling serang, terutama secara bersama-sama melakukan black campaign kepada salah satu calon, Prabowo Subianto yang disebut sebagai "bekas" prajurit yang "suka melanggar" HAM.
Tentu saja kita tidak bisa mengklarifikasi tuduhan itu karena semuanya tidak didukung oleh data dan informasi yang akurat dan benar.

Hanya 5 hari lagi akhirnya kita masyarakat Indonesia harus menetapkan pilihannya. Apakah memilih Prabowo atau Joko Widodo. Siapa yang kita nilai akan memberikan manfaat lebih banyak bagi Indonesia dalam 5 tahun ke depan, apakah Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK! Prabowo yang kelihatan lebih banyak menahan diri dengan tidak menanggapi berbagai tuduhan kolega mantan Jenderal yang sangat tendensius, yang dilihat lebih visioner dan tegas dalam membangun Indonesia ke depan; atau Joko Widodo yang dikesankan sebagai calon yang lebih merakyat dan sederhana! Paling-paling itu yang bisa dijadikan pertimbangan masyakarat sebelum pergi ke TPS pada 9 Juli 2014 nanti. Prabowo yang visioner dan tegas, atau Joko Widodo yang sederhana dan merakyat?




Tuesday 1 July 2014

Leaders; Differentiate Both Great and Poor

toto zurianto

Seorang pemimpin, tidak saja tramendous dalam mewujudkan visi dan melakukan perubahan (change management and action), juga seseorang yang bagus dalam mengelola Sumber Daya Manusia (manage people). Sering kita mendengar bagaimana kinerja seorang pemimpin yang tangguh yang mampu membangkitkan semangat, memupuk keberanian anak buahnya, sekaligus memiliki ekspektasi tinggi bagi setiap orang untuk memberikan kontribusi terbaik bagi organisasi.
Tetapi di samping itu, perwujudannya dilaksanakan melalui kemampuan melakukan penilaian kinerja bawahan secara baik, adil dan meningkatkan motivasi kerja. Penilaian kinerja yang baik bukan semata memberi nilai tinggi bagi anak buah. Pemimpin dituntut untuk melakukan pembedaan (to differentiate) antara orang-orang yang sangat baik kinerjanya (termasuk behaviournya), dengan orang-orang yang biasa-biasa atau sedang (middle performers), dan juga orang-orang yang dinilai kurang berprestasi dan perlu ditingkatkan kinerjanya (the lowest performance).
Memberikan perbedaan atas orang-orang yang berkontribusi berbeda, termasuk pekerjaan leaders yang tidak ringan. Ini menjadi penting dan meliputi berbagai aspek penilaian yang akhirnya menjadi satu keputusan. Biasanya, beberapa pendekatan dilakukan secara menyeluruh, misalnya level kompetensi pegawai pada jabatannya, kontribusi atau hasil kerja yang diberikannya, baik secara individu maupun secara bersama (kelompok), serta perilaku kerja (behaviour) yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan level jabatan.

Lalu, setelah melakukan pembedaan yang biasanya tidak dilakukan secara individu tetapi dengan melakukan diskusi dan pembahasan bersama para manajer, sebuah organisasi perlu mempertimbangkan pola pemberian penghargaan yang dilakukan. Selalu harus ada sistem reward yang mampu meningkatkan motivasi kerja pegawai, terutama bagi pegawai yang dinilai Top Performer. Tetapi di samping itu, jangan lupa, seorang lower performance juga penting untuk diperhatikan dan dikomunikasikan. Menetapkan seorang pegawai dalam kategori nilai kinerja rendah, bukan pekerjaan yang ringan. Leaders memerlukan kemampuan dan cara komunikasi yang benar agar siapapun bisa menerima hasil penilaian dan menjadikannya sebagai feed-back untuk perbaikan kinerja di waktu akan datang. Jadi, meskipun mendapatkan nilai kinerja rendah itu menyedihkan, yang paling penting adalah bagaimana seorang pemimpin bisa melakukan komunikasi secara benar.