Wednesday 28 March 2012

Swedia - Menuju Less Cash Society

toto zurianto


Ketika kita hidup pada era teknologi dan sistem informasi tinggi yang serba digital dewasa ini, penggunaan koin dan bill tentu saja menjadi sangat frustrasi. Sesuatunya menjadi serba lambat, tidak praktis, menimbulkan risiko, bahkan mendukung semakin banyaknya korupsi karena transaksinya menjadi lebih sulit untuk dilacak.
Kini di Swedia, kitapun perlu belajar ke sana, semakin banyak fasilitas umum yang sama sekali tidak mau menerima uang kas. Di banyak kota, sistem transportasi semakin banyak yang tidak menerima pembayaran tunai. Semua hal yang berhubungan dengan pembayaran, apakah pembelian karcis atau tiket, kedai kopi dan majalah, parkir, harus melalui non cash yang dilakukan secara mudah. Tidak hanya uang electronic, tetapi termasuk juga transaksi dengan bantuan cell phone message (SMS). Banyak bank yang tidak lagi menerima pembayaran/setoran dalam bentuk tunai.
Orang-orang yang biasanya sangat mencintai transaksi tunai semakin terdesak. Bahkan lembaga sosial semacam panti asuhan atau lembaga pendidikan, semakin banyak yang menyediakan fasilitas sumbangan secara non tunai. Penumbang atau penerima sumbangan sama-sama menyediakan fasilitas pembayaran non tunai. Jadi, di gereja, misalnya yang terjadi di Carl Gustaf Chuch Karlshamn, sebelah selatan Swedia, baru-baru ini mereka telah meng-instal pelayanan card reader yang akan memudahkan jamaah (worshippers) untuk memberikan sumbangan.
Menurut BIS, kini penggunaan uang kertas dan koin hanya sekitar 3 persen dari seluruh transaksi perekonomian di Swedia, bandingkan dengan  rata-rata Eropa sekitar 9 persen dan 7 persen di Amerika. Mereka terus berusaha untuk mengecilkan angka itu, menjadi sekitar 1 persen saja.
Hemat dan Semakin Praktis
Sebuah perusahaan internet Swedia iZettel saat ini sedang mengembangkan sebuah perangkat teknologi sederhana bagi pengguna transaksi nilai kecil. Mirip dengan Square yang sudah dikembangkan di Amerika Serikat, alat ini akan mudah digunakan, sambungkan saja (just plug) ke iPhone atau mobile phone lain, dia akan sangat mudah untuk berfungsi sama seperti terminal kartu kredit yang ada di merchant saat ini. Nanti hal ini akan memudahkan siapa saja untuk melakukan transaksi uang secara mudah secara real time melalui mobile phone (HP).
Mungkin tidak perlu harus menghilangkan coin atau bill sama sekali, tetapi perannya menjadi sangat kecil dengan perkembangan teknologi ke depan.
Mantan Gubernur Bank Sentral Swedia, Lars Nyberg bebrapa waktu yang lalu mengatakan, “uang kertas atau uang logam tentu saja tetap bisa bertahan (survive), tetapi, sama seperti buaya yang nantinya hanya bisa kita lihat di tempat-tempat tertentu pada habitatnya”.
Sebuah fasilitas olah raga bowling di sana, sejak beberapa waktu yang lalu menutuskan untuk tidak menerima pembayaran cash, baik koin maupun kertas. Andrea Wramfelt, pemilik sarana bowling itu percaya, hanya dalam 20 tahun ke depan, koin dan uang kertas akan hilang di Swedia.
Semakin mengecilnya jumlah uang kertas dan koin yang beredar, juga secara siknifikan berpengaruh kepada angka kriminal yang semakin menurun. Perampokan bank yang cukup hebat di sana sepanjang tahun 2008 yang mencapai 110 kasus, tahun lalu (2011), turun hingga hanya 16 kasus. Termasuk semakin sedikitnya transaksi ekonomi ilegal, penyembunyian pajak, dan praktek korupsi yang biasanya lebih banyak didukung oleh uang kertas dan koin untuk menghilangkan jejak (trail) money laundring.
Itali, negara yang banyak menjalankan praktek penyembunyian pajak melalui transaksi cash, juga mulai membatasi transaksi pembayaran tunai menjadi sekitar 1,000 euro saja, sebelumnya bisa mencapai 2,500 euro.
Kapan Indonesia
Kita belum tahu kapan Indonesia kick off menuju less cash country. Bank Indonesia sendiri belum  memperlihatkan minat yang kuat untuk menjalankan dan menuju less cash policy. Secara kultur, lingkungan kita sendiri masih terlalu suka dan menikmati harumnya uang kertas baru yang puluhan tahun secara ekslusif bisa dinikmati pegawai Bank Indonesia secara istimewa.
Kalau saja 50, atau 25 persen dari kegiatan pencetakan uang sekarang bisa kita kurangi, luar biasa pengaruhnya, tidak saja bagi Bank Indonesia, tetapi tentunya bagi masyarakat Indonesia. Di luar sana, luar biasa pengaruhnya bagi bangsa kita ketika kita memulai carahidup yang lebih cash less.

IKEA hadir di Indonesia

toto zurianto


Berita koran kemaren (26 Maret 2012), IKEA perusahaan dan toko atau supermarket furniture terkenal asal Swedia, segera membuka gerainya di Indonesia. Bergandengan dengan Hero Tbk, maka dalam waktu dekat masyarakat Indonesia sudah bisa mendapatkan barang-barang IKEA tanpa harus ke luar negeri.
Barang IKEA memang yahud, not the best, but affordable, very usefulness dan mudah perakitannya. Ini juga kesempatan bagi industri furniture Indonesia, mana tahu ada peluang kerjasama untuk memasarkan produk Indonesia tidak hanya di IKEA Indonesia, juga bagi konsumen manca negara.
Sebagai perusahaan Tbk, berita ini berpengaruh cukup positip pada harga saham Hero yang meningkat sekitar 8% kemaren, naik 1500 point menjadi Rp19.400 per saham.
Di samping itu, persaingan bisnis furniture, kebutuhan kantor dan rumah, juga semakin ketat. Terutama akibat masuknya berbagai perusahaan asing pada 5 tahun terakhir ini, sebut saja Ace Hardware dan Informa, serta Pongs. Tetapi tetap menjadi peluang bagi perusahaan lokal untuk merebut pasar supermarket furniture sepanjang memiliki keunggulan kualitas dan harga yang kompetitif. Apalagi masyarakat "berada" Indonesia tidak perlu pergi jauh-jauh hanya untuk membeli furniture yang memuaskan keinginannya.
Pertanyaan selanjutnya
Apakah dengan demikian, perekonomian "kita" menjadi lebih didominasi oleh modal asing? Bagi Hero sendiri, sebagian besar gerai Supermarketnya yang pernah sangat terkenal di tahun 90-an, kini semakin sulit untuk ditemui. Di pelosok Jakarta dan kota besar lain, hampir semuanya sudah menjelma menjadi Giant yang besar dan raksasa itu.
Ini juga terjadi di bidang yang lain, tidak hanya di sektor retail yang kini dikuasai oleh retailer asing.
Ini sebuah sinyal yang perlu kita hitung untung ruginya, termasuk dalam membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, dan kekuatan perekonomian nasional terhadap tekanan dan atau pengaruh eksternal.
Bukan anti asing, tetapi koridornya perlu kita bangun sehingga ada kesamaan pandangan bagi masyarakat Indonesia untuk memahami gejala global ini. Bagaimanapun besar manfaatnya, kita perlu melihat dampak negatifnya secara jernih dan meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.

Tuesday 13 March 2012

OJK (sedang) Mencari Pemimpin

toto zurianto


Minggu lalu panitia seleksi Pemilihan Calon Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan mengumumkan 38 nama yang dinilai berhak memasuki tahap seleksi selanjutnya. Diantaranya adalah nama-nama yang secara umum sudah dikenal sebagai ahli keuangan, perbankan, birokrat, dan pengamat ekonomi.

Ada juga beberapa nama yang sudah sangat senior seperti Achjar Iljas, ekonom yang pernah menjadi Deputi Gubernur di Bank Indonesia. Cukup banyak yang berasal dari Bank Indonesia, misalnya, Muliaman D Hadad, Deputi Gubernur BI saat ini, Mulya E Siregar, Endang Kassulanjari, Kusumaningtuti, Purwantari Budiman, dan Nelson Tampubolon.
Dari Kementerian Keuangan juga banyak, antara lain; Firdaus Djaelani (juga kepala Eksekutif LPS), Isa Rachmatarwata, M. Noor Rachman, Mulabasa Hutabarat, dan Nurhaida (Kepala Bapepam. Juga Mulia P Nasution, mantan Sekjen Kemenkeu.
Nama-nama terkenal lain adalah Anggito Abimanyu, mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Umar Juoro (ekonom, Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia), Junus Husein (mantan Kepala PPATK),  Erry Firmansyah (mantan Direktur BEJ),  Chandra M Hamzah (mantan KPK).  Cukup banyak juga yang berasal dari kalangan perbankan seperti I Wayan Agus Mertayasa (mantan Direktur Bank Mandiri) dan Peter B. Stok (Komisaris BNI).

38 nama-nama yang akan mengikuti tes kesehatan adalah  hasil dari seleksi kapabilitas dengan melihat profil calon yang prosesnya dilakukan oleh sebuah perusahaan assessment yang independen, yaity PT. Iradat Konsultan. Seleksi profil calon tersebut dilakukan untuk mengetahui kompetensi dan personality calon, yang antara lain menguji kapasitas kepemimpinannya (leadership), integritas dan independensinya. Juga dilihat kemampuannya dalam hal strategic thinking, stakeholders management, komunikasi, etika, fairness, sinergi, koordinasi, dankemampuannya melakukan  alignment.

Pemimpin seperti apa?
            Penting bagi OJK bahwa lembaga ini bukan menjalankan kegiatan yang sama sekali baru. Tetapi, sebuah organisasi baru yang memerlukan komitmen tinggi untuk menjamin kelangsungannya. Ekspektasi masyarakat terhadap OJK sangatlah tinggi.  Ada kegalauan terhadap pengawasan sistem keuangan di masa lalu yang dinilai kurang maksimal dilaksanakan. Dengan berdirinya OJK, maka keinginan masyarakat adalah, terciptanya suatu lembaga keuangan yang kredibel dan dapat dipercaya. Pengawasannya diharapkan mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat. Kita meyakini bahwa lembaga keuangan yang ada, diperkirakan tidak rentan terhadap goncangan. 
Masyarakat tidak mau, akibat kesalahan manajemen/pemilik dalam mengelola usahanya, selanjutnya dengan alasan untuk mempertahankan keberlangsungan sistem keuangan yang ada, pemerintah dipaksa mengucurkan bantuan yang bebannya selanjutnya menjadi tanggungan masyarakat keseluruhan.
Tuntutan seperti ini yang membuat kita menjadi concern dan memantau pola rekrutmen pimpinan OJK yang sedang berjalan saat ini. Hakekatnya, kita sedang mencari pemimpin yang kredibel dan dapat dipercaya.
Pengalaman kepemimpinan para calon, atau dikenal dengan istilah track record, jelas sesuatu yang sangat penting. Track Record memberi keyakinan kepada kita bahwa kandidat telah memiliki kompetensi yang secara technical telah teruji. Kalau inti menjadi pertimbangan utama, maka calon dengan latar belakang kompetensi technical akan mendapatkan peluang yang lebih besar.

Tetapi bagi sebuah lembaga besar, ada beberapa pertimbangan lain yang juga sama pentingnya, yaitu karakter kepemimpinannya. Pemimpin yang memiliki strong character biasanya dilihat dari integritasnya.
Integritas adalah akar dan hakikat kepemimpinan. Menurut Warren Buffet, CEO Berkshire Hathaway, ada 3 hal penting yang diperhatikannya dalam merekrut seorang pemimpin/pegawai, yaitu integritas, inteligensia (kompetensinya), dan  energinya.  Hanya saja, jangan pernah menerima orang yang integritasnya diragukan meskipun dia sangat pintar (high competent people) dan memiliki energi tinggi (a high energy level). “If you don’t have the first (maksudnya Integritas), the other two will kill you” kata Buffet.

Lembaga penting sekelas OJK yang akan mengawal perjalanan lembaga keuangan kita ke depan yang secara tehnis sangat ditentukan oleh kredibilitasnya, tidak boleh ragu untuk mempertimbangkan aspek integritas sebagai suatu kriteria yang tidak tergantikan.

Tentunya di samping itu, karena dasar pendirian OJK termasuk pula untuk menciptakan lembaga pengawasan sektor keuangan yang independen, maka kita pada dasarnya sedang menari pemimpin atau Dewan Komisioner OJK yang juga memiliki karakter independen.
Kita sedang mencari pemimpin yang memiliki tujuan akhir untuk menjaga kepentingan bangsa, bukan kepentingan “kita”, bukan pula dari mana asal kita. Ini adalah perilaku (behavior) penting yang harus dimiliki oleh para pembesar OJK nantinya.