Wednesday 27 November 2019

KEKUATAN TEKNOLOGI

toto zurianto


Dalam buku Thank You for Being Late, Thomas L. Friedman, pengarang buku
tersebut menceritakan tentang pembicaraannya dengan Wujec, yang pernah menjabat Direktur Kreatif Royal Ontario Museum di Kanada.
Wujec bercerita tentang pengalamannya sekitar tahun 1995. Saat itu, Wujec dan anggota tim nya melaksanakan sebuah project, bagaimana menciptakan salah satu prototype Dinosaurus yang disebut Maiasaura yang bisa bergerak seperti Dinosaurus hidup. Proyek yang berawal dari pemindahan kayu keras seberat 2 ton dari kawasan hutan ke museum tersebut, melibatkan ratusan orang ahli dari berbagai disiplin. Menghabiskan biaya sekitar ½ juta dollar Amerika dalam waktu sekitar 2 tahun, mereka berhasil menciptakan Maiasaura yang sangat mirip dengan gambaran aslinya, bisa bergerak, berjalan, berkedip, atau tidur. Dengan menekan tombol-tombol tertentu, pengunjung museum bisa menggerakkan Maiasaura, apakah duduk, berjalan, berdiri, makan atau menggerakan mulut/bibir seolah- olah sedang berbicara.
Lalu 25 tahun setelah itu, suatu saat Wujec kembali mengunjungi Museum yang sama. Dia masih menemukan Dinosaurus Maiasaura di tempat itu. Sambil memegang segelas cocktail, Wujec mengambil beberapa photo Maiasaura dengan menggunakan smartphone, lebih dari 20 photo selama sekitar 90 detik. Lalu mengupload photo tersebut pada aplikasi cloud yang disebut 123D Catch. Photo-photo dalam berbagai model kegiatan tersebut dikonversi dalam bentuk 3D model digital. Lalu 4 menit kemudian, hasil photo tersebut bisa menghasilkan photo realistic model 3 Dimensi Maiasaura yang sangat akurat, hebat dan gerakan animasi yang luar biasa. Apa-apa yang dulu, 25 tahun yang lalu dihasilkan dengan dukungan software dan hardware seharga ½ juta dollar yang melibatkan banyak orang selama berbulan-bulan, sekarang bisa dihasilkan dalam waktu hanya beberapa menit melalui smartphone biasa yang dikerjakan sambil menikmati kopi atau cocktail di sebuah cafĂ©. Hal itu dilakukan tanpa biaya apa apa, alias free. Model Digital dari Prototipe Dinosaurus Maiasaura, atau Mother Lizard, bukan saja tanpa biaya, tetapi hasilnya sangat bagus.

Monday 18 November 2019

Negara Suka Rame

toto zurianto

Tiba-tiba Presiden Jokowi mengusulkan temannya yang suka berbuat gaduh, suka rame, suka mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, menjadi calon petinggi salah sebuah BUMN besar Indonesia. Menteri BUMN Erick Thohir yang disebut-sebut salah satu ahli Business terkemuka Indonesia, sudah memanggil Ahok dan menawarkan posisi tinggi yang belum kita ketahui. Ahok juga sudah memberikan pernyataan, akan menerima tawaran jabatan tersebut. Kalau istilah kerennya, "Apapun saya berikan untuk negara", kata Ahok. Sepertinya semua orang Indonesia., kalau diberikan tawaran enak, apakah jadi Menteri, Kepala badan Khusus, jabatan di lembaga Yudikatif ataupun di kepolisian dan Militer, termasuk sebagai petinggi di perusahaan BUMN, tentu jawabannya klasik, semuanya seolah-olah "bersedia menderita bersedia berjuang" untuk bangsa dan negara.
Bagi pendukung Ahok, inilah hal yang ditunggu-tunggu. Muncul kembali berbagai dukungan terhadap Ahok yang dikesankan sebagai orang yang pernah menderita tanpa alasan yang jelas. Termasuk dukungan dari sebagian orang-orang yang dinilai intelektual. Tetapi tidak bagi sebagian yang lain. Pencalonan Ahok dinilai hanya membuat kegaduhan. Beberapa hal yang disebut sebagai faktor negatip, antara lain menyangkut pengalaman dan kompetensi yang lemah, adanya ketidak sesuaian dari Kementerian BUMN yang katanya akan membangun profesionalisme, tetapi justru mengusulkan orang-orang yang bukan Profesional tetapi Politisi. Di samping itu, Ahok juga dinilai sebagai pribadi yang suka membuat gaduh. Perbuatan Gaduh biasanya membuat berbagai rencana, menjadi sulit dikendalikan. Lalu yang perlu diperjelas, apakah soal mantan narapidana saat ini sudah cukup clear menjadi sebuah isu yang tidak perlu dipertimbangkan. Termasuk bebeapa kasus yang belum clear, apakah dinilai tidak ada kasus, seperti soal Rumah Sakit Sumber Waras. Apakah hasil pemeriksaan BPK dan atau KPK, telah memberikan kejelasan. Ini juga penting agar semua isu, pada akhirnya menjadi sesuatu yang tidak mendasar untuk dipermasalahkan dan bisa berlaku pada semua orang.
Pada saat ini ada beberapa pengamat dan ahli Bisnis BUMN dan politisi, termasuk Serikat Pekerja Pertamina, yang memberikan reaksi keras. Bagi Menteri BUMN beberapa tahun yang lalu, Dahkan Iskan, ada 2 isu yang harus didalami sebelum mengangkat Ahok atau siapa saja untuk menjadi orang penting di BUMN. Pertama soal Kompetensi dan Profesionalisme. Ini mendasar dan, menurut Dahlan, Ahok sama sekali tidak punya experience dan track record dalam mengenalikan sebuab business, apalagi perusahaan besar. Kompetensinya dalam hal ini, belum bisa dibuktikan. Tidak sesuai dengan arah Kementerian BUMN untuk menempatkan orang-orang yang dinilai Profesional. Lalu yang  penting adalah, soal hobby Gaduh. Ini sangat tidak sesuai untuk menjalankan atau terlibat pada BUMN besar yang harus dikelola secara hati-hati. Rizal Ramli, juga pernah sebagai Menteri BUMN mengkritik aspek yang sama, aspek Profesionalisme, aspek Politik, dan Aspek Hukum yang dinilainya masih harus diselesaikan oleh Ahok. Bagi Rizal Ramli, Ahok dinilainya terbukti tidak kompeten. Tidak pernah sama sekali mengendalikan sebuah Korporasi, apalagi Korporasi besar milik pemerintah.
Negara Suka Gaduh
Pada akhirnya semua terpulang pada Presiden Jokowi. Apakah Presiden masih tetap suka menjalankan roda pemerintahan secara Gaduh? Apakah masyrakat kita terus menerus harus dikondisikan untuk saling rusuh, saling bertempur dan saling membenci?  Pasti kita bisa mendapatkan para profesional di negara kita yang luas ini. Kenapa harus yang ini, yang selalu sukja untuk berbuat Gaduh? Lalu bagaimana para Menteri kita, termasuk Menteri BUMN, apakah selalu menjadi "yes man saja? Kenapa Erick Thohir merasa nyaman harus menerima pencalonan Ahok yang sebenarnya tidak mempunyai pengalaman Business dan Korporasi?
Semua terserah sama Presiden, apakah tetap akan selalu Gaduh, atau mulai menjaga keseimbangan secara lebih baik?

Wednesday 6 November 2019

Negara Tanpa Oposisi

toto zurianto

Setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Jokowi dan Ma'ruf Amin untuk periode 2019-2024, tugas Presiden terpilih adalah memilih dan menetapkan para menteri untuk membantu kerja presiden. Menarik ketika Presiden Jokowi antra lain memanggil Prabowo Subianto yang sebelumnya rival Jokowi pada pemilihan Calon Presiden.
Prabowo Subianto sebagai pemimpin Partai Gerindra ditunjuk menjadi salah seorang Menteri pemerintahan Jokowi Maruf Amin. Besar kemungkinan akan menjabat portofolio Menteri Pertahanan (Menhan), atau Menteri Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam). Sampai saat ini (Selasa, 22 Oktober 2019), belum ada yang tahu secara pasti jabatan yang sudah dibicarakan Presiden. Tetapi yang menarik adalah munculnya dugaan-dugaan kita yang belum tentu benar. Apakah Indonesia akhirnya akan menjalankan pemerintahan tunggal tanpa suara atau kekuatan oposisi? Apakah dengan demikian, Partai Gerindra, akan menjadi partai pendukung pemerintah? Lalu, bagaimana dengan Partai Keadilan Sosial (PKS), apakah tetap menghadirkan suara oposisi satu-satunya? Atau jangan-jangan akan ada partai lain yang selama ini menjadi kekuatan partai koalisi pemerintah (Jokowi) yang keluar dan menjadi oposisi. Kemudian dengan demikian, Indonesia ke depan ternyata (memang) tidak lagi memerlukan kekuatan  oposisi, tidak perlu ada melakukan koreksi atau kritikan.

Belajar Demokrasi
Memang sebuah proses untuk menjadi sebuah negara yang demokratis, memerlukan pembelajaran yang kadang-kadang bisa berbeda dengan teori demokrasi sendiri. Banyak orang percaya, sebuah kekuasaan tidak boleh dibiarkan tanpa ada batasan. Kekuasaan tidak boleh absolut dan terpusat pada satu kutub saja. Karena tidak ada orang yang cukup sempurna yang bisa mengetahui dan memahami semua issue. Hidup dan perjalanan, termasuk pemerintahan, memerlukan bantuan para pengkritik yang melakukan koreksi. Perjalanan Indonesia juga seperti itu. Negara atau manusia Indonesia, tidak bisa melakukan semuanya serba sendiri. Kita memerlukan pandangan lain, apakah sebagai pihak yang memberikan bantuan, atau orang yang mengkritisi sebuah kebijakan.
Berdemokrasi artinya menerapkan Budaya Terbuka, atau sikap keterbukaan yang bisa menerima pandangan lain yang tidak sama, bertentangan, atau berbeda.

Budaya memberi Kritik
Kini, semuanya sudah terjadi. Beberapa pesaing kini sudah menjadi anggota koalisi. Paling penting adalah, apakah kini kita benar-benar menjalani pemerintahan tanpa pemberi kritik! Apakah semuanya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin sudah dijamin kebenarannya tanpa perlu kritikan? Lalu Bagaimana para generasi muda melihat situasi ini. Apakah anak muda kita juga akan berjalan seia sekata tanpa perbedaan? Kalau benar seperti ini, sungguh sesuatu yang patut kita sesali. Tidak ada jaminan apa yang disampaikan (pemerintah), sudah pasti sesuatu yang terbaik tanpa keliru. Budaya kritik adalah sebuah keharusan. Tidak ada suatu kesempurnaan. Inilah tugas kita berbangsa dan bernegara. Kita yang berada di luar pemerintahan, punya kewajiban untuk meluruskan dan memberikan pandangan alternatif. Bisa saja apa yang ada di luar itu lebih bagus, dibandingkan dengan apa yang dilakukan pemerintah. Tapi kalau mekanisme demokrasi ini harus kita tutup, bia dipastikan,  tujuan besar yang akan kita jalankan menjadi sulit untuk tercapai. Lihat saja, dalam konteks pembangunan ekonomi, semua orang merasa apa yang kita capai, sudah sangat bagus. Ekonomi dinilai stabil dan tumbuh sangat bagus. Tetapi kita bisa merasakan, perdagangan kita belum cukup bagus, belum mampu bersaing dan maish tetap defisit selama bertahun-tahun.

Rumah Jawa di Villa Boncabe, Ciampea Bogor

toto zurianto

Kalau anda punya waktu, silahkan mampir ke Villa Boncabe di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lokasinya sekitar 6 kilometer dari Kampus IPB Dramaga Bogor. Kalau dari Jakarta, melalui Toll Jagorawi, keluar di Pintu Tol Sentul Selatan, ke kanan, langsung melalui Tol Bogor Lingkar Luar (Bogor Outer Ring Road), turun di Yasmin. Dari Yasmin ke arah Leuwiliang (Jasinga). Lalu sekitar 2 Kilometer setelah Kampus IPB Dramaga, ambil jalur ke kiri menuju kawasan wisata Gunung Bundar. Ikutin Google Map ke arah Villa Boncabe, atau Raja Organik, 15 menit anda akan sampai di Villa Boncabe yang sejuk dan hijau. Ada 4 Villa di Villa Boncabe; Villa Rumah Palembang, Villa Gazebo, Villa Rumah Betawi, Villa Kayu Kecil, dan Villa Rumah Jawa. Di samping Villa, di kawasan Villa Boncabe, juga ada tanaman Hidroponik dengan beberapa jenis sayuran.

Villa Rumah Jawa
Salah satu Villa yang kini sudah tersedia di kawasan Boncabe adalah Villa Rumah Jawa. Villa Rumah Jawa terdiri dari 2 lantai, lantai atas bangunan rumah Jawa yang terbuka dan Serbaguna. Lantai atas bia dimanfaatkan untuk kegiatan atau event keluarga atau kantor. Pemandangan yang luas ke semua arah 360 derajat tanpa dinding, membuat kita bebas untuk melihat semua penjuru di Villa Boncabe. Villa atas cukup luas, bisa menampung 30 sampai 50 orang. Kalau kita turun ke bawah, maka ada ruangan utama, satu kamar keluarga, 2 kamar mandi (shower/toilet) dan dapur kecil. Ruang bawah bisa digunakan untuk kongkow atau istirahat. Lebih kecil tetapi cukuplah untuk 10-20 orang.



Villa Atas Rumah Jawa

Pintu Billa Bawah Rumah Jawa
Kolam dan Tempat Duduk yang Instagramable
Di dekat Villa bawah, pemadangannya sangatlah menakjubkan, sebuah lembah dan sungai. Agak mirip dengan Ngarai Sianok di Bukittinggi, Sumatera Barat, tetapi lebih kecil. Memang Villa Boncabe belum sepenuhnya selesai. Pembangunan taman dan kolam masih terus disempurnakan. Tetapi, awal tahun depan, Insya Allah sudah bisa dimanfaatkan. Termasuk dengan fasilitas dan taman-taman yang semakin membaik. Apalagi Kolam Ikan dengan sistem ecosand juga sudah tersedia dan memberikan keindahan bagi pengunjung yang datang ke Villa Boncabe.

Taman tempat Photo, tempat Kongkow

Pembangunan Taman dan Lembah di Villa Rumah Jawa
Owner Rumah Jawa Eko Ariantoro (kiri) bersama Penulis.


Owner Villa Boncabe, kiri ke kanan, Greatman (Rumah Palembanh dan Hidroponik),
Eko Ariantoro (Rumah Jawa), Toto Zurianto (Rumah Kayu Kecil), dan Hikmah Rinaldi
(Rumah Betawi Modern). Sedang santai di Minggu pagi (20 Oktober 2019)