Cerita hari ini, sebuah statement dari Luhut Binsar Panjaitan, Menteri penting Kabinet Joko Widodo, entah kenapa, mencoba mengatur-ngatur Presiden Indonesia yang akan datang. Kita tidak tahu siapa Presiden baru itu, jangan-jangan dia sendiri yang akan jadi Presiden, atau kawan-kawannya sendiri. Tapi katanya, dia meminta Presiden baru nanti tidak perlu berbicara mengenai perubahan.
Mungkin Luhut mulai sakit, bagaimana mungkin dia berpikir, segala sesuatunya sekarang ini sudah bagus, sudah on track, sudah di jalur benar. Katanya Jokowi sudah sangat hebat, sudah membuat negara ini bagus sekali.
Kita mulai bertanya, apanya yang sudah bagus? Bukankah hampir semua bisa dikatakan gagal. Apakah Presiden sekarang Joko Widodo bisa dikatakan sebagai Presiden bagus dan Hebat? Mana mungkin? Ingat enggak anda, ketika pertama kali dia mulai memenangkan kursi Presiden, belum diangkat dia sudah bangga-bangga untuk menaiki pesawat Garuda Kelas Ekonomi Jakarta Singapore, mencoba menjadi orang biasa, sederhana, cukuplah Pesawat Kelas Ekonomi. Setelah diangkat jadi Presiden, kemana-mana memakai pesawat Keperesidenan, bahkan untuk pulang kampung untuk urusan pribadi ke Solo, selalu menggunakan pesawat negara RI-1. Juga untuk urusan Partainya, paling asyik menggunakan fasilitas negara. Ini contoh pemimpin hipokrit, munafik.
Dia juga sering mengatakan, anaknya hanya seorang tukang jual martabak, pedagang kecil, tidak akan menggunakan kekuasaannya untuk menjadi pejabat negara. Anak saya hanya seorang Penjual Martabak. Lalu bagaimana? Belum begitu lama, Anaknya merampas jabatan untuk menjadi Walikota Solo. Tidak cukup, menantunya juga menjadi Walikota Medan.
Lalu anaknya juga sekarang, sedang bersiap-siap merebut porsi Gubernur DKI. Sebelumnya muncul juga keinginan untuk menjadi Walikota Depok. Lalu beberapa pejabat negara lain, termasuk Iparnya sendiri yang diangkat menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi. Lalu berkeinginan untuk melakukan perubahan terhadap konstitusi, antara lain munculnya wacana dan keinginan untuk menjabat Presiden selama 3 periode, dan atau berusaha melakukan penundaan Pemilihan Umum untuk menjabat lebih lama sebagai Presiden.
Kemudian, bagaimana seorang Luhut Binsar Panjaitan mengeluarkan statement untuk melarang Presiden baru (yang akan terpilih nanti) untuk melakukan perubahan? Apakah orang-orang dan sistem yang beraroma KKN- Kolusi Korupsi dan Nepotisme seperti yang banyak terjadi sekarang ini, kita biarkan di negara kita? Banyak hal yang tidak berjalan baik selama periode Joko Widodo, mulai dari pembangunan Kereta Listrik, Pembangunan jalan Tol, Hutang Luar negeri yang semakin menumpuk, menunjukan Pejabat Negara yang syarat nepotisme, adanya masalah di Dirjen Pajak, Bea Cukai dan Kementerian Keuangan. Oh ya, perlu kita catat, pemerintahan di masa Jokowi, juga tidak pantas dicontoh dalam hal punya hobby ngutang, sampai tahun 28 Februari 2022, hutang pemerintah tercatat sebesar Rp7.014,58 Trilyun.
Hanya orang gila yang akan membiarkan kejelekan ini berlangsung terus. Apalagi soal wewenang, apa wewenang Luhut melarang-larang orang untuk melakukan perubahan. Tidak pada tempatnya Luhut mengatur-ngatur Presiden. Tidak boleh kebiasaan pejabat sekarang yang selalu memuji-muji Presidennya, meskipun salah, tidak kritis, dipertahankan di masa yang akan datang. Perubahan adalah suatu keniscayaan, tidak ada seorangpun yang bisa memberhentikannya. Tidak pas mengatakan Presiden sekarang sudah meletakkan dasar yang bagus bagi negara untuk masa yang akan datang. Semua hal memerlukan ujian, pembahasan, yang jelek kita berhentikan, kita cari cara yang lebih baik, juga orang yang kompeten, punya integritas.