Sejak dulu sampai sekarang, hampir setiap malam, saya selalu menyempatkan diri untuk nyanyi sambil main gitar, ya, memetik gitar! Saya senang sekali, bahwa saya mempunyai hobby, dan salah satunya menyanyi dan maen gitar.
Saya bisa nyanyi setengah jam, atau satu jam, bahkan 2 sampai 3 jam. Malam hari, setelah mandi dan makan malam, juga setelah sholat Isya, saya selalu menyempatkan diri untuk maen gitar. Biasanya di salah satu sudut di kamar saya, sambil duduk di lantai dan di depan pesawat TV yang saya kecilkan volumenya.
Saya tidak tahu apa yang dipikirkan istri dan 2 anak saya ketika saya nyanyi dan maen gitar. Mereka sepertinya tidak terganggu, atau setidak-tidaknya, tidak pernah protes, atau mungkin udah bosan mendengar suara saya dan lagu-lagu saya yang mungkin tidak pernah mereka dengar, apa lagi mereka sukai. Paling-paling kalau saya nyanyi terlalu keras dengan gitar yang volumenya saya buat maksimum, baru mereka pada protes. Oh ya, di samping gitar klasik, saya juga suka menggunakan gitar electric yang suaranya bisa sangat memekakkan telinga, hingar bingar.
Seperti orang-orang pada zaman saya yang seumur, tentu saja, biasanya saya menyanyikan lagu-lagu Koes Plus, the Mercy’s, Panbers, atau D’Lloyd’s. Juga lagu-lagu barat zaman saya, seperti the Beatles, Bee Gees, Queen, Grand Funk, Chicago, Rod Steward, atau Daniel Sahuleka yang pernah Top di tahun 80-an dengan lagunya Don't Sleep the Night. Sebelumnya saya juga suka dengan Skeeters Davis, Olivia Newton John, Andy Williams, atau Paul Anka dengan I don’t like to sleep alone-nya. Juga Feeling-nya Morris Albert yang pernah sangat populer.
Banyak lagu Koes Plus yang saya hapal luar kepala, mungkin lebih banyak dari yang dihapal Yon Koeswojo. Salah satu lagu Koes Plus yang paling saya suka adalah Senja, liriknya seperti ini.
Menjelang di waktu senja
Sinar lembayung merata
Tenang hatiku tertawa
Menanti malam tiba
Menanti bintang bercahaya.
Kulihat bintang berkelip
Dengan sinarnya yang sedih
He hem seakan berbisik
Mengapa kau sendiri
Senyumlah aku menemani
Disana semuanya berdendang
Bernyanyi merindukan sang bulan
Kuinghin menghampiri mereka
Bersama melagukan sonata.
Kalau enggak salah ini lagu album IV, sama dengan lagu Bunga Ditepi Jalan yang aduhai itu. Lalu berapa lagu yang saya hapal? Saya belum pernah menghitungnya, rasanya saya hapal sekitar 50-100 lebih lagu Koes Plus, juga lagu Mercy’s, mungkin sejak Volume I, Tiada Lagi dan Kisah Seorang Pramuria sampai ke Volume V, Pergi Tanpa Berita. Kalau semuanya digabung, misalnya termasuk lagu-lagu Irama Melayu dan Kasidahan, saya bisa menyanyi sambil maen gitar lebih dari 300 lagu; mulai Koes Plus, the Mercy’s, Panbers, D’Lloyd’s, Bimbo, AKA, the Rollies, Gembell’s, Freedom of Rhapsodia, NO KOES, Ivo’s Group, Favourite’s Group, Soneta, Ellya Khadam, Mus Muliadi, Tety Kadhi, Vivi Sumanti, dan Rhoma Irama. Saya juga banyak mengetahui lagu-lagi Titik Sandhora dan Muchsin, Ida Royani dan Benyamin S, sampai, tentu saja lagunya Chrisye dan Keenan Nasution! Tentu saja di Medan saya menyukai band favourite saya the Rhythm Kings yang personilnya antara lain; Darma Purba, Darmawan Purba, dan Darmawi Purba, serta Raja Nasution, dan Muchsin (?).
Dalam berbagai acara, saya biasanya tidak menolak kalau disuruh nyanyi. Kalau enggak ada yang nyuruh, saya sering juga volunteer ke panggung untuk nyanyi. “malu-malu-in” kata istri saya. Pokoknya saya suka nyanyi dan maen gitar. Hari-hari luang saya, ya nyanyi dan maen gitar. Kalau ada acara yang dimeriahkan organ tunggal/keyboard, biasanya saya menyanyikan lagu Bee Gees, Rest Your Love on Me. Ini salah satu lagu favourite saya, bukan Bee Gess tahun 70-an, tapi sekitar tahun 1985-88, ketika era Saturday Night Fewer sedang rame-ramenya. Ini salah satu lagu yang sendu, sedikit berirama Slow Rock di antara beberapa lagu Bee Gees berirama Disco yang sangat populer pada waktu itu.
Saya kadang-kadang malu juga, ketika jumpa tetangga yang mengatakan, “wah Pak Toto suka nyanyi ya”. Rupanya, kalau nyanyi, sering kedengaran sampai ke belakang rumah. Mungkin dia terganggu, tapi ya sudahlah, kalau dia enggak terus terang dan keberatan, ya saya anggap dia okay-okay aja.
Jadi kalau ditanya orang, apa yang saya lakukan di waktu luang, salah satunya ya menyanyi sambil maen gitar. Tentu saja, saya bukan pemain gitar sekolahan, tetapi gitar amatiran. Saya tidak pernah kursus gitar, tetapi karena Bapak saya (almarhum) suka maen gitar, maka kami anak-anaknya banyak yang bisa maen gitar.
Dipikir-pikir, apa yang saya lakukan sekarang, miriplah dengan yang dilakukan Bapak saya dulu. Bapak adalah seorang pemaen gitar, juga suka nyanyi. Suaranya sangat bagus, bulat dan jernih. Petikan gitarnya juga yahud. Dulu sekitar tahun 70-an ketika kami masih tinggal di Medan, hampir tiap malam, Bapak duduk di teras bersama Ibu, dan memainkan gitarnya seraya bernyanyi. Kami yang sedang belajar di dalam rumah, selalu mendengarkan alunan suara Bapak yang menurutku sangat merdu.
Karena Bapak dan Ibu selalu menyanyi setiap malam, kamipun semuanya, hapal lagu-lagu yang dinyanyikan Bapak, mulai lagu Barat, Nasional, Keroncong, ataupun lagu berirama Latin. Bapak sangat suka menyanyikan lagu Besame Mucho dan La Paloma! Juga lagu Batak yang sangat tersohor, seperti; Inang Sarge, Butet, atau Ma de dek yang iramanya mendayu!
Madedek magambiri da hasian
Sai madedek tubo nana da hasian
Molo tung humbege suarami da hasian
Lobia na boto mangan da hasian
Sai madedek tubo nana da hasian
Molo tung humbege suarami da hasian
Lobia na boto mangan da hasian
Ada lagu yang kami sekeluarga hapal karena tiap malam dinyanyikan Bapak dan Ibu. Judulnyapun kami tak tahu, tapi liriknya seperti ini;
Mari kita pergi duhai kesuma hatiku
Mencari sekuntum mawar menghibur hatimu
Tabahkanlah dik hatimu yang lara
Berdo’alah agar ku selamat
Ambillah mawar ini menghibur hatimu kelak
Bila ada waktu Kita bertemu kembali!
Thema lagu ini, sangat jelas seperti lagu Sepasang Mata Bola, antara kekasih dan perjuangan (membela) tanah air. Saya kurang tahu apakah diantara pembaca atau kita, ada yang mengetahui sejarah lagu ini. Judulnya apa dan siapa pula penciptanya.
Jadi kalau ditanya sejak kapan saya nyanyi? Yah sejak kecil, terutama karena orangtua hobby-nya nyanyi dan kami hampir setiap malam mendengarkan mereka bersenandung. Sejak kapan pula saya bisa maen gitar? Ya sejak kecil, sejak bisa memegang gitar dan belajar secara otodidak. Tentu saja, saya tidak bisa memainkan musik klasik atau membaca not balok. Kebanyakan hanya memainkan musik jalanan seperti yang dulu banyak dilakukan anak-anak muda di Medan tahun 70 dan 80-an.
Saya ingat ketika Kelas VI SD, saya menyanyi lagu Populer ketika itu, lagunya Broery Marantika yang berasal dari sound track film Pengantin Remaja yang dibintangi Sophan Sophian dan Widyawati, judulnya Dimana Mungkin dan Romi dan Juli. Saya tidak sempat dan tidak boleh menonton Film itu, karena masih dibawah umur. Ketika itu saya baru 11 tahun, jadi terpaksalah hanya menyanyikan lagu-lagunya yang begitu indah. Dan lagu Dimana Mungkin yang begitu populer adalah versi Indonesia dari lagu Love Story yang terkenal itu. saya tidak tahu, apakah ada diantara kawan-kawan yang mengenal lagu “Dimana Mungkin” yang irama dan liriknya masih sangat saya hapal sampai sekarang. Padahal, saya memiliki cassettes-nya sekitar tahun 1971, sekitar 40 tahun yang lalu.
Dimana mungkin
Akan kumulai kisah indah denganmu’kini kau telah hilang dari sisiku
Pergi dan tiada akan kembali lagi Oh dimana’
Yang maha esa
Menghendaki engkau harus menghadapnya
Meski hati sedih tiada terkira
Namun aku hanyalah insan biasa
Apa daya, apa daya
Itu kehendaknya dalam dunia
Tiada satupun yang abadi
Begitupun dalam kisah ini
Kisah diantara kau dan aku
Mengapa ini meski terjadi
Pada diri.
Kini diriku
Terombang ambing tanpa arah menentu
Kemana saja angin sedang bertiup
Aku selalu terbawa pergi olehnya
Sampai mati.
No comments:
Post a Comment