Saturday, 1 February 2014

Panggung Sandiwara

toto zurianto

Benar kata Ahmad Albar bahwa Dunia ini panggung Sandiwara. Lebih 35 tahun yang lalu ketika Ahmad Albar mengumandangkan albumnya Dunia Panggung Sandiwara. Karena itu cerita antara orang hebat dan jujur seperti Ronggolawe (RL) dan orang licik seperti Rama Pati (RP)sebagaimana episode sandiwara radio Saur Sepuh yang sering kita nikmati pada periode 80-an, tetap masih bisa kita saksikan dan kita sandiwarakan pada zaman IT dan gadget hebat dewasa ini.

Seperti kata Agung Adiprasetyo, CEO Kompas dalam bukunya Memetik Matahari (2014) yang belum lama terbit, kita selalu perlu waspada menyaksikan munculnya Rama pati-Rama pati modern yang suka hadir di manapun kita berada. Dalam pekerjaan sama saja, apalagi dalam dunia politik, kita sering menyaksikan munculnya orang-orang yang hobbynya memfitnah lawan atau saingannya.  Satu per satu lawan politiknya difitnah, dihabisi, dibunuh, diadu domba, dibuatkan cerita supaya Raja (pimpinan) menyingkirkan orang-orang yang sebenarnya baik (halaman 119).

Pada akhirnya orang-orang baik dan kompeten (profesional) selalu disingkirkan oleh orang-orang yang manis tampangnya tapi jahat hatinya. Mereka adalah orang yang diluar bicara manis, kulitnya terlihat manis tetapi hatinya busuk. Orang-orang yang berpenampilan seperti malaikat tetapi tingkah lakunya bandit.

Semua organisasi, kelompok menghadapi urusan kulit dan isi. Sayangnya sangat banyak para pengambil keputusan yang terpesona oleh penampilan kulit saja tanpa memperhatikan isi. Di perusahaan, politik kantor akan sama saja. Posisi tawar menawar sering harus dihadapi untuk naik ke tangga dan jenjang yang lebih tinggi (halaman 120 dan 121).  Memang sangat tergantung kepada boss besar yang akan mengambil keputusan. kalau boss besar lemah, maka dapat dipastikan, perusahaan atau organisasi sangat mungkin menjadi hancur dan tergadaikan. Kita bukan saja menyaksikan munculnya Rama Pati-Rama Pati yang akan menghancurkan kerajaan, juga sekaligus akan menyebabkan orang-orang terbaik menjadi demotivasi, dis-enggaed, dan akhirnya musnah.

Sebuah organisasi memerlukan para kritisi yang diberi tempat untuk menghadirkan pandangan alternatif, bukan dihancurkan dan disingkirkan. Kita bukan membenci orang-orang dekat, tetapi sangat mungkin di sekitar anda, bersemayam para penjilat yang mengaku sebagai anak buah dan pendukung utama. Padahal, ketika kita menghadapi suasana sulit, sering para penjilat ini lari terlebih dahulu untuk menemukan master baru mereka untuk melakukan tindakan yang sama nantinya.

Memang dunia tidak selalu adil. Namanya juga Panggung Sandiwara, ada yang menang dan ada yang harus dikalahkan. Pokoknya tergantung pada dalang!


No comments: