Wednesday 3 February 2021

Perkebunan Teh Kayuaro, Kerinci

toto zurianto

Artikel ini tentang sebuah perjalanan dari sebuah perkebunan negara. Ada banyak cerita yang akan kusampaikan, pengalaman hidup selama puluhan tahun, mulai tahun 1960 bermula di Kayuaro, sebuah Perkebunan Teh yang kini termasuk pada Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi. Saya berencana, setelah cerita mengenai Perkebunan Teh Kayuaro, akan menulis beberapa pengalaman yang lain, tentang Perkebunan Karet di Hapesong, Batang Toru Tapanuli Selatan. Kemudian, saya akan banyak bercerita tentang Perkebunan Pohon Pinus yang menghasilkan Damar dan Minyak Terpentin di Lampahan, Tanah Gayo, Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Kalau memungkinkan,  saya akan menulis tentang Perkebunan Kelapa Sawit di Perkebunan Karang Inong, dekat Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.  

Perkebunan Teh Kayuaro
Saat ini termasuk pada wilayah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi pada ketinggian sekitar 1600-1800 meter di atas pemukaan laut di udara yang sejuk dingin. Gunung Kerinci tercatat sebagai Gunung tertinggi di Pulau Sumatera (3880 meter), suhu rata-rata sekitar 17-23 derajat Celcius, tempat yang indah dan nyaman untuk beristirahat, apalagi seraya menyeruput Teh Hitam Kayuaro yang sudah terkenal sejak zaman kolonial Belanda. Kami tinggal di Kayuaro pada akhir tahun 1950-an sampai awal tahun 1960-an. Aku sendiri dan seorang abang (Jonny Havianto) lahir di Kayuaro. Karena itu, pastinya aku belum terlalu mengenal Kayuaro, kecuali berdasarkan cerita-cerita Bapak dan Ibu serta bacaan-bacaan yang sempat kubaca, dan photo-photo masa lalu yang pernah kami miliki. Tetapi kehidupan di perkebunan, sebagaimana pada perkebunan-perkebunan lain yang ada di Pulau Sumatera, situasi masyarakatnya umumnya hampir sama. Biasanya masyarakatnya merupakan kombinasi antara penduduk asli setempat dengan para pendatang yang banyak berasal dari Pulau Jawa. Dulu di tahun 1970-an dikenal dengan Program Transmigrasi yang dilakukan pemerintah, sedangkan sebelumnya, mulai dari di zaman kolonial Belanda, dikenal juga dengan istilah "Buruh Kontrak". Di awal tahun 1900-an bahkan di Sumatera Timur, Medan dan sekitarnya dikenal dengan istilah "Koeli Kontrak".  Kalau di Kayuaro, situasinya juga hampir sama, banyak para pendatang yang berasal dari Pulau Jawa dan dari sekitar Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Semuanya membentuk masyarakat Kerinci yang banyak bekerja di perkebunan Teh di Kayuaro.

Perusahaan Teh Belanda NV Handle Vereniging Amsterdam (HVA)
Era perkebunan Teh Kayuaro dimulai sekitar tahun 1925-1930. Pada awalnya pemerintah dan perusahaan Belanda mencoba menanam Kopi di Kerinci, tetapi pada saat itu hasilnya kurang menggembirakan, Sampai akhirnya sebuah perusahaan milik Belanda NV HVA Handle Vereniging Amsterdam mencoba menanam Teh dan mulai membuka perkebunan Teh di Kayuaro di dataran tinggi dengan suhu yang dingin. Hasilnya membuat NV HVA membuka lahan secara besar-besaran sehingga harus mendatangkan pekerja dari luar Kerinci, terutama dari Pulau Jawa. Tenaga Kerja yang dikontrak di perkebunan ini disebut dengan Paedah, agak mirip dengan Koeli Kontrak di Sumatera Timur. Masyarakat pendatang ini, lama kelamaan membaur dengan masyarakat asli setempat dan membentu masyarakat Kerinci yang baru. Sehingga tidak berpikir untuk kembali lagi ke Pulau Jawa Kampung halamannya. Apalagi perkebunan Teh Kayuaro ini menjadi semakin luas yang membuat perusahaan NV HVA mulai mendirikan Pabrik Teh untuk memenuhi permintaan Teh Hitam dari Negeri Belanda dan Eropa yang kualitasnya tercatat sangat baik. Perkebunan Teh Kayuaro ini berkembang terus, sampai di zaman kemerdekaan yang nantinya dinasionalisasi menjadi perusahaan perkebunan milik negara.Pada tahun 1960-an sampai 1970-an dan seterusnya perkebunan Teh Kayuaro pengelolaannya dilakukan oleh PN Perkebunan (PNP) dan kemudian menjadi PT Perkebunan (PTP), dan sekarang menjadi PT PN. Tetap masih menjalankan kegiatannya sampai saat ini setelah pembukaan perkebunan Teh pertama kali pada tahun 1925.  Jadi Perkebunan Teh Kayuaro sudah hampir menjelang 100 tahun, sebuah perjalanan panjang. Rasanya aku perlu kembali melihat situasi Kayuaro dan Kerinci saat ini. Semoga bisa kembali lagi ke tanah kelahiran, di Kayuaro Kabupaten Kerinci, Jambi. 

Photo diupload dari Google

Perkebunan Teh Kayuaro dengan latar belakang
Gunung Kerinci yang indah.

Photo Pabrik Teh Kayuaro sekitar tahun 50-an


No comments: