Friday, 19 September 2014

Haneda Airport

toto zurianto

Ada 2 airport besar di Tokyo, pertama, Narita, yang lebih banyak melayani penerbangan internasional, dan kedua, Haneda, di samping penerbangan internasional, juga dalam negeri dan regional.




 
 

Friday, 12 September 2014

Give me my people

toto zurianto

Seperti kata Henry Ford, "you can take my business, burn up my building, but give me my people, and I'll build the business right back again".

Tentu saja yang dimaksud Henry Ford, adalah orang-orang yang memiliki komitmen dan emosional untuk bekerja dengan sepenuh hati. Bukan yang separuh hati. Kita mengenalnya sebagai orang yang "fully enggaged". Orang yang penuh komitmen ini tidak banyak. Dalam suatu perusahaan, menurut Kevin Sheridan (2012), berkisar sekitar 27% saja. Sebagian besar, 60% adalah orang-orang yang tidak enggaged atau orang yang ambivalent. Belum mempunyai komitmen, tetapi sangat mungkin untuk menjadi fully engaged apabila berada pada pemimpin yang benar. Tetapi kalau dia jatuh ke pelukan pemimpin yang "Actively Disengaged", mereka ada sekitar 13%, maka perusahaan akan kesulitan dan akhirnya tenggelam.

Pemimpin atau orang-orang yang dipercaya, selalu bermain pada level ini. Bagaimana membuat 80% pegawai menjadi bersemangat dan enthusiasm untuk mencurahkan kemampuan, kekuatan, ilmu dan energinya bagi keberhasilan perusahaan. Tugas pemimpin harus membuat orang menjadi "go above and beyond", atau berbuat lebih dari yang seharusnya diminta. Pemimpin harus selalu berusaha membuat suasana menjadi nyaman dimana orang menjadi sangat passionate untuk berbicara mengenai misi dan visi organisasi serta mengembangkan nilai-nilai organisasi secara utuh.
Lalu semuanya menjadi tergerak sendiri secara otomatis tanpa diperintah untuk self-motivated and self-driven mencapai kinerja terbaik di level tertinggi.
Pemimpin harus mampu menganggap anak buahnya atau orang-orang yang dipimpinnya menjadi nyaman bekerja dan berlomba memberikan kontribusi lebih, ide terbaik, dan melakukan perubahan secara terus menerus untuk mencapai efisiensi dan efektivitas organisasi.

Sebuah organisasi, pada dasarnya, sangat tergantung pada kapasitas pemimpin yang mengelolanya. Pemimpin bukan untuk dirinya sendiri, tetapi bagaimana membuat, orang-orang yang ambivalent, menjadi lebih engaged, dan selanjutnya menjadi fully engaged. Ini yang akan membuat sebuah perusahaan berkembang sehingga mencapai tahap yang sempurna. Tantangan kita ke depan adalah menciptakan suasana seperti ini, bukan membuat orang menjadi disengaged, atau actively disengaged.

Wednesday, 10 September 2014

Mobil Menteri

toto zurianto

Pemerintah SBY diakhir masa bakti 2009-2014, telah melakukan proses pengadaan mobil dinas menteri dan pejabat negara lain untuk periode 2014-2019. Ada 80 mobil yang akan dibeli, 35 untuk menteri baru, 31 untuk pejabat negara lain, lalu sisanya untuk mantan Presiden dan Wakil Presiden, tamu negara dan kenderaan cadangan. Kalau biasanya yang menang selalu merek Toyota, antara lain Toyota Crown Royal Salon dan Toyota Camry, kali ini yang menang Mercedez Benz dengan total biaya hampir Rp100 milyar.
Lalu banyak yang protest, dan dinilai kemahalan dan tidak pantas. Termasuk Pak Jokowi yang selalu mengedepankan efisiensi. Tetapi, tentu saja, hal ini merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan pemerintah Presiden SBY yang menyiapkan kenderaan dinas bagi Menteri dan Pejabat negara periode mendatang. Apalagi semua budget sudah disiapkan dan prosesnya sudah dilakukan (sesuai dengan aturan main yang sudah tersedia).
Bagaimana kita melihat situasi ini? Jelas tidak ada aturan untuk setuju atau tidak setuju. Apapun bisa menjadi pertimbangan kita. Masing-masing punya alasannya sendiri-sendiri. Kalau kita setuju dengan keputusan pemerintah, yah memang sangatlah pantas kalau para Menteri dan Pejabat tinggi kita mendapatkan kenderaan dinas se kelas Mercedez Benz seharga sekitar Rp1,2 milyar. Lihat saja para pejabat di bawah para eselon 3, 2, dan 1, mobil dinasnya juga seharga sekitar Rp250 juta (sekelas Innova), atau Rp350-400 juta sekelas Toyota Altis dan Rp 500-800 juta untuk kelas Toyota Camry Hybrid. Belum lagi para pemimpin perusahaan BUMN, rata-rata juga mengenderai mobil Mercedez Benz, Camry, atau BMW series 5 terbaru. Bahkan sering mendapatkan fasilitas mobil lebih dari satu.
Sekarang memang semuanya mendapatkan kenderaan dinas, juga ke pejabat TNI dan Kepolisian.
Belum lagi pengadaan kenderaan dinas operasional yang jumlahnya mencapai puluhan dan ratusan untuk setiap kementerian dan lembaga negara.
Pemberian mobil dinas adalah harga yang pantas untuk memberikan penghargaan bagi para pejabat negara, sekaligus sebagai tuntutan agar para Menteri dan Pejabat negara mampu meningkatkan kinerjanya dan tidak lagi melakukan praktek yang intinya tetap memanfaatkan fasilitas negara yang lain.
Tapi, banyak juga yang menginginkan efisiensi dan kalau bisa spesifikasinya diturunkan. Maunya jangan mobil mewahlah, kalau bisa para Menteri cuma pakai Toyota Innova, atau maksimum yang harganya Rp500 juta. Ini juga termasuk suatu keinginan yang terasa aneh dan kurang pas.
Selalu ada pendapat pro dan kontra, kadang terlihat sedikit "lebay". Entahlah, yang mana yang kita lakukan. Atau mungkin karena kita selalu ingin dinilai concern? Saya tidak tahu. Kita serahkan kepada aturannya. Yang penting, kalaulah harganya mahal, jangan sampai di-sia-siakan. Mobil mewah, mudah-mudahan dapat meningkatkan kinerja Menteri dan para Pejabat Negara lain. Kerjanya menjadi lebih semangat dan tetap anti korupsi. Kalaupun harganya lebih murah, jangan sempat mobilnya mogok atau cepat rusak. Para pejabat juga sebuah jabatan yang kita hargai dan hormati. Mereka adalah wakil kita yang kehadirannya perlu dijaga dan dengan kualitas yang baik.

 

Friday, 5 September 2014

Mencari Pemimpin

toto zurianto

Sebenarnya pemimpin tidak usah dicari. Situasinya selalu sebagai sesuatu yang harus diterima. Kita pada akhirnya hanya menerima seseorang yang kebetulan senior dan menjadi atasan kita. Kadang-kadang kita mendapatkan atasan yang hebat luar biasa dan sesuai dengan jabatannya sebagai pemimpin "kita". Bukan saja lebih memotivasi dan mampu menjadi pemimpin, tetapi sekaligus memiliki pribadi mumpuni, visioner dan tidak menyulitkan. Bahkan mampu membuka hati anak buah untuk menjadi lebih baik. Inilah pemimpin yang membuat semuanya menjadi mudah. Ketika kita kurang hebat, dia datang dan membuat segalanya menjadi mudah. Bahkan kita menjadi lebih tergerak untuk mencari dan mencari berbagai alternatif yang lebih baik.

Inilah yang kita butuhkan. Bukan atasan atau pemimpin yang terlalu suka dipuji dan dianggap hebat. Kita sayangnya sering berjumpa pemimpin yang gila pujian dan suka sanjungan. Banyak pemimpin yang gila seperti ini. Tidak mau berdiskusi, apalagi berbeda pendapat. Pokoknya mau menang sendiri. Padahal kompetensinya kurang, tapi tetap selalu ingin disebut paling mengetahui dan paling pintar. Susah kita kalau bernasib sial seperti ini. Pokoknya anda semuanya karena saya. Sayalah yang menentukan nasib anda. Promosi atau kenaikan gaji, semua karena dia. Bukan karena prestasi kita sendiri.
Mau seperti apa kita? Mau melawan, matilah kita. Mau diam, lama-lama mati juga. Apalagi kalau semuanya serba diam dan tidak bersuara. Pokoknya, akhirnya segala bentuk kreativitas dan inovasi menjadi semakin menjauh. Lama-lama memang kita menjadi terlihat semakin jelek dan tidak berprestasi. Akhirnya  kitapun lemah dan sangat tergantung kepada pemimpin otoriter seperti ini. Lalu kitapun menjadi lemah dan mulailah melakukan kompromi, atau akhirnya mati sendiri.