Sunday 18 December 2016

Keindahan Bali Pulina

toto zurianto

Kalau ke Bali, sesekali jangan hanya ke Pantai Kuta, atau Nusa Dua, atau kawasan Seminyak tempat santai dan ke Restaurant tepi laut di kawasan Jimbaran menikmati mentari terbenam. Kawasan Ubud juga menarik. Boleh juga ke Tegallalang, perbukitan dan sawah yang kini banyak di datangi wisatawan.
Salah satunya, kalau anda suka sama kopi, datanglah ke Plantation Coffee Bali Pulina. Ini tempat yang sedang in. Mereka menyebutnya Bali Pulina Plantation. Kini bisa melihat pohon Kopi Bali asli yang sedang berbuah, kawanan Musang yang dipelihara secara khusus di kandang untuk penghasil Kopi Luwak yang mahal, proses pengolahan Kopi secara tradisionil, dan tentunya menikmati Kopi Panas yang diseduh tanpa mesin-mesin kopi yang modern.


Pilih satu jenis Kopi/Teh dari 8 alternatif yang disediakan. Termasuk kopi Luwak Asli

Kitapun bisa menyaksikan bagaimana bubuk kopi dihasilkan dari biji kopi kering (bean) disangrai (digongseng) dengan menggunakan penggorengan biasa yang dibakar dengan menggunakan kayu bakar. Harumnya tentu bisa kita nikmati. Lalu kalau beruntung, kita sekaligus bisa menyaksikan kopi yang sudah disangrai (roasted) digiling menggunakan penggiling tradisionil (alu). Bagi yang belum pernah melihat, ini sebuah penyajian yang luar biasa. Cara Tradisionil Indonesia asli. Bukan menggunakan mesin pengering (roasted machine) atau Grinding. Tapi dengan cara-cara lama.

Ingat Kopi Gayo

Kunjungan singkat di Bali Pulina Coffee Plantation mengingatkan saya akan masa kecil pernah tinggal di Tanah Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Takengon. Tepatnya sekitar tahun 1970-1977, kami sekeluarga pernah bermukim di Kota (Kecamatan) Lampahan, sekitar 25 kilometer menjelang kota Takengon, ibukota Kabupaten Aceh Tengah. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Aceh Tengah berada di dataran tinggi, mulai 500 meter sampai dengan 1500 meter di atas permukaan laut. Dengan iklim sejuk dan sangat dingin, wilayah ini sangat cocok untuk perkebunan Kopi dan Teh. Di sanalah kami pernah melihat, mengalami dan menikmati perkebunan kopi dan bagaimana masyarakat mengolah kopi secara tradisionil. Sama seperti yang "dipamerkan" di Kopi Bali Pulina. Kopi Gayo yang terkenal di manca negara, saat itu secara umum diolah secara tradisionil. Bahkan biji kopi yang sudah digiling (secara manual), dijemur secara bebas di jalan-jalan umum untuk dikeringkan. Selanjutnya pengolahannya menjadi kopi siap saji, umumnya dilakukan secara tradisionil dengan digongseng (disangrai) dan ditumbuk menggunakan lesung (alu).

Mari menikmati Kopi (Bali), secara tradisionil, ataupun melalui proses yang modern. Pilihlah biji kopi terbaik, dan bila perlu, jangan di-blend dengan kopi lain, sangrai, tumbuk halus, dan nikmati melalui seduhan biasa dengan air mendidih 90 derajat. Diamkan sebentar dalam Cangkir (Gelas) tertutup barang, 3 - 4 menit. Nikmati selagi panas, sedikit sedikit sambil dihirup. Ditanggung lebih enak dari Kopi Modern yang harus kita bayar lebih mahal. 











No comments: