Akhirnya aku bisa mengulang kembali perjalanan yang pernah kulakukan sekitar 50 tahun yang lalu, 2 minggu yang lalu, Hari Minggu 24 September 2023, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan dari Medan ke Padang dengan naik Bus Inter City AKAP "Antar Kota Antar Provinsi". kenapa ini sebagai perjalanan mengulang? Karena pada Bulan Desember 1975, aku bersama Abangku Mas Joni ditemani Ibu kami Almarhumah Mama Siti Zainar, kami melakukan perjalanan dengan menumpang Bus Antar Lintas Sumatera (ALS) dari Medan ke Padang. Beberapa hari sebelumnya kami meninggalkan rumah kami di Lampahan Kabupaten Aceh Tengah di Tanah Gayo menuju Kota Medan sekitar 400 KM juga dengan Bus AKAP PT Aceh Tengah yang menggunakan Mesin/Chasis Bus Chevrolet Type C-50. Waktu itu, tahun 1970-an, hampir semua Bus Antar Kota di Pulau Sumatera, mungkin juga di Pulau Jawa menggunakan Mesin/Chasis merek Chevrolet C-50 dengan Body yang terbuat dari Kayu dan Jendela dari Terpal/Plastik. Kursi penumpang juga masih sangat sederhana, terdiri dari sekitar 6 baris bangku yang masing-masingnya dapat diisi dengan 6 penumpang yang berdempet-dempetan. Di bagian depan ada 2 pintu, pintu pengemudi dan pintu penumpang, kemudian ada pintu di bagian tengah sebelah kiri dan pintu belakang di sebelah kiri. Karena waktu itu Bus belum dilengkapi dengan AC dan Kipas Angin, jendela Bus umumnya terbuka sepanjang perjalanan kecuali pada malam hari atau ketika sedang hujan.
Perjalanan sekarang tentu berbeda, mesin dan chasis bus kebanyakan merek Mercedes, SCANIA, Volvo atau Hino. Body mobil juga sudah sangat modern yang didukung oleh industri karoseri lokal yang sudah sangat maju seperti Adi Putro, Laksana, Tentrem, juga Rahayu Santosa dan New Armada. Jenis body juga sudah sangat bervariasi seperti Double Decker, High Decker, juga Super High Decker.
Pada perjalanan dari Medan ke Padang tersebut aku memilih Bus Pangeran yang berwarna Merah cerah dan menyala. Bus Pangeran menggunakan Chasis OF917 dengan mesin di sebelah depan jenis Eksekutif dengan tempat duduk yang bisa direbahkan lumayan bagus. Banyak pilihan yang bisa kita lakukan ketika melakukan perjalanan dari Medan ke Padang atau langsung ke seluruh kota di Sumatera, bahkan sampai ke Jakarta. Saat ini, banyak Bus yang menggunakan chasis yang lebih besar seperti mercedes 1625, atau chasis OH 1836 dan OC 500 RF 2542 juga dari Mercedes yang menggunakan mesin di bagian pelakang bus. Chasis lain yang juga sangat terkenal dan banyak dipakai adalah SCANIA K410 Ib dan K360 Ib. Juga chasis Bus Volvo B-11R dan Hino antara lain yang paling terkenal R260 dan RN285.
BUS PANGERAN MENJADI PANGERAN DI LINTAS SUMATERA
Pilihan perusahaan Bus Pangeran menggunakan chasis OF-970 yang masuk kategori Bus Medium Long sungguh pas untuk menjelajah jalan-jalan di Sumatera yang masih banyak berliku, sempit dan mendaki cukup curam. Ketangguhannya cukup terasa nyaman ketika Bus melewati medan yang cukup sempit seperti di jalur Tarutung Sipirok sampai ke Padang Sidempuan dan pada jalur Lubuk Sikaping Palupuh sampai ke Bukittinggi. Pada jalur yang cukup sempit dan berliku, Bus Pangeran mampu bermanufer cukup lincah dan mampu menjadi Pangeran sepanjang perjalanan.
SHOLAT JAMAK DI MESJID DAN MINUM KOPI DI WARUNG
Salah satu yang membedakan naik Bus di Jawa dengan di Sumatera adalah hubungan yang erat antara penumpang Bus dengan Crew Bus, baik pengemudi (sopir) ataupun Kenek Bus yang disana disebut sebagai Stokar. Para Crew Bus di jalur Sumatera umumnya terlihat lebih ramah dan suka berkomunikasi dengan para penumpangnya. Misalnya pada waktu tertentu Crew Bus memberikan kesempatan kepada penumpangnya untuk menunaikan Sholat di Mesjid, ke Toilet atau hanya Minum Kopi sambil mengaso. Hal ini juga dilakukan oleh Crew Bus sambil beristirahat selama sekitar 20-30 menit.
Sepanjang perjalanan dari Medan ke Padang, pertama Bus berhenti di Kota Pematang Siantar sekitar jam 13.30 di sebuah Restaurant kecil yang bernama Rumah Makan Singgalang. Di samping untuk makan siang, para penumpang tidak lupa untuk Sholat Zuhur yang dijamak dengan Sholat Azhar. Meskipun fasilitas kamar mandi/toilet di restaurant Singgalang tidak banyak, para penumpang cukup sabar untuk Sholat dan tidak terburu-buru. Kalaulah Restaurant Singgalang seterusnya dijadikan sebagai pemberhentian Bus Pangeran untuk makan Siang dan Sholat di Kota Pematang Siantar, rasanya pihak Restaurant perlu untuk menambah fasilitas kamar mandi/toilet setidaknya menjadi 4 unit, juga Mushola yang lebih bagus dan bersih.
Rumah Makan Singgalang di Kota Pematang Siantar, sambil Makan Siang dan Sholat Zuhur dan Azhar dijamak. |
Menikmati kawasan Danau Toba yang indah |
LEPAT BATAK OMBUS-OMBUS
Selanjutnya setelah Bus melewati kawasan Danau Toba, Kota Parapat, Porsea dan Balige, pada sekitar Jam 18.30, Bus berhenti di sebuah Mesjid di Kota Siborong-borong. Para penumpang segera turun, ke kamar mandi/toilet dan menunaikan Sholat Maghrib dan Isya yang dijamak sekaligus. Fasilitas Kamar mandi dan toilet serta Mesjid di sini, sungguh sangat baik, bersih dan memadai. Airnya melimpah dan mengalir lancar, Mesjidnya juga besar dan bersih. Berhenti di Siborong-borong sungguh nyaman karena Crew Bus dan Penumpangnya bisa santai menikmati Kopi Panas dan Gorengan di Warung Kopi yang ada pas di samping Mesjid dekat Bus Parkir. Disini aku sempat menikmati Kopi Siborong-borong yang enak ditemani dengan Gorengan dan Ombus-ombus Lepat Khas Batak yang sangat terkenal. Aku ingat pada waktu lalu, penjual Ombus-ombus menjajakan dagangannya berkeliling menggunakan Sepeda.
Lepat Ombus-ombus, Khas Batak yang enak. |
Makan Tengah Malam di Padang Sidempuan, Mie Instant pas dan cukup |
Setelah istirahat dan Sholat sekitar 30 menit di Kota Siborong-borong, Bus Pangeran kembali melanjutkan perjalanannya melewati Kota Tarutung dan Sipirok yang merayap di kegelapan malam sambil terus mendaki di kawasan pegunungan Tapanuli Utara menuju Tapanuli Selatan melewati jalanan yang cukup sempit dan berliku-liku. Pada sekitar jam 23.30 tengah malam Bus sampai di Kota Padang Sidempuan setelah menempuh perjalanan sekitar 400 KM dari Medan selama sekitar 11 jam. Di sebuah Restaurant kecil, Bus Pangeran berhenti memberikan kesempatan kepada Crew Bus dan Penumpang untuk beristirahat, makan tengah malam, minum Kopi dan membeli Oleh-oleh Salak Sidempuan yang enak, antara manis, asam dan kelat.
Selanjutnya Bus melanjutkan perjalanan melewati bagian akhir dari Provinsi Sumatera Utara, diharapkan pada Pagi Subuh Bus sudah memasuki Provinsi Sumatera Barat. Suasana bus semakin sepi, penumpang banyak yang terlelap diayun goyangan mobil yang terlihat santai dan tidak terburu-buru. Setelah sekitar 200 KM dari Padang Sidempuan, bus berhenti lagi di Kota Kotanopan Mandailing untuk istirahat sekitar Jam 03.00 pagi. Tidak lama Bus berhenti di Kotanopan, selanjutnya kembali melanjutkan perjalanannya.
Di Padang Sidempuan, kulihat Gitar tergeletak di meja Restaurant, langsung bersenandung Lagu Mandailing yang terkenal Ketabo-Ketabo. |
SHOLAT SUBUH DI SEBUAH MESJID DI PANTI
Pada jam 05.00 pagi Bus Pangeran berhenti lagi di sebuah Mesjid yang cukup besar dan bersih di dekat Kota Panti, jadi saat ini posisi Bus sudah berada di Provinsi Sumatera Barat ranah Minangkabau masuk di Kabupaten Pasaman. Sholat Subuh pagi ini sudah terasa indah, air Wudhu yang dingin dan bersih, Sholat berjamaah di perjalanan terasa indah dan berkesan. Setelah Sholat Subuh, pada Crew Bus dan Penumpang kompak menyeberang jalan nongkrong di Warung Kopi Sederhana sambik minum Kopi atau Teh Panas dan menikmati Pisang Goreng, sarapan pagi yang indah di Panti.
Jam 05.00 pagi, Bus Pangeran berhenti di sebuah mesjid di dekat kota Panti sambil Sholat Subuh dan Minum Kopi pagi. |
BUS PANGERAN KE JAKARTA
Setelah Sholat Subuh Bus pangeran melanjutkan perjalanannya melewati Kota-kota Lubuk Sikaping, Bonjol, Palupuh dan akhirnya sampai di Kota Bukittinggi pada jam 08.30 pagi. Di Kota Bukittinggi Bus berhenti menurunkan penumpang yang akan menuju Kota Padang dan Padang Panjang, Bus melanjutkan perjalanannya menuju Jakarta. Aku sendiri turun di Bukittinggi berganti dengan Bus Pangeran Mitsubishi yang lebih kecil. Ada 3 orang yang ikut ke Padang, kami langsung menuju Padang tanpa berhenti lagi dan sampai di Loket Bus Pangeran di Bypass Padang sekitar jam 11.30 siang, jadi seluruhnya dari Medan ke Padang sekitar 24 Jam yang berlangsung nyaman bersama Bus Pangeran.
Equator Tugu Katulistiwa di tengah Kota Bonjol |
No comments:
Post a Comment