Tuesday, 19 April 2016

Memperhatikan fenomena Big Data

toto zurianto

Bisnis dunia dalam sepuluh tahun terakhir berkembang sangatlah cepat. Perkembangan teknologi informasi di bidang keuangan, bergerak dan luas hingga titik capaian yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Cuma dalam waktu 4 tahun ke depan, lebih dari 40 triliun Gigabytes akan dihasilkan setahun pada tahun 2020.  Bahkan, untuk hanya 1 orang saja, setidaknya diperlukan data sebesar lebih dari 5 Gigabytes (The Future of Almosy Everything, halaman (Patrick Dixon, 2015). Khusus di Amerika Serikat, volume data koleksi oleh perusahaan-perusahaan Amerika setiap tahunnya, bisa mengisi 20 kali dari ukuran Library of Congress.
Semua hal akan dicatat dan memenuhi jaringan data di seluruh dunia, termasuk smart car, smart electric, smart building, atau apa saja. Ini yang melahirkan fenomena Big Data. Sebuah penataan informasi secara luas yang menyangkut penyimpanan informasi, sistem, dan aktivitas manusia sehari-hari. Sebuah Big data bergerak dalam berbagai bentuk, antara lain; lokasi smart phone, shopping online habit, data pembayaran pembelian, data dan pembicaraan di social media, global product tracking, data public transport, movie, restaurant, menu, medical statistics, airplane, trains, health diagnosis and treatment, bike accident, insurance, banking, dan  semua hal dalam kehidupan manusia.
Karena luas dan kompleksnya data-data tersebut, maka sebuah institusi keuangan atau regulator perlu memberikan perhatian khusus dan detail. Termasuk melakukan upaya-upaya yang terstruktur. Kita perlu mengantisipasi adanya kemungkinan failure yang akan mengganggu kegiatan transaksi keuangan. Big Data sebuah kemajuan, tetapi memerlukan antisipasi agar tidak mengganggu dan bisa menjamin kelancaran pergerakan sistem keuangan yang cepat.

No comments: