Tuesday 11 October 2016

Nobel Prize Ekonomi 2016

toto zurianto

Oliver Hart (68 tahun), ekonom Inggris yang mengajar di Harvard dan Bengt Holmstrom (67 tahun), Profesor di MIT Boston diumumkan sebagai pemenang hadiah nobel bidang ekonomi tahun 2016 oleh Royal Academy of Sciences di Stockholm Swedia kemaren.
Tidak seperti biasa, untuk hadiah nobel bidang ekonomi kali ini, isu yang diangkat kedua ekonom hebat ini, tidak terlalu berhubungan dengan pendekatan ekonomi makro. Keduanya memenangkan penghargaan prestise ini, melalui kebijakan atau peran kontrak pada masayarakat modern. Kontrak dinilai sebagai bagian penting yang membantu masyarakat modern untuk menghilangkan perbedaan pandangan atas berbagai transaksi ekonomi diantara masyarakat.

Oliver dan Bengt dinilai memberikan kontribusi besar bagi penyempurnaan teori dan berbagai model di bidang perjanjian ekonomi yang membuat hubungan-hubungan sektor ekonomi menjadi lebih tajam yang memperbaiki transaksi bisnis, keuangan, dan kebijakan publik. Menurut Bengt, yang melakukan penelitian berjenis-jenis kontrak, baik menyangkut kontrak dengan pegawai perusahaan atau kontrak antara CEO (manajemen perusahaan) dengan para stakeholders, "dalam perekonomian, meskipun peran bonus sangat besar, tetapi kontrak mempunyai arti yang lebih dalam". Kontrak dan Transparansi perjanjian mempunyai peran yang sangat besar, terutama pada bidang pekerjaan yang menyangkut keperluan publik, seperti sekolah, universitas, rumah sakit. Karena itu, semua aspek yang berhubungan dengan kepentingan publik perlu di-privatisasi, dibuka ke publik, dipahami hubungannya (kontraknya).



Cukup menarik untuk memahami lebih dalam bagaimana studi yang dilakukan Oliver Hart dan Bengs Holmstrom mengenai kontrak. Bukan saja karena tidak terlalu biasa. Kedua peneliti inipun tidak banyak terdengar di kalangan dunia ekonomi biasa. Beberapa pemenang hadiah Nobel bidang ekonomi sebelumnya terkenal karena studi mereka pada teori atau pendekatan ekonomi yang umum bagi masyarakat, antara lain Robert Shiller (2013) yang banyak melakukan studi mengenai bubble di industri keuangan dan transaksi real estate. Juga High Profile Winner 2008 Paul Krugman yang banyak menulis di New York Times mengenai Trade Pattern and Location of Economic Activity. Juga Profesor Angus Deaton dari Princeton University, pemenang Nobel Ekonomi 2015 yang membahas mengenai Poverty (kemiskinan). Termasuk juga Profesor Joseph Stiglitz yang memenangkan hadiah Nobel dan banyak menulis tentang ketidakseimbangan pasar, kemiskinan, dan climate change.







No comments: