Banyak perubahan di bidang pengetahuan dan teknologi yang memberikan pengaruh atas gambaran masa depan yang kita jalani. Termasuk berbagai temuan dan penelitian (research) yang membuat kita, harus atau terpaksa menjalani sebuah episode kehidupan apakah ke kanan atau ke kiri. Kadang bisa memudahkan, atau bisa juga membuat kita menjadi semakin sulit.
Pemimpin
yang biasanya bergerak (mengambil keputusan) melalui rangkaian data dan
analisis, proses bisnis, gerakan kompetitor yang terlihat maju mendahului kita,
ataupun pandangan/keputusan pemerintah (Negara), investor, dan regulator, dan
banyak ukuran-ukuran lainnya. Tetapi, menurut Patrick Dixon, dalam bukunya The
Future of (almost) Everything; The Global Changes That Will Affect every
business and All Our Lives (Profile Book, 2015), kita perlu melihat bagaimana
perasaan orang-orang (People’s Feel), atau bagaimana mereka Berpikir (Think),
Dengan sebuah kata, bagaimana Emosi Masyarakat (People’s Emotion) bisa
melahirkan warna dan keputusan yang lebih siknifikan dibandingkan dengan
tindakan yang sebenarnya yang dilakukan. Karena itu, tidak heran ketika semua
aspek Kepemimpinan, selalu berhubungan dengan Emosi. Inilah yang membedakan
Manusia dengan Robot. Robot, meskipun hebat dan canggih, tetapi akhirnya tetap
harus dikendalikan manusia (yang mempunyai emosi). Hanya manusia yang bisa
memimpin. Robot harus dikendalikan dan dipimpin (manusia).
Karena
itu, pada tatanan keilmuan dan implementasi sebuah ide atau visi, kita
memerlukan pendekatan emosional untuk memberikan keseimbangan dan warna. Agar,
apa yang dilakukan, memiliki warna, keseimbangan, atau batasan. Tidak ada
sesuatu yang bergerak tanpa batas. Kita memerlukan kombinasi antara akal
(sehat) dan pikiran (sehat) yang diwarnai oleh emosi (yang stabil). Tujuannya
agar perspektif masa depan yang kita tuju, tidak bergerak bebas semuanya sesuai
pemikiran kita. Semua hal memerlukan keseimbangan, antara gerakan yang cepat dan
emosi yang terkendalikan.
No comments:
Post a Comment