Tuesday, 9 July 2019

MEMIMPIN, MELAKUKAN KONFRONTASI

toto zurianto


Memimpin, harus memenangkan hati orang-orang yang dipimpin, begitulah lazimnya. Tetapi kenapa kita juga perlu melakukan konfrontasi? Apakah perlu mencari musuh? Tentu saja maksudnya bukan untuk menciptakan permusuhan, tetapi berusaha meyakinkan orang-orang yang belum yakin atau masih setengah yakin, bahwa keputusan atau vision yang sedang kita wujudkan, mempunyai dasar dan pijakan yang kuat.
Semua kegiatan yang dilakukan dan ingin dicapai, selalu harus menjadi sebuah prioritas yang diambil atas beberapa alternatif. Bahwa program yang dijalankan, apalagi kalau itu sebagai sebuah program perubahan (change management), maka hal itu selalu melalui rangkaian "konfrontasi" yang tuntas.

Bisa juga, dalam rangka menguji mimpi (vision) seorang pemimpin, jangan-jangan tidak cukup bermanfaat untuk membawa perusahaan ke kondisi yang lebih baik. Pemimpin, juga orang-orang yang dipimpin, perlu selalu melakukan ujian atas hal-hal yang dikerjakannya.

Oleh karena itu, memimpin pada dasarnya selalu harus diikuti oleh sifat curiosity, atau inquisitiveness, atau keingin tahuan atas berbagai hal melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan secara rasional. Lead with questions, Not Answers. Kita perlu menciptakan situasi dimana, apa-apa yang kita jalankan, selalu melalui tahapan pertanyaan-pertanyaan yang perlu terjawabkan. Bukan melalui jawaban-jawaban yang sering tidak dimulai dengan pertanyaan, untuk apa kita melakukan sesuatu. Kenapa pula kita melakukannya dengan begitu? Ini hampir sama dengan isu-isu yang dilakukan ketika kita melakukan program reengineering, yaitu bermula dengan pertanyaan, misalnya, "Mengapa kita melakukan kegiatan ini? Apa yang menjadi sasaran kita, atau apa yang akan kita capai dengan kegiatan ini!". Selanjutnya hal itu juga selalu diikuti oleh pertanyaan penting lain, "Kenapa kita melakukannya dengan cara begini? Apakah cara ini adalah pilihan yang paling efektif dan efisien (mempunyai business process terbaik) dari berbagai alternatif yang kita miliki?".

Banyak pemimpin yang menggunakan pendekatan "Bengawan Solo". Karena "riwayatnya sejak dulu" sudah begitu, maka tugasnya adalah melanjutkan apa yang pernah dilakukan pemimpin sebelumnya, padahal situasinya sudah berbeda. Ini adalah tantangan penting bagi pemimpin masa kini, yaitu selalu memberikan argument baru atas sesuatu yang bisa dipertanyakan. Karena itu, pemimpin perlu melibatkan dirinya dalam banyak dialog dan debat. Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan cara yang paling efektif dan efisien, tanpa harus boros sekaligus menghindarkan diri dari kegiatan yang manfaatnya rendah, atau tidak bermanfaat sama sekali.
Mempertanyakan, melakukan dialog dan debat, merupakan modal penting yang juga diharapkan bisa membuat lebih banyak orang harus berpikir, berkontribusi, dan terlibat dalam (engaged) pada seluruh aktivitas perusahaan/organisasi. Inilah salah satu upaya yang dapat mendukung bagaimana suatu program bisa berjalan lebih baik. Melalui debat dan dialog, kita berusaha mencari cara baru. Pada akhirnya kita akan mendapatkan kemenangan. Pada tatanan yang lain, dialog juga membuat seseorang menjadi lebih terlatih. Tidak mudah terpancing isu. Bahkan menjadi lebih sabar, tidak grusah-grusuh. Selalu akhirnya didapatkan jalan yang terbaik. Dalam bahasa Jim Collins, upaya dialog dan debat ini disebutnya confront the brutal facts. Pada akhirnya, andaikan situasi memberikan ruang atau kesempatan dialog dan debat ini menjadi lebih luas, dia menjadi kultur perusahaan yang hebat. Orang-orang akan penuh semangat untuk memberikan pemikirannya. Ini akan melahirkan daya kreasi dan inovasi tinggi. Sebuah situasi yang membuat tugas pemimpin menjadi terdelegasi ke berbagai level. 

You absolutely cannot make a series of good decisions without first confronting the brutal facts.

No comments: