Wednesday, 29 December 2021

SARAPAN PAGI INDONESIA

toto zurianto

kalau kita tinggal di Jakarta, sarapan pagi utama yang paling banyak dinikmati orang Jakarta, paling Top Bubur Ayam. Kita bisa menemukan penjual Bubur Ayam Gerobakan di seluruh sudut Jakarta sampai ke pinggiran kota wilayah Jabodetabek. Bisa dibilang Bubur Ayam menjadi salah satu jenis Sarapan Pagi Indonesia yang paling banyak dicari orang. Setiap pagi semua orang selalu mencari Bubur Ayam sebagai makanan pengisi perut awal yang dirasakan cukup, tidak terlalu mengenyangkan tetapi mengandung kalori yang cukup, rasanya enak, apalagi diberi tambahan Cakwe, Kecap Asin, Kerupuk dan Sambal yang agak pedas.

Kita bisa menemukan Bubur Ayam dari yang sederhana di Gerobak Abang-abang, sampai ke Hotel Bintang, juga ada restaurant khusus yang menu utamanya menyanjikan Bubur yang ingredientnya bervariasi, apakah Bubur Ayam, Bubur Seafood, atau Bubur Kepiting. Salah satu yang paling terkenal di Jakarta adalah Bubur Kwangtung di kawasan Pecenongan yang banyak dikunjungi pada selebritis, artis, tokoh politik, juga para pejabat, profesional dan kalangan businessmen. Kwang Tung tentu saja tidak hanya menyajikan Bubur, tapi banyak makanan lain seperti Ayam Rebus, Ikan Kerapu Steam yang lezat. Di Denpasar, restaurant sejenis Bubur Kwang Tung yang paling terkenal adalah Bubur Laota yang bisa dijumpai di beberapa lokasi yang siap dikunjungi para pendatang yang baru sampai bahkan sampai tengah malam.  

Di kawasan Pondok Indah, kita bisa menemukan Restaurant Lotus Court yang banyak didatangi sejak pagi oleh para penggemar Bubur Ayam dan Dimsum. Meskipun ingredient Bubur Ayam relatif sama dimana-mana, tetapi tentu saja selalu ada harga ada rasa. Bubur Ayam Gerobakan memang tetap enak, bedanya terutama adalah pada cara penyajian dan pada ruangan special yang berpendingin AC yang sejuk.

Tetapi, soal sarapan Pagi. Pilihan lain selain Bubur Ayam, biasanya Nasi Uduk Jakarta, Ketoprak, atau Ketupat Sayur dengan berbagai kekhasan yang berbeda satu dengan yang lain. Ada Ketupat Sayur Padang dengan kombinasi Sayur Nangka dan Sayur Pakis ditambah Telor Bulat atau Rendang Daging yang lezat. Salah satu tempat yang paling okay untuk menikmati Ketupat Sayur Padang di Jakarta ada di kawasan Bendungan Hilir, namanya Bopet Mini yang selalu ramai dan sudah buka sejak jam 07.00 pagi. Setiap pagi, apalagi pada hari Sabtu Minggu atau hari Libur, Bopet Mini sudah selalu ramai.

Banyak sekali jenis Sarapan Pagi di Indonesia. kalau anda ke Banda Aceh dan seluruh kota-kota lain di Aceh seperti Bireuen, Lhokseumawe, Takengon, Sigli atau Langsa, sarapan pagi bisanya diawali dengan secangkir Kopi Aceh atau Kopi Gayo yang lezat dengan penganan berupa Pulut Panggang (Ketan Panggang) atau Lepat Timpan yang terbuat dari Ketan, Gula Jawa, Kelapa dan Pisang. Makan lain yang juga sangat terkenal di Aceh adalah Nasi Gurih, sejenis Nasi Uduk yang makannya ditambah dengan Dendeng Sapi Aceh yang manis dan gurih sangat lezat.

Beda dengan di Jakarta, masyarakat Medan tidak mencari Bubur Ayam tetapi lebih menikmati Ketupat atau Lontong Sayur Kuah Tauco yang sedikit pedas karena tambahan Cabe Ijo, juga gurih karena dilengkapi dengan Serundeng Kelapa. Selain Lontong Sayur, di Medan makanan lain yang banyak dicari untuk sarapan pagi adalah Mie Balap yang bisa dijumpai di seluruh kawasan kota, juga Soto Medan, terutama Soto Sinar Pagi yang terletak di Kawasan Petisah yang Legendaris dan sudah buka sejak awal tahun 60-an. Jadi kalau anda kebetulan berkunjung ke Medan, jangan lupa menikmati Lontong Sayur Medan Kuah Tauco, atau Mie Balap, ataupun Soto Sinar Pagi sebagai menu Sarapan Pagi anda.

Kini Sarapan Pagi bukan saja menjadi penting untuk keperluan jasmani dan nutrisi kita setiap hari agar cukup kuat untuk bekerja dan berpikir, serta tetap sehat sepanjang hari menjalani aktivitas kita. Kini Sarapan Pagi juga menjadi event penting yang banyak dimanfaatkan orang di kota-kota besar sebagai forum untuk bersosialisasi, bertemu client, berdiskusi, ataupun membahas hal-hal penting bagi banyak pejabat, businessmen, atau keluarga untuk bertemu dan melepaskan kerinduan. Biasanya morning breakfast seperti ini, sering dilakukan di cafe-cafe atau warung-warung sekalian menikmati Sarapan Pagi bersama kawan dan sahabat.

Sarapan Bubur Kacang Ijo
Apa sarapan pagi anda pagi ini, apakah di rumah atau keluar rumah? kalau di rumah, biasanya kita menikmati nasi Goreng ataupun Roti Bakar buatan sendiri plus Teh Manis Panas atau secangkir Kopi Tubruk yang harum. Banyak juga yang mulai terbiasa menikmati Sarapan Sereal yang dicampur dengan Susu plus Juice dan Buah Potong sebagai sarapan sehat seperti yang sering disajikan di Hotel hotel berbintang.
Tapi pagi ini, aku menikmati sarapan pagi yang berbeda dengan yang biasanya, tanpa Bubur Ayam, tanpa Nasi Uduk, juga tanpa Nasi Goreng, ataupun Roti Bakar. Pagi ini, aku mencoba menikmati Bubur Kacang Ijo plus Ketan Itam yang dijual abang Gerobak di Jalan Radio Dalam (KH. Ahmad Dahlan). Terus terang, sudah lebih 20 tahun aku tidak pernah menikmati Bubur Kacang Ijo dan Ketan Itam yang dulu, sekitar tahun 90-an, hampir tiap pagi, biasanya menikmati Bubur Kacang Ijo di Kantin Bank Indonesia Jalan Kebon Sirih. Terus terang, Bubur Kacang Ijo dan Ketan Item yang panas, sungguh lezat, sekaligus menyehatkan.

Bubur Kacang Ijo dan Ketan Item 
Abang Gerobak Jl. Radio Dalam

Bubur Kacang Ijo dan Ketan Item

  



Monday, 20 December 2021

Semoga Corona Berlalu

toto zurianto

Tulisanku tentang Virus Corona sebelum ini,  pada 27 Juli 2021, betapa virus Corona telah membuat kita menjadi sangat khawatir. Saat itu, terjadi pertambahan kasus baru yang mencapai 45.203 sehingga totalnya menjadi sebanyak 3.239.936. Jumlah yang sembuh memang cukup banyak tetapi yang meninggal setiap hari rata-rata di atas 2.000 orang.

Sepanjang bulan Juli, Corona menjadi momok yang sangat menakutkan. Setiap hari rata-rata terdapat pertambahan kasus baru sekitar 40.000 orang di seluruh Indonesia. Bahkan pada tanggal 15 Juli tercatat sebagai puncak kasus penyebaran Corona di Inonesia yang hari itu mencapai 56.757.

Lalu kemaren, Minggu 12 Desember 2021, situasi mencekam yang terjadi sepanjang bulan Mei sampai Agustus 2021 yang lalu, sejak September mulai menghilang dan situasinya memperlihatkan keadaan yang semakin membaik. Pertambahan kasus baru yang sebelumnya rata-rata bisa mencapai di atas 50.000 kasus baru per hari, terus menunjukkan gejala penurunan, menjadi 30.000 di bulan Agustus, bahkan pada akhir September, kasus pertambahan harian sudah menjadi sekitar 10.000 sehari. Bersamaan dengan itu, jumlah kematian akibat Covid-19 juga memperlihatkan kecenderungan penurunan yang siknifikan dari 2.000 kasus kematian per hari menurun menjadi sekitar 500 kasus per hari. Bahkan pada akhir September jumlah kematian harian sudah sangat turun menjadi sedikit di atas 100 orang, tepatnya 113 kematian pada tanggal 30 September 2021.

Hari Minggu kemaren tanggal 12 Desember 2021, pertambahan kasus positip tercatat sebanyak 163 orang dengan kesembuhan harian sebanyak 184 kasus pada hari yang sama. Demikian juga yang meninggal sudah satu digit, jumlahnya 7 orang.  

Meskipun kita masih dihantui oleh munculnya virus Omicron yang penyebaran cukup menakutkan, terutama di negara-negara di Afrika dan Eropa Barat. Beberapa negara Eropa barat yang sebelumnya menunjukkan gejala membaik, kini terpaksa kembali harus menjalankan kebijakan lock-down yang cukup ketat, antara lain; Inggris, Prancis, Jerman dan Belanda. Apa yang terjadi di Eropa Barat saat ini, hendaknya bisa kita jadikan pelajaran untuk tetap konsisten menjalankan protokol kesehatan.  Agaknya kita belum perlu menjadi terlalu bebas seperti membuka stadion sepakbola yang dijalankan di beberapa negara di Eropa Barat yang agaknya berpotensi membuat Virus Corona menjadi sulit untuk dikendalikan. Rasanya Indonesia tetap masih memerlukan Protocol Kesehatan yang ketat seperti yang kita jalankan pada setahun ini yang hasilnya relatif sangat baik. Ini salah satu cara kita untuk keluar dari perangkap Corona yang tetap masih menakutkan ini.

Tuesday, 27 July 2021

VIRUS CORONA MASIH SANGAT TINGGI

toto zurianto

Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia, pada awal Maret 2020, sampai hari ini total penduduk Indonesia yang sudah terkena virus Corona 19 sebanyak 3.239.936 orang. Hari ini jumlahnya bertambah sebanyak 45.203 kasus baru dengan tambahan jumlah yang meninggal dunia kemaren sebanyak 2.069 orang sehingga total yang meninggal seluruhnya sebanyak 86.835 orang. Tetapi, kabar baiknya, jumlah yang sembuh kemaren juga meningkat, sebanyak 47.128, sehingga total yang sudah sembuh menjadi 2.596.820 orang.
Sejak pertengahan Juni sampai akhir bulan Juli 2021 ini, kasus Corona memang semakin memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Kalau pada awal Juni 2021 sekitar 2 bulan yang lalu, jumlah tambahan positip Corona setiap hari sekitar 5.000 orang dengan tingkat kesembuhan setiap hari sekitar 5.000 - 6.000 orang dan yang meninggal dunia setiap hari pada kisaran 150-180 orang.
Lalu pada Minggu ketiga bulan Juni, jumlah kasus baru positip Corona sudah sekitar 20.000 orang setiap hari. Kemudian pada bulan Juli jumlah positip harian sudah mencapai 30.000 orang, dan mencapai puncaknya sehingga pernah mencapai 56.757 orang pada tanggal 15 Juli 2021. Sekarang tambahan kasus positip harian masih cukup tinggi pada kisaran 35.000 - 45.000 kasus setiap hari.

Jadi, kita masih perlu kerja keras menjalankan Protokol Kesehatan secara Ketat, menjalankan 5 M,  yaitu dengan selalu memakai Masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara lebih sering dan tetap menjaga jarak antara 1,5 sampai 2 meter.  Kemudian, sedapatnya kita menjauhi atau menghindari kerumunan, dan membatasi mobilisasi atau interaksi. 

5M ini memang tugas berat yang harus kita patuhi bersama, kita tidak mempunyai pilihan lain. Hal-hal yang kadang-kadang kita langgar, seperti pertemuan atau bekerja, belajar/sekolah, silaturahmi Hari raya, bahkan menjalankan acara kewajiban keagamaan, atau berkunjung ke restaurant/cafe atau ke Mal dan Pasar, apa boleh buat, semuanya harus kita hentikan dulu. Kita tidak mempunyai pilihan lain karena risiko terdampak atau tertular virus ini sungguh menakutkan, apalagi, kita juga menghadapi keterbatasan dalam pengobatan di rumah sakit, termasuk kekurangan obat dan fasilitas/alat, serta tenaga medis. Jadi, mari bersama, pertama menjaga diri kita sendiri-sendiri, juga menjaga orang lain, agar kita bisa terhindar dan mengurangi pada kasus yang mengkhawatirkan dan mematikan ini.

Kita di Indonesia ini, soal menghadapi Covid, kelihatannya jauh lebih rumit dan berat dibandingkan dengan yang dilakukan oleh negara-negara tetangga kita. Pertama kita masih mempunyai masalah kekurangan rumah sakit, fasilitasnya dan tenaga medis. Mungkin banyak gedung atau bangunan pemerintah atau swasta yang bisa kita sulap menjadi rumah sakit sementara, tetapi tetap saja kita mempunyai kekurangan pada fasilitas dan tenaga medisnya. Lalu yang kedua, kita juga selalu heboh dan akhirnya kekurangan obat-obat yang seharusnya bisa kita sediakan, termasuk misalnya kebutuhan terhadap Oksigen yang esensinya menjadi sangat penting pada kasus-kasus yang cukup berat. Dua hal ini menjadikan upaya penyelesaian kasus Covid 19 ini menjadi berat luar biasa yang menghendaki kita bisa lebih berpikir konseptual dan disiplin menjalankan protokol kesehatan secara lebih baik, patuh dan rela bekerja sama tetapi tentunya melalui pengawasan yang baik dan benar.

Hari ini Minggu 1 Agustus 2021
Hari ini Minggu 1 Agustus 2021, pemerintah mengumumkan, adanya tambahan kasus baru sebanyak 30.378 orang sehingga total seluruhnya menjadi 3.440.396 orang. Tetapi jumlah yang berhasil sembuh juga meningkat cukup siknifikan, hari ini mencapai 39.767, lebih banyak dari tambahan kasus baru. Meskipun jumlah yang meninggal masih cukup besar, terdapat tambahan sebanyak 1.604 orang. Tetapi ada perbaikan yang lumayan. Dengan semakin banyak masyarakat yang sudah mendapat suntikan vaksin dan tetap penuh komitmen menjalankan Prokes 5M yang ketat, ditambah dengan fasilitas rumah sakit dan tenaga medis semakin tersedia, kita optimis, kasus Covid ini semakin berkurang pada waktu akan datang. 

Sunday, 25 July 2021

INDONESIA RAIH MEDALI DI OLIMPIADE TOKYO MELALUI LIFTER WINDY CANTIKA AISAH DAN EKO YULI IRAWAN

toto zurianto

Sabtu 24 Juli 2021, kita boleh bergembira ketika Lifter Angkat Besi Putri kita, Windy Cantika Aisah di Kelas 49 kg, berhasil menyumbangkan medali pertama untuk Indonesia. Windy berhasil mengumpulkan point total 194 dengan angkatan snatch 84 kg dan clean and jerk 110 kg. Mudah-mudahan ini menjadi motivasi bagi atlit kita yang lain yang turun di nomot Bulutangkis dan Panahan. Secara tradisi, kita unggul, at least sudah terbiasa mendapatkan medali di nomor Bulutangkis sejak zaman Susi Susanti dan Alan Budikusuma pada Olimpiade Barcelona (1992), juga Panahan Putri yang sudah berpengalaman mendapatkan medali, sejak era Beregu Putri oleh Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani pada Olimpiade Seoul (1988) yang berhasil meraih medali Perak.

Harapan kita, dengan keberhasilan Windy, ini memberikan semangat dan motivasi bagi Indonesia yang di sisi lain, terus berjuang di masa pandemi mengalahkan Covid yang luar biasa ini. Apalagi kita memahami bahwa beberapa waktu yang lalu, Windy termasuk atlet kita yang berjuang luar biasa setelah divonis positip Corona pada Desember 2020. Akhirnya dengan tekad dan disiplin yang luar biasa setelah menjalani isolasi mandiri di sebuah hotel selama lebih sebulan, Windy berhasil dinyatakan sembuh dan negatif Covid-19. Akhirnya perjuangannya membawa hasil ketika berhasil memperoleh medali perunggu pada kejuaraan Asia di Uzbekistan sehingga memperbaiki peringkatnya pada posisi 5 di Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) sehingga mengamankan posisinya pada Olimpiade Tokyo. 

Windy Cantika Aisah, sukses Indonesia
Medali pertama Indonesia pada Olimpiade TOKYO 2021


Total Angkatan 194 berhasil meraih Perunggu!


KELAS PUTRA 61 KG, INDONESIA RAIH MEDALI PERAK
Setelah sukses Windy Cantika Aisah kemaren, hari ini Minggu 25 Juli 2021, Atlit Angkat Besi Putra Indonesia Eko Yuli Irawan berhasil mempersembahkan medali Perak setelah mampu mempertahankan total angkatan 302 Kg di Kelas 61 Kg. Meskipun masih berusaha untuk lebih tinggi, tetapi tetap saja Eko berada pada posisi kedua di bawah Lifter Cina yang mendapatkan pedali Emas.
Dengan demikian, sampai Minggu siang ini, Indonesia berhasil mendapatkan 2 medali, 1 Perak atas nama Eko Yuli Irawan Kelas Putra 61 Kg dan 1 Perunggu dari Windy Cantika Aisah Kelas Putri 49 Kg. Keduanya dari Cabang Olah Raga Angkat Besi. Saat ini Indonesia berada pada posisi 17, semoga bisa lebih baik karena pada hari ini semua pemain Bulutangkis berhasil memenangkan pertandingannya, potensi untuk mendapatkan medali lebih banyak tentunya.



Eko Yuli Irawan mendapatkan medali Perak di Kelas 61 Kg

Eko Yuli Irawan, masih bisa mempertahankan prestasinya
sebagai pemegang record Kelas 61 Kg di Olimpiade dan Dunia.

RAHMAT ERWIN JUGA MENYUMBANGKAN MEDALI PERUNGGU
Pada Kelas 73 Kg Putra, Indonesia berhasil menambah 1 medali lagi melalui Rahmat Erwin yang memberikamn Medali Perunggu kepada Indonesia. Pada hari rabu sore, 28 Juli 2021, Rahmat berada pada posisi ketiga dengan Total Angkatan 342 Kg, masing-masing 152 Kg snatch dan 190 Kg clean & jerk.


Rahmat Erwin Abdullah
Lifter Angkat Besi Indonesia Rahmat Erwin Abdullah
 menyumbangkan Medali Perunggu pada Kelas 73 Kg Putra.






Saturday, 10 July 2021

ARTIS DAN NARKOBA, SEMOGA HANYA KECELAKAAN

toto zurianto

Berita minggu ini yang trendy adalah musibah yang dialami artis/pengusaha terkenal Nia Ramadhani dan suaminya Ardi Bakrie, keduanya bersama sopir pribadinya, terpaksa berurusan dengan Kepolisian karena masalah narkoba. Mula-mula polisi menangkap sang sopir yang membawa narkoba jenis sabu seberat 0,78 gram yang menurut pengakuannya milik bossnya Nia Ramadhani. 
Selanjutnya kepolisian mengembangkan penyidikannya dengan melakukan penggeledahan ke rumah Nia di kawasan Pondok Indah, dan menemukan alat untuk menggunakan sabu yang dikenal sebagai bong. Mungkin karena Nia sudah ingin menjelaskan dan mengaku, akhirnya menjelaskan bahwa Nia beserta sang suami Ardi Bakrie bersama-sama sudah menggunakan sabu, katanya sudah sekitar 5 bulan.

Selama ini, publik memahami bahwa Nia termasuk artis yang baik tidak banyak masalah dan gosip. Sejak perkawinannya dengan Ardi, anak pengusaha dan politisi Abu Rizal Bakrie,  kehidupan mereka berjalan baik tanpa ada berita miring. Jadi memang banyak sahabatnya dan penggemarnya terkejut mendengar berita ini. Kita tidak tahu alasan dibalik, kenapa keduanya, suami istri bisa kompak menjadi pengguna sabu sementara reputasi keduanya terjaga begitu baik selama ini.

Tentu saja kita masih menunggu cerita akhir dari pengembangan kasus ini. Apakah keterlibatan keduanya pada kasus sabu ini, benar sebuah kecelakaan dan tidak sengaja. Artinya bukan residivis atau pengulangan karena sudah lama dilakukan. Kalau ini kasus baru,  atau sebuah kecelakaan, tidak ada pilihan kecuali melakukan tobat dan mengungkapkan semuanya secara terbuka, temasuk tujuan untuk membongkar jaringan pengedar yang dipastikan selalu berusaha menjual barangnya, tentunya paling menjanjikan kalau dilakukan lewat orang terkenal, baik politisi, artis ataupun pengusaha kaya.

Kita juga tidak tahu apakah pelarian ke narkoba atau sabu ini, sebagai salah satu cara untuk keluar dari situasi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih satu tahun yang membuat situasi menjadi tidak menentu, apalagi bagi public figure, pengusaha atau artis yang selama ini, banyak mempunyai aktivitas, sekarang terpaksa harus lebih banyak mengurung diri di rumah. Ini pelajaran penting bagi kita, perlu lebih kreatif memikirkan cara-cara positip mencari alternatif kegiatan lain karena lebih banyak berada di rumah. Sabu bukan saja memerlukan biaya yang besar, tetapi dampak negatifnya terlalu luas, tidak saja terhadap yang bersangkutan, juga keluarga, terhadap anak-anak dan orangtua. Kalau kita "kecelakaan" karena sabu atau narkoba, jadikan kecelakaan atau accident itu, hanya sekali saja dalam hidup kita. Jangan pernah mengulang kembali. Kata Nia, dia sudah mengecewakan banyak orang, melakukan perbuatan yang tidak baik, tidak bisa menjadi contoh yang terpuji. Sebuah pengakuan dan penyesalan yang sangat jelas. Nia juga meminta maaf kepada anak-anaknya. Ini sebuah pernyataan baik, tentunya dilakukan dari hati yang paling dalam. Dia menyesal karena sudah mengecewakan banyak orang.

Merebut Kembali Kepercayan
Paling penting dalam hidup ini adalah perbuatan menyesal karena sudah berbuat salah atau keliru. Bahkan dalam berita yang dikeluarkan BNN, disebutkan bahwa setelah melakukan pemeriksaan, BNN menetapkan untuk memberi rekomendasi kepada Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie untuk mengikuti Rehabilitasi. Tentu saja ini sebuah kesempatan bagi mereka untuk melakukan perbaikan, tobat nasuha istilahnya! Kesempatan luas bagi mereka yang mungkin terkena musibah narkoba atau sabu, setiap orang yang pernah bersalah, mempunyai kesempatan untuk menjadi baik kembali. Rebutlah kepercayaan yang sempat hilang ini. Kalau memang ini sebuah kecelakaan,  jadilah tokoh penting untuk menghilangkan narkoba dari bumi pertiwi. Kepercayaan yang pernah hilang itu, perlu direbut kembali, dibuktikan kepada banyak orang sehingga semuanya menjadi tidak kecewa lagi. Kehidupan masih panjang. Walau kita pernah berbuat salah, kita masih mempunyai waktu untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang. 

Wednesday, 7 July 2021

BENDA AJAIB; KENANGAN INDAH

toto zurianto

Episode kali ini bercerita tentang benda-benda lama, aku menyebutnya Benda Ajaib. Pada suatu ketika, beberapa tahun yang lalu, kita terbiasa menggunakannya, bahkan menjadi bagian penting di masa transisi. Suatu hari ketika teknologi, mulai berkembang, tetapi belum seperti sekarang. 

Era Cassetes, Tape Recorder, Mini Compo, dan Video Cassetes Recorder
Sekarang, bisa dikatakan, kita sudah tidak menggunakan Cassettes, atau Pita Kaset sebagai media untuk mendengarkan lagu-lagu dan berbagai jenis musik. Cassettes kecil (seperti gambar) dengan ukuran C-90, artinya waktu putarnya sekitar 90 menit, mulai keluar sekitar tahun 70-an. Saat itu, media pemutar lagu berupa Tape Recorder, mulai berkembang menggantikan media pemutar vinyl Piringan Hitam Pick-up Gramophion yang banyak digunakan sejak tahun 50-an.

Disamping cassettes kecil tersebut beserta pemutar Tape Recorder, muncul juga Video Cassettes Recorder (VCR) yang banyak dipakai untuk memutar Film-film, apakah dalam jenis Beta atau VHS. Video sempat memainkan peran yang cukup besar di tahun 80-an, kemudian bersamaan dengan itu muncul pula Media Laser Disk dan Laser Disk Player yang bentuknya seperti Vinyl Pirangan Hitam tetapi dalam bentul Laser yang banyak berisi Film-film bagus ketika itu.
Pada tahun 80-an sampai tahun 90-an, bermunculan tempat penyewaan Film-film Video dan laset Disk karena sebagian orang lebih suka menyewa Film-film yang jauh lebih murah dibandingkan dengan membeli. Dulu biaya sewa Video dan Laser Disk  sekitar Rp5.000-20.000 sementara kalau harus membeli harganya sekitar Rp100.000 sampai Rp200.000 satu Video Film, bahkan lebih mahal kalau harus membeli Laser Disk. Barulah setelah muncul  era Film Bajakan, mulai banyak orang yang membeli Video bajakan yang harganya jauh lebih murah.

Aku ingat, aku pernah tinggal di Lampahan, Aceh Tengah. Dulu sekitar tahun 1975, kalau muncul rekaman baru, aku pergi ke toko Radio untuk membeli cassettes sekaligus merekam lagu-lagu dari Piringan Hitam melalui Pick-up ke Pita Cassettes C-60 atau C-90 dengan menggunakan Tape Deck. Saat itu, biayanya sekitar Rp200-250 per cassetes. Aku biasa merekam lagu-lagu Koes Plus, the Mercy's, Panbers, AKA, the Gembell's, dan Freedom of Rhapsodia. Termasuk juga lagu-lagu Keroncong dari Mus Muliadi dan Favourites Group. Saat itu bisa dikatakan, masih sulit mendapatkan Pita Cassettes Asli, kecuali beberapa lagu barat seperti Skeeter Davis, Tom Jones, dan the Beatles yang harganya sekitar Rp800 - Rp1.000 per cassetes produksi Singapore.

Kalau di Jakarta, sekitar tahun 80-an, aku terbiasa mengunjungi Toko Duta Suara di kawasan Jalan Sabang. Disini sumber utama cassettes-cassettes seluruh lagu tersedia. Sebenarnya dulu tidak terlalu banyak cassettes bajakan. Barulah sejak pengenaan Pajak pada setiap cassettes, mulai bermunculan produk-produk bajakan.  Aku ingat sekitar tahun 1988, harga cassettes Asli di Duta Suara sekitar Rp1.000 per cassettes. Kemudian dengan pengenaan pita cukai atau pajak, cassettes mulai melonjak menjadi Rp4.000 per cassettes. Sejak saat itu mulai bermunculan lagu-lagu bajakan yang tersebar di kawasan kaki lima.

Manusia Musik DISCMAN SONY
Pada perkembangannya terjadi metamorposis, perubahan dari era cassetes menjadi era VCD dan kemudian DVD. Model VCD dan DVD pada dasarnya perkembangan dari Video Cassettes Recorder (VCR) dan Laser Disk yang dulunya relatif besar menjadi lebih kecil. Salah satu yang paling terkenal  

adalah Discman, terutama Merek Sony yang merajai model pemutar Disk portabel yang banyak dibawa kemana-mana oleh anak muda. Discman menjadi pilihan utama anak-anak di tahun 90-an sampai tahun 2000-an. Merek Sony banyak dibeli karena suaranya sangat menggelegar, jernih dan jelas antara musik dengan vocalnya.







Film 36 Kali Shoot, Awas Terbakar
Sekarang semakin jarang orang yang membawa Camera atau anak tahun 70-an menyebutnya Tustel. Camera sebagai media untuk membuat Photo atau Gambar (picture) yang berbentuk digital, ramai digunakan sejak sekitar tahun 90-an. Camera Digital yang memanfaatkan hardisk internal ketika itu hadir menggantikan camera tradisionil yang menggunakan Film. Camera Tradisionil yang 


menggunakan media Film, digunakan dalam periode waktu yang sangat lama, sejak zaman Film hitam putih belum berwarna. Bahkan di tahun 50-an sampai tahun 70-an, belum banyak fasilitas pelayanan "pencucian film menjadi negatif", pemrosesan film-film menjadi gambar, banyak dilakukan di "kamar-gelap pribadi" yang dilakukan dengan menggunakan berbagai campuran bahan kimia. Barulah di era tahun 70-an bermunculan tempat pemrosesan film sekaligus dicetak menjadi gambar-gambar (photo) dalamm berbagai ukuran.  Ketika itu di Indonesia yang paling terkenal yang ada di berbagai kota adalah, Fuji Film, Sakura Film, dan Kodak Film. Tiga merek ini merajai pemrosesan film-film yang saat itu isinya terutama sebanyak 20 atau 36 kali petik. Artinya setiap 1 roll film hanya bisa diisi sebanyak 20 atau 36 kali photo dengan pilihan tingkat pencahayaan (ASA) antara ASA 100, 200, 300, dan ASA 400. Melakukan pemotretan ketika itu memang terlihat ribet, memerlukan waktu tidak seperti sekarang yang jepret-jepret langsung jadi bisa dilihat hasilnya, bahkan bisa langsung di-upload untuk berbagai keperluan, bisa dikirim ke seluruh dunia dimanapun secara cepat.

Kalau dulu, era penggunaan Film, semuanya serba lama, terlebih dahulu pemasangan Film ke camera yang dilakukan secara hati-hati, jangan sampai terbakar. Terbakar maksudnya tidak bisa digunakan karena ada cahaya masuk yang merusak Film. Lalu pengambilan gambar, penjepretan yang dilakukan hati-hati, jangan sampai goyang atau kurang pencahayaan. Kita selalu berusaha agar seluruh Film dalam 1 Roll, apakah isi 20 atau 36, bisa dipakai seluruhnya dengan hasil baik. Hasil Pemotretan biasanya memerlukan waktu yang cukup lama sampai diproses (afdruk) menjadi gambar (photo). Kita harus membawa film ke Photo Studio untuk dicuci dan dicetak dalam ukuran standard, ukuran postcard. Dulu, untuk cetak photo di studio sering digunakan ukuran 3R atau 4 R, atau disebut ukuran Post Card. Oh ya karena di zaman komputer dan e-mail atau surat elektronik, kita semakin jarang untuk berkirim surat dengan amplop (envelope), apalagi melalui Post Card yang indah atau kartu Pos yang polos. Dulu kalau kita pergi ke suatu kota, atau ke luar negeri, sering kita mengirimkan berita singkat dengan Post Card yang ada gambar atau photo icon kota atau negara tersebut. Kalau ke Jakarta, ada gambar Monas atau Mesjid Istiqlal, atau Gambar Istana Presiden. Kalau ke Medan, ada gambar Danau Toba, atau gambar Kantor Pos Medan zaman doeloe. Kalau anda ke Paris, tentu saja tidak lupa berkirim berita dengan Post Card bergambar Menara Eiffel atau Musium Musee de Louvre, atau Photo diri Monalisa. 

Komputer dan Disket
Kapan anda pertama kali menggunakan Komputer, Personal Computer (PC) Desktop ataupun Notebook? Saya baru mulai menggunakan PC sekitar tahun 1988 di Jakarta ketika kantor mulai membagikan PC ke Satuan Kerja. Untuk satu Unit Kerja atau Departemen yang pegawainya berjumlah hampir 200 orang hanya diberikan sebanyak 5 unit PC Desktop. PC seperti apa yang diberikan ketika itu? Saat itu kami mendapatkan PC buatan lokal, bukan buatan IBM yang asli. Kalau tidak salah mereknya (brand) Garuda, sebuah PC tanpa dilengkapi Harddisk dengan monitor sederhana. Dulu kalau mau menghidupkan komputer, kita memerlukan sebuah Disket (Floppy Disk) ukuran besar (5 1/4) yang memuat software, saat itu kami hanya diberikan software Word Star versi 4.0 untuk penulisan (word processing) dan software Lotus 123 versi 1.0 untuk komputasi/perhitungan.

Karena saat itu belum banyak personal computer yang dilengkapi dengan harddisk internal dan software yang ada masih sangat sederhana, sehari-hari kita hanya memerlukan media Floppy Disk atau Disket ukuran kecil. Disket 5 1/4 tersebut saat itu hanya memiliki kapasitas kurang dari 100 Kilo Byte, tepatnya 87,5 KB.  

Floppy Disk, Disket Kecil Ukuran 3,5 Inchi.

Lalu pada perkembangan selanjutnya, muncul Disket Kecil (gambar bawah). Kapasitas disket ini mula-mula sekitar 280 KB, kemudian meningkat menjadi 720 KB, sampai akhirnya yang paling terkenal adalah 1.44 MB yang digunakan secara meluas sekitar akhir tahun 80-an sampai pertengahan tahun 90-an. Tidak tahu apakah saat ini masih ada orang yang menggunakan disket Floppy Disk 1.44 ini. Hanya saja sejak akhir tahun 90-an, media penyimpanan mulai memanfaatkan Compact Disk (CD) dan Flash Disk, serta USB. Saat ini kapasitas Flash Disk atau USB sudah mencapai sampai ke 16 GB, 32 GB, 64 GB, bahkan 128 GB.

Handphone Jadul
Terakhir aku ingin mengingat kembali sebuah mobil phone, atau handphone jadul. Dulu saat awal, mobilphone yang paling banyak dipakai merek Nokia,  Motorola,  dan Siemens. Awalnya handphone berbasis AMPS atau Advanced Mobile Phone System. Pada pertengahan tahun 90-an, perkembangan mobile phone atau handphone memasuki era yang luar biasa, baik teknologinya maupun persebaran dan penggunaannya di masyarakat. Salah satu model handphone yang sempat saya pakai merek Siemens, mula-mula Siemens S4 yang modelnya cukup besar, selanjutnya aku menggunakan Siemens C25 yang lebih kecil dan compact. 

Dua jenis handphone merek Siemens ini sampai sekarang masih tersimpan sebagai kenangan dan menjadi Benda Ajaib Masa lalu yang pernah ada.

Di masa sekarang, pada era Smart Phone, kita lebih banyak menjumpai 2 brand handphone utama, apakah iPhone dari Apple atau handphone Samsung yang berbasis android buatan Korea yang sangat bervariasi dan terkenal. 
Berbagai merek lain buatan Eropa yang cukup terkenal dulu, sekarang seperti hilang di telan bumi. Meskipun modelnya cukup bervariasi dan modern sama seperti Samsung dan iPhone, handphone dulu seperti Nokia, Motorola, Sony, Ericson, Siemens, sekarang sangat sulit ditemukan.  Termasuk juga Blackberry yang dulu sangat merajai sebelum era WhatsApp banyak digunakan. Bahkan dalam 3 tahun terakhir, pasar Indonesia lebih banyak dibanjiri handphone dari Cina seperti OPPO, VIVO, dan Xiaomi. Termasuk juga Huawei.

Koleksi Benda Ajaib; Indah rasanya
Mungkin anda termasuk sebagai pengumpul atau Collector benda-benda lama yang ajaib. Ajaib, bukan karena dia bisa melakukan sesuatu yang aneh. Maksudnya ajaib ialah karena benda tersebut pada suatu waktu, pernah menjadi sesuatu yang sangat populer, penting dan dimiliki atau digunakan oleh banyak orang. Soal sebagai kolektor, ini memang beda, membuat seorang menjadi atau merasa nyaman memiliki atau berada dekat sebuah benda, atau merasa nyaman membicarakan suatu benda tertentu. Ada bisa menjadi kolektor mobil kuno, misalnya penggemar mobil Mercedes Benz type tertentu, seperti Penggemar Mercy Ponton 180 tahun 1955, atau penggemar motor tua Norton yang banyak digunakan sebagai Becak Motor di Kota Pematang Siantar, atau mungkin anda penggemar dan kolektor jam Titus. Memang indah melihat dan menikmati, atau sekedar membicarakan soal benda antik benda ajaib ini. Ada rasa indah dan bahagia, bahwa kita pernah merasakannya.


Thursday, 1 July 2021

TRADISI NYIRIH, MENGUNYAH DAUN SIRIH, PINANG DAN KAPUR

toto zurianto

Sebuah Koran nasional bercerita tentang masyarakat Papua New Guinea PNG, khususnya masyarakat Ibu Kota Port Meresby. Di PNG, hampir di semua wilayah, ada kebiasaan penduduk yang menjadi tradisi dan berlangsung bertahun-tahun. Sebenarnya hampir sama dengan yang terjadi di Indonesia sekitar tahun 70-an dan sebelumnya, masyarakat PNG terbiasa "nyirih", mungkin tepatnya mengunyah, bukan memakan, tetapi menggigit, mengunyah sirih yang terdiri dari Daun Sirih, Potongan Buah Pinang, dan Kapur. Tidak heran kalau permintaan terhadap ketiga benda ini, daun sirih, pinang, dan kapur sangat tinggi. Lalu karena mengunyah sirih, maka hasilnya harus dibuang, diludahkan, dimuntahkan dalam bentuk cairan berwarna merah.  Tentu saja akan membuat rumah, kampung, kota dan taman-taman menjadi "jorok", berwarna merah, dan kotor. Hal ini akhirnya membuat polisi pamong praja disana, disebut National Capital District Commission (NCDC) menjadi sibuk, menertibkan, apakah penduduk yang sembarangan, atau penjual benda-benda ajaib itu, terutama para pedagang pinang, daun sirih dan kapur. 

Jadi membaca cerita Pinang, Sirih dan Kapur dari Papua New Guinea ini, mengingatkan saya akan tradisi sama yang dulu banyak dilakukan masyarakat kita, khususnya di Pulau Sumatera. Waktu saya masih kecil, kami tinggal di kota Medan,  banyak orangtua, khususnya Ibu-ibu, atau di Medan disebut Mamak-mamak yang mengunyah daun Sirih bersama-sama dengan Kapur dan Pinang. Kita bisa melihat, di Pajak (maksudnya Pasar), banyak sekali Inang-inang (Ibu-Ibu) khususnya yang jualan Sayur, pedagang Sayur yang mengunyah Sirih. Lalu menyemprotkan, memuntahkan cairan berwarna merah hasil pengunyahan 3 benda ajaib itu. Tidak hanya para Inang-inang (para Ibu) dari Tanah Batak yang kuat menyirih, hal itu juga banyak dilakukan oleh Ibu-ibu masyarakat Suku Karo, para Nande-nande, dan Ibu-ibu dari Minangkabau (orang Padang).

Saya rasa inilah bentuk kenikmatan hidup yang secara tradisi dilakukan terutama oleh Para Ibu-ibu di Pulau Sumatera, apakah Inang-inang, Nande-nande, juga Emak-emak dari Ranah Minang sampai ke Aceh. Tradisi menyirih ini, mulai berhenti pada generasi orangtua kami, Bapak dan Ibu, yang saya lihat tidak lagi melakukan kebiasaan menyirih. Pada keluarga kami, khususnya keluarga Ibu, yang saya ingat, soal mengunyah Sirih ini, dulu dilakukan oleh para Nenek, ibunya Ibu saya, dan Neneknya Ibu saya. Juga dilakukan oleh banyak saudara-saudara yang lain. Saya ingat, neneknya Ibu saya, kami menyebutnya Mak Gaek, yang ketika itu, sekitar tahun 1975 sudah berusia mendekati 100 tahun, sangat terbiasa untuk mengunyah daun Sirih, buah Pinang, dan Kapur. Disamping menjadi hobby, memang benar, 3 benda ajaib itu telah membuat gigi orang Zaman dulu menjadi lebih kuat.

Perubahan zaman, membuat berbagai kebiasaan dan pola hidup , juga mengalami perubahan. Beberapa kebiasaan, prilaku dan tradisi yang dulu sering dilakukan masyarakat, khususnya sampai sekitar tahun 1970-an kini tidak lagi dijalankan. saya tidak terlalu mengetahui bagaimana situasi masyarakat di Pulau Jawa atau di pulau-pulau lain, tetapi di Jawa, tidak memang tidak terlalu banyak orang tua yang melakukan kebiasaan mengunyah Sirih. Meskipun ada juga kebiasaan lain yang dulu cukup merata dilakukan oleh para orang tua, terutama Bapak-bapak, yaitu mengisap Rokok yang dibuat secara manual dari Daun Rokok dan Tembakau. Saya ingat di dekat rumah kami di Medan, di sekitar Simpang Sei Sikambing, ada pedagang orang Aceh yang menjual bermacam jenis Tembakau lokal, dan Daun Rokok, termasuk buah Pinang dan Kemenyan. Salah satu toko yang dulu cukup ramai, bernama Toko Atjeh Timur.  Jadi dulu para orangtua, terutama Bapak-bapak, banyak yang merokok dengan terlebih dahulu melinting rokok sendiri yang dibuat dari Tembakau yang sering dicampur cengkeh dan kemenyan. 

Kini tidak banyak lagi orangtua kita yang Mengunyah Sirih dan Menghisap Rokok Tradisional seperti dahulu. Indonesia sudah berubah, berbeda dengan yang terjadi di Papua New Guinea. Apakah kita lebih baik? Tidak mengunyah sirih dan merokok lagi? Saya tidak tahu jawabannya, tetapi jelas kadang-kadang kita merindukan tradisi-tradisi lama yang terlihat beda namun indah untuk dikenang.  Kebiasaan menyirih yang sedikit "terlihat jorok" dan merokok dengan melinting sendiri daun rokok dengan tembakau, mungkin lebih baik untuk tidak lagi dilakukan. Terutama dikaitkan dengan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Tetapi menggantikannya dengan tradisi dan kebiasaan baru, juga memunculkan dampak baru yang tidak selalu lebih baik. Hanya dikaitkan dengan nostalgia masa lalu, rasanya rindu juga untuk melihat tradisi lama seperti ini. Jangan-jangan perlu diadakan sebuah Festival Tradisi Mengunyah Sirih dan Melinting Rokok Daun kembali.
  

Friday, 18 June 2021

KULINER INDONESIA; VARIASI MASAKAN IKAN ASAM PEDAS

toto zurianto

Kali ini aku ingin menelusuri salah satu jenis kuliner Indonesia asli yang bisa kita jumpai di beberapa daerah, mulai dari Banda Aceh di bagian Barat Indonesia sampai ke Papua di kawasan Timur Indonesia. Biasanya kita tidak asing mendengar dan menikmati kuliner yang sudah sangat terkenal, mulai dari Rendang Padang, Ketupat Sayur Medan, Pindang Patin dari Palembang dan Pekanbaru, sampai ke Gudeg Jogja dan Solo, Siomay Bandung, Rawon dan Soto Surabaya, dan Sop Konto dan Coto Makassar (disebut Tjoto, bukan Soto). Kalau ke Ambon , kita menikmati Nasi Kuning atau Soto Banjar di Banjarmasin dan sebagian Kalimantan. Bahkan di Papua, kita juga sering disuguhi Papeda dan Ikan Kuah Kuning.

Karena itu, pada kesempatan ini aku mencoba menghadirkan kuliner Indonesia berbasis Ikan, khususnya Ikan masakan Berbasis Kuah, terutama Ikan Kuah Asam Pedas, atau Pindang. Kenapa Ikan? Karena Ikan relatif lebih baik dan menyehatkan dibandingkan Daging dan Ayam. Lalu kenapa berbasis Kuah? karena masakan berbasis Kuah, relatif lebih baik dibandingkan dengan yang berbasis Goreng. jadi Ikan Kuah kita pilih karena lebih menyehatkan dengan cita rasa yang lezat. Apalagi Ikan Kuah Kuning Asam Pedas, dijamin Maknyus. Kita juga memilih Ikan Berkuah dengan kandungan Santan yang sedikit atau sama sekali dimasak tanpa Santan.

Kalau di Jakarta, hampir semua Restaurant Padang menyajikan Gulai Ikan, biasanya berbasis Kuah dan dengan santan yang kental, sering disebut Gulai Ikan, atau Gulai Kepala Ikan. Restaurant yang paling terkenal di Jakarta, justru Restaurant Aceh yang bernama Medan Baru yang berlokasi di kawasan Pasar Baru, di Jalan Krekot Raya. Disini kita bisa menikmati Gulai Kepala Ikan yang terkenal, rasanya luar biasa, kuah kuning yang kental dengan rasa asam yang enak dengan pilihan Kepala Ikan ukuran Kecil, Sedang dan yang Besar. Dengan harga yang relatif cukup Mahal,  pada kisaran Rp100.000 sampai Rp250.000 setiap potong Kepala Ikan. Tetapi jangan ditanya, pengunjungnya selalu berjubel memenuhi restaurant yang cukup besar, terutama pada waktu siang hari sekitar Pukul 11.00 sampai sekitar Pukul 14.00 siang. Seperti restaurant Padang, tentu saja masakan yang tersedia bukan hanya Gulai Kepala Ikan tetapi banyak masakan lain, namun yang paling terkenal hanya Gulai Kepala Ikan dan Burung dara Goreng.
Lalu, kalau anda berkunjung ke Kota Padang, ada 2 restaurant terkenal yang menyajikan Gulai Kepala Ikan yang paling dicari. Pertama Restaurant Pauh Piaman yang asalnya dari daerah Padang Pariaman sekitar 40 Kilometer dari Kota Padang. Tentu saja anda tidak perlu ke Padang Pariaman lagi karena Restaurant Pauh Piaman bisa dijumpai di kota Padang, bahkan saat ini sudah bisa dijempuai di Jakarta di kawasan Pecenongan (Batuceper) dan di Arteri Pondok Indah. Lokasi kedua untuk menikmati Gulai Kepala Ikan di Padang di kawasan Bungus di Jalan Raya Padang menuju Painan, namanya Rumah Makan Uni yang menyajikan Gulai Ikan Karang yang Lezat.

Kalau di Medan, tempat paling terkenal untuk menikmati sajian Ikan, pergi saja ke Restaurant Padang Sidempuan yang ada di bebrapa lokasi seperti di Jalan SM. Raja. Umunya para penggemar sering memesan Ikan Asap atau sering disebut Ikan Sale yang diolah dalam bebeapa cara, seperti Gulai Ikan Asap, atau Ikan Asap Balado. Ikan Asap sangat khas sebagai sajian dari daerah Tapanuli Selatan atau dari Mandailing. Di samping Gulai Ikan Asap, kita juga sering memesan Daun Ubi Tumbuk, atau Gulai Daun Singkong yang ditumbuk. Makanan lain yang juga terkenal adalah Sop Sumsum Lembu yang super lemak.

Mari Membuat Ikan Kuah Kuning
Karena kuliner berbasis Ikan rasanya lezat dan relatif cukup menyehatkan, terutama kalau dimasak berbasis kuah bukan digoreng dan tidak menggunakan santan, jadi hanya menggunakan bumbu-bumbu tradisionil saja. Jadi mari kita membuat Sop Ikan, atau Ikan Kuah Asam Pedas, apakah kuah Kuning berbasis kunyit atau Kuah Merah dengan banyak Cabe Merah. Kitapun bisa memilih menggunakan Ikan Laut atau Ikan dari Kolam, pilihannya antara Ikan Kakap, Ikan Tongkol atau Tenggiri dari laut. Sedangkan Ikan Kolam, kita bisa memilih, apakah Ikan Patin, Ikan Mas, Gurame, atau Ikan Nila. lalu tentu saja bumbu-bumbu dasar lain seperti; bawang Putih, bawang Merah, Cabe Merah, Jahe, Kunyit, Lengkuas, Daun Salam, Sereh, Garam, dan sedikit Gula. Paling penting untuk masakan Pangek atau Sampadeh (Asam Pedas) dari Padang adalah Asam, biasanya selain Asam Jawa, juga Asam Kandih. Jangan lupa Belimbing akan membuat masakan kita lebih enak.




 








 





Wednesday, 10 February 2021

MENGASAH KEMBALI TUJUAN KITA

toto zurianto

Kita sering mendengar statement seperti ini, 'Kalau ada tidak tahu tujuan anda, maka dipastikan kita bisa terdampar entah dimana'. Pernyataan Yogi Berra, salah seorang Atlit Amerika terkenal mengatakan, if you don't know where you are going, you might wind up someplace else. Soal tujuan kemana kita akan pergi memang menjadi sangat penting. Dalam berbagai istilah, kita perlu penegasan mengenai tujuan ini. Dalam manajemen modern, kita menyatakannya dalam berbagai istilah; apakah sebuah Strategy, Mission, atau Purpose. Atau Goal, Intent dan Aspirasi. Semakin kompleks bentuk organisasi yang kita jalankan, maka model mengenai tujuan ini, selalu menjadi lebih kompleks, tetapi tujuan bisa sederhana. Paling penting adalah, anggota organisasi, perlu menyadari dan mengerahkan energi utamanya pada upaya mewujudkan tujuan ini. Jangan sampai kita bergerak tanpa pegangan dari sebuah tujuan. Istilahnya jangan bergerak dalam kesesatan, habis tenaga, waktu dan energi, tetapi tidak bisa mewujudkan tujuan. Karena itu, jangan pernah bergerak tanpa arah dan tujuan. Tujuan selalu menjadi nilai (values) keberadaan kita, apa yang kita jalankan dan menjadi landasan atau dasar kita untuk bergerak. Ayo, perbaiki tujuan kita. Tujuan yang sederhana (simple) juga tidak apa-apa, tidak harus complicated.

Monday, 8 February 2021

LONTONG MEDAN BANG ANDI DI JALAN KARANG TENGAH CINERE

toto zurianto

Sangat beragam makanan pagi yang bisa kita dapatkan di Jakarta ini, paling terkenal tentu saja Bubur Ayam dan Nasi Uduk Betawi. Bubur Ayam biasanya standard hampir sama di mana-mana di Jakarta, Pokoknya Bubur yang kadang-kadang agak encer, ada yang lebih keras, tergantung selera. Lalu sampingannya, Biasanya Cakwe, Potongan Daging Ayam, Kecap Manis atau Kecap Asin, Sambal, Daun Bawang, dan Kerupuk. Kalau di Restaurant China, Buburnya biasanya pakai Jahe jadi lebih harum dengan kecap asin dan potongan cabe. Harganya juga bisa, mulai 10.000 sampai 25.000 yang pakai Ati dan Ampela. Kalau sarapan Nasi Uduk Betawi, biasanya tersedia Semur Jengkol yang lezat.

Lalu kalau anda kebetulan ke Cinere, di Jalan Karang Tengah Raya sebelum Mesjid Keong, ada Lontong Medan, Lontong Medan Bang Andi. Ini salah satu tempat bagi anak Medan untuk melepaskan kangen sama Lontong Medan, termasuk Sate Kerang yang menyajikan Kerang Bulu atau Kerang Darah yang lezat. Kalau Lontongnya, bisa dikatakan sudah sangat Medan, bahkan lebih enak dari sekedar Lontong Medan, terutama Sayur Tauconya dan rasa Cabe Ijo dan Serundengnya yang Pas. Jadi kalau anda lagi rindu Kampung, datanglah ke Lontong Medan bang Andi, dijamin enak. Jangan lupa mencicipi Sate Kerangnya, juga beberapa kue yang lain, terutama Lupis Medan yang gula Arennya asli, kental dan harum.


Lontong Medan bang Andi, makan di tempat
atau di bawa pulang, enak.

jangan Lupa Sate Kerangnya yang ditanggung Enak
seperti Sate kerang di Medan.

Lupisnya, Gulanya Asli Gula Aren Medan
yang kental dan harum.

Lontong Medan bang Andi ini sudah cukup lama, setahuku, sejak lebih 10 tahun yang lalu yang mula-mula dirintis oleh Ibunya dan Saudaranya yang lain. Sekarang kalau mau mencicipi Lontong Medan, perlu antrian, apakah untuk makan di tempat atau di bawa pulang. Setiap tamu perlu mengambil Kupon Antrian, apakah yang Kuning (makan di tempat) atau yang Merah (di bawa pulang). Kadang-kadang ramai sekali yang ngantri, bisa sekitar 30 menit. Tetapi kalau lagi sedang, mungkin dalam waktu 10-15 menit, kita sudah siap menyantap Lontong Medan Bang Andi yang enak.

Makan di tempat lebih enak, di rumah juga Okay.


Salah seorang Pegawai bang Andi di Jalan Karang Tengah
Telephonenya ada, bisa pesan!

Selain Lontong Medan, ada juga Nasi Uduk Medan,





Friday, 5 February 2021

Perkebunan Pinus Lampahan Tahun 1970-an

toto zurianto

Memang ini kondisi tahun 1970-an, karena saat ini, perkebunan Pinus tersebut, yang mengolah Getah Pohon Pinus, sejenis pohon cemara,  menjadi Damar dan Minyak Terpentine, sudah tidak ada. Namun demikian, cerita ini sungguh menarik dan perlu dituliskan kembali sebagai sejarah indah dan penting. Kami, sekeluarga, Bapak Ibu Abang dan Adik-adik, pernah menjalani periode kehidupan menarik di Tanah Gayo, di Kabupaten Aceh Tengah pada sekitar tahun 1971 sampai dengan 1978. Ini sebuah periode luar biasa, ketika itu, aku mengikuti kepindahan orang tua, Bapak yang bekerja di Perusahaan Negara Perkebunan 1 (PNP-1) di Lampahan, kota Kecamatan sekitar 25 Kilometer menjelang Kota Takengon, Ibukota Kabupaten Aceh Tengah.

Gunung Burni Telong yang indah dilihat dari 
Simpang Tiga Rembele.



MENGOLAH GETAH POHON PINUS MENJADI DAMAR DAN MINYAK TERPENTINE
Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Getah Pohon Pinus, Pohon Tusam, atau Pohon Damar, tepatnya Pohon Pinus Merkusii, sejenis pohon Cemara yang pohonnya cukup tinggi dengan batang yang lebar dan daun yang lurus tajam, ternyata bisa diolah menjadi Damar dan Minyak Terpentine. Di dataran tinggi Gayo, di Kabupaten Aceh Tengah, dulu sekitar tahun 1970-an, Getah pohon Pinus ini diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi. PN Perkebunan 1, Perusahaan Negara Perkebunan 1 (PNP-1) yang dulu ber kantor pusat di kota Langsa di Aceh Timur memiliki wewenang atau konsensi Hutan Pinus tersebut yang tumbuh subur di sebagian besar tanah di kabupaten tersebut. Pengelolaan Pinus tersebut sudah dimulai sejak zaman kolonial Belanda dan dilanjutkan di zaman kemerdekaan, akhirnya oleh PNP-1 dengan Pabriknya di Kota Lampahan.  

Pohon Pinus yang sudah cukup tua dideres untuk diambil getahnya, caranya dengan mencangkul batang pohon pinus dari atas ke bawah, sekitar 3 meter yang dicangkul dengan cangkul khusus selebar sekitar 10 cm secara bertahap sedikit demi sedikit. Getah pohon Pinus berbeda dengan Getah Pohon Karet yang lebih encer dan setelah dideres getahnya langsung bisa dikumpulkan hanya dalam waktu sekitar 2 jam. Kalau getah Pohon Pinus sangat kental, jadi memerlukan waktu untuk bisa keluar dari batang, biasanya sekitar 3 hari sampai 1 minggu. Jadi setelah dideres, atau dicangkul, lalu 3 hari kemudian, baru dikumpulkan dengan menggaruk batang yang sudah dideres dengan menggunakan cangkul deres kembali. Demikianlah proses penderesan dilakukan dari satu pohon ke pohon yang lain oleh para penderes di Afdeling-afdeling Perkebunan Pinus di Aceh Tengah.

Afdeling adalah wilayah kerja perkebunan paling kecil, biasanya dipimpin oleh seorang Asisten Kebon (Asisten Afdeling) yang akan melaporkan pekerjaannya ke Administratur Kebon, Manajer Kebon, atau lebih dikenal dengan sebutan ADM Kebon. Di PNP -1 Perkebunan Lampahan ketika itu,  sekitar tahun 1971, ADM nya Bapak Drs. Joesoef Joenoes, seorang putra daerah Gayo yang sebelumnya pernah bersekolah perkebunan di Jogjakarta. Untuk urusan Tanaman Perkebunan, dalam hal ini tanaman Pohon Pinus menjadi tanggung jawab seorang Asisten Kepala, atau disebut ASKEP yang juga melapor ke seorang ADM. ASKEP pada saat tersebut (1971-1972) dijabat oleh Bapak Soewandi yang kemudian digantikan oleh Bapak Abdul Muis, dan selanjutnya oleh Bapak T. Sihombing. Sedangkan orang yang bertanggung jawab untuk mengurus kegiatan Pabrik pada saat itu dilakukan oleh seorang Masinis Pabrik, atau MASKEP, atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Sep (Chief). Itulah jabatan orangtua kami ketika itu, seorang Kepala Pabrik Damar dan Terpentine PNP-1 Lampahan, atau dikenal sebagai Pak Sep, Ratmono Ratio (1971-1978).

Photo sekitar tahun 1978 di depan Pabrik Damar
dan Minyak Terpentine PNP-1 di Kota Lampahan.


MENGUNJUNGI AFDELING-AFDELING DENGAN TRUCK PENGANGKUT GETAH
Untuk mengelola Pohon Pinus di perkebunan ketika itu, terutama dalam rangka penanaman, pembersihan, pemupukan, penderesan, dan pengumpulan Getah, maka hal tersebut dilakukan di afdeling-afdeling oleh Asisten Kebun yang dibantu Staf Administrasi, Pegawai tata Usaha, dan para Mandor. Untuk Perkebunan Lampahan, ada bebeapa afdeling yang sempat aku ingat, yaitu; Afdeling Pondok Bawah yang paling dekat berjarak sekitar 2 Kilometer saja ke Pabrik. Kemudian Afdeling Balek berjarak 8 Kilometer, dan Afdeling Rajawali sekitar 13 Kilometer. Untuk Afdeling yang lebih jauh ke arah pegunungan adalah Afdeling Burni Telong, mungkin sekitar 35 Kilometer dan Afdeling Bidin dengan jarak sekitar 50 Kilometer dekat Pondok Baru di Simpang Tiga Redelong. Pada sekitar tahun 1973 itu, waktu itu aku sudah duduk di Kelas 1 SMP, aku sering mengikuti perjalanan Truck pengangkut Getah Pinus ke Afdeling-afdeling dan kemudian kembali ke Pabrik untuk men-drop Getah. Terutama kulakukan pada saat Libur Sekolah.  karena cukup sering mengikuti Truck Pengangkut Getah Pohon Pinus, aku mengetahui hampir semua Pengemudi (Sopir dan Kenek) Truck PNP-1 ketika itu, 
Ketika itu, PNP-1 menggunakan beberapa merek mobil Truck, khusus untuk mengangkut Kayu Gelondongan, PNP-1 Lampahan menggunakan Truck Merek Bedford dan Truck Austin, pengemudinya yang aku ingat Pak Wahab. Sedangkan untuk keperluan pengangkutan Getah, saat itu PNP-1 membeli Truck baru Merek Dodge dan Fargo yang berwarna biru. Pengemudi Truck Fargo nomor 6 Bapak Dahnial, dipanggil Lek Dahnial. Lalu Lek Aman Akub pengemudi Truck Dodge Nomor 7. Aku lupa siapa pengemudi Truck Fargo Nomor 8 dan Dodge Nomor 9, tetapi aku ingat pengemudi Truck Dodge Nomor 10, yaitu Lek Syair. Di Lampahan, Aceh Tengah dan Benar Meriah, terutama di lingkungan perkebunan PNP-1, sudah menjadi kebiasaan untuk memanggil seseorang dengan panggilan Abang atau Lelek, maksudnya Pak Lelek. Tidak peduli apakah dia dari Suku Jawa, Suku Aceh, Suku Minang, atau Suku gayo, bahkan orang Batak atau Cina sekalipun, semua orang dipanggil dengan Abang atau Pak Lek, misalnya ada seorang Pedagang Suku Cina yang bernama Akiam, sangat bisa dipanggil dengan panggilan Lek Akiam. Karena aku cukup sering meumpang Truck Perkebunan dari Afdeling afdeling untuk membawa Getah ke Pabrik, atau Truck Pengangkut Kayu untuk bahan bakar Ketel Uap, atau Truck Pengangkut Kayu Balok untuk dibawa ke Panglong pembuatan Papan dan Kayu Broti, aku jadi kenal hampir semua Bapak-bapak pengemudi Truck se perkebunan Lampahan. Aku tidak tahu di mana mereka sekarang berada, sebagian tentu sudah banyak yang meninggal dunia. Tetapi pasti banyak anak-anak atau cucunya yang mengetahui kisah dan peristiwa yang aku tulis ini. Aku rindu susasana Pabrik dan Perkebunan, dan perjalanan-perjalanan dengan Truck Pengangkut Getah dan Kayu di Lampahan tahun 1970-an, khususnya dengan para supir, kenek, dan pihak-pihak yang ada di pabrik. 

KEGIATAN PABRIK DAMAR DAN MINYAK TERPENTINE
Setiap hari, Truck-truck pengangkut Getah Pohon Pinus berjalan menuju Afdeling-afdeling untuk mengambil Getah Pinus yang disebut Balsem yang di Afdeling dikumpulkan dalam Bak-bak Pengumpul di beberapa tempat. Setelah diukur jumlah yang akan diangkut, Getah kemudian dibawa ke Pabrik di Lampahan dan dituangkan ke dalam Tangki pengumpul besar setelah terlebih dahulu diukur jumlahnya pada tangki pengukur penerimaan Getah.
Di pabrik pengolahan, getah diolah, antara lain dengan pemanasan yang dilakukan dengan menggunakan Ketel Uap dari beberapa Ketel Kayu Api dan tentunya berbagai proses pencampuran, destilasi, dan lain-lain, sehingga akhirnya Getah akan menjadi Curahan Damar cair dan sangat panas, serta Minyak Terpentine. Dengan menggunakan Lori yang berjalan dan dalam tangki khusus tahan panas, Curahan Damar Panas selanjutnya dimasukkan ke dalam kotak kayu untuk proses pendinginan dan pengepakkan (packaging) sehingga Damar siap untuk di bawa ke pelabuhan Lhokseumawe dan dikirim sesuai tujuan. Sedangkan hasil proses berupa Minyak Terpentine, biasanya disalurkan ke tangki-tangki pengumpul untuk nantinya dimasukkan ke dalam Drum-drum untuk pengiriman sesuai kota tujuan. Pengiriman Damar dan Minyak Terpentine dilakukan melalui Truck-Truck PNP-1 dan perusahaan Truck Luar yang disewa. Pada waktu itu, aku ingat, PNP-1 juga menggunakan Truck sewa dari perusahaan Firma Paham Truck. Apa lagi yang dapat kuingat mengenai Pabrik Damar dan Minyak Terpentine di Lampahan? Salah satunya adalah adanya 2 penanggung jawab kegiatan Pabrik, pertama untuk urusan Pengolahan kegiatan Pabrik, pada saat itu ditangani oleh seorang muda yang bernama Bapak Abdul Chaliq Siregar,  aku memanggilnya dengan sebutan Om Chaliq. Satunya lagi, Bapak Tolopan Pasaribu yang bertanggung jawab mempersiapkan permesinan dan kenderaan operasional. Keduanya termasuk generasi muda yang bekerja penuh semangat dan saat itu usia mereka sekitar 40 tahun yang bekerja keras membantu pekerjaan di Pabrik dan penunjang operasional pabrik. Sekali-sekali di hari libur, para pekerja dan staf, kadang-kadang pergi ke hutan, memancing ikan dan atau kegiatan berburu rusa. 

SUASANA EMPLASMEN PERKEBUNAN LAMPAHAN
Bagaimana suasana Kota Lampahan dan terutama Emplasmen atau Kompleks Perumahan Karyawan di Lampahan? Sebagai sebuah ibukota Kecamatan, di Lampahan berkedudukan Kantor Camat Kecamatan Timang Gajah dengan aparat pendukung lain, seperti adanya Kantor Koramil, Polsek, dan Sekolah SD serta SMP PNP-1. Lalu rumah-rumah karyawan yang tipikalnya hampir sama, semuanya dibuat dengan bahan Papan/kayu dan Atap Seng. Rumah di Lampahan, karena udara yang dingin, semuanya dibuat, model panggung dengan tangga di depan dan belakang. Semua rumah umumnya sama, kecuali rumah Pimpina Perkebunan dan Pegawai Staf ke atas yang biasanya lebih luas, lebih bagus dan dengan halaman yang sangat luas. Perumahan Karyawan di Lampahan terdiri dari beberapa Pondok, ada Pondok Seng dan Pondok Atas. lalu sebagai sarana penunjang, di Kompleks Perumahan Karyawan ada Ruang Serba Guna tempat Kegiatan Olah Raga, Pertunjukan Kesenian atau Acara-acara untuk Karyawan. Ruang Serba Guna yang pada waktu itu disebut "Pajak", digunakan hampir setiap hari untuk bermain Bulu Tangkis karyawan dan anak-anak karyawan. Perkebunan juga mempunyai fasilitas Lapangan sepakbola untuk latihan dan pertandingan, termasuk turnamen sepak bola pada saat memperingati hari Kemerdekaan 17 Agustus. Kegiatan Olah Raga yang paling populer di antara karyawan perkebunan ketika itu, Sepak Bola, Bulu Tangkis dan Bola Volley. Beberapa pemain Sepak Bola terkenal ketika itu di Lampahan, antara lain; bang Adam (Supir Jeep PNP-1), Bang Busuk bersama Saudaranya Bang Liem dan Bang Akim, pedagang Pasar Suku Cina yang sangat terkenal dan sudah membaur dengan orang Pribumi. Lalu Pemain Volley antara lain, Bang Ponirin karyawan PNP-1, juga Bang Akim. Sedangkan untuk pemain Bulu Tangkis,  banyak yang aku lupa kecuali bang Mansyur yang juga merangkap pengurus Olah Raga Bulu Tangkis yang paling aktif.

Kesebelasan SMP PNP-1 Lampahan, antara lain; Nenen, 
Adek Ibnu, Ali Umar, dan lain-lain.

Latihan Pramuka SMP PNP-1 di bawah
asuhan Bapak Ara Djoeli, antara lain; dari 
kiri ke kanan, Aku, Ramlo Hutabarat,
Adek Ibnu Gunawan, Ali Umar, dan seorang 
lain aku lupa namanya. 

Upacara 17 Agustus di Lapangan Pondok
Bawah, ada bang Buyung, aku dan aku lupa.

Anak Muda lagi ngumpul, di depan rumah Pak Karim,
antara lain; Aku, bang Buyung, Bang Su, Adek, Hamid,
Akim, Bang Pepen (maaf kalau namanya lupa). 


Di Lampahan sendiri, permainan Sepak Bola tentu saja menjadi pilihan paling menarik. Ada beberapa Klub Sepak Bola yang sering bertanding di Lampahan, tentu saja yang paling kuat Klub Sepak Bola PNP-1 dengan Striker Utama Bang Adam yang luar biasa, dulu orang banyak yang menyebutnya sebagai Pele-nya Lampahan. Tetapi persaingan pertandingan Sepak Bola tetap sangat menarik dan sering harus keras-kerasan, terutama apabila melawan Klub Sepak Bola Kumpulan Para Pedagang Toko (Kedai) di Lampahan dengan pemain yang kebanyakan berasal dari Suku Aceh berkolaborasi dengan Anak Kek Apong yang memang hebat permainannya, baik Bang Bu Suk, Bang Lim, maupun Bang Akim. Pertandinagn Sepak Bola umumnya dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola PNP-1 di Pondok Bawah, pas dekat Sekolah SMP PNP-1 tempat aku bersekolah.
Tetapi paling asyik kalau pertandingan di laksanakan di Kota Takengon melawan Tim-Tim juara antar kecamatan se Kabupaten Aceh Tengah. Biasanya kami, para supporter pergi ke Takengon dengan menumpang Truck PNP-1 beramai-ramai.

MASYARAKAT YANG HITEROGEN
Suku asli penduduk Aceh Tengah tentu saja Suku Gayo. Tetapi khusus di perkebunan, paling banyak tentu saja Suku Jawa yang sudah hidup cukup lama di Aceh Tengah. Lalu sebagian masyarakat yang lain, termasuk masyarakat Suku Aceh yang umumnya pendatang yang berasal dari beberapa kota, seperti dari Aceh Pidie (Sigli), Aceh Utara dari Bireuen, Bernun, atau Samalanga dan Lhokseumawe. Juga dari Aceh Besar Banda Aceh, atau dari Aceh Timur (Langsa). Masyarakat Suku Aceh umumnya menggunakan bahasa pengantar untuk komunikasi dalam Bahasa Aceh. Tetapi memang cukup biasa masyakarat Lampahan memahami beberapa bahasa, misalnya seorang yang berasal dari Suku Jawa, bisa berbahasa Jawa, Bahasa Aceh dan Bahasa Gayo. 

Kebanyakan orang-orang di pabrik PNP-1 menggunakan bahasa Jawa dan Bahasa Gayo dalam berkomunikasi di samping berbahasa Indonesia. Orang-orang Suku Aceh yang berasal dari seluruh wilayah di Aceh, yang umumnya menjalankan Profesi sebagai Pedagang di Toko-toko (Kedai), dan Restaurant.  Aku ingat, salah seorang Pedagang paling terkenal yang berasal dari Aceh Pidie adalah Bang Jali yang membuka dagangan kebutuhan pokok sehari-hari, mulai dari Beras, Gula, Ikan Asin, Minyak Makan dan seluruh kebutuhan dapur. Toko bang Jali termasuk yang paling terkenal, harganya relatif lebih murah. Ada juga Orang Aceh yang membuka Layanan pembuatan Pakaian, atau Taylor, antara lain Toko Bang Zakaria

Tetapi tidak semua Toko pedagangnya berasal dari orang Suku Aceh, ada juga Kek Apong, seorang Cina yang sudah Tua dan berdagang cukup lama, beliau dan anak-anaknya memiliki beberapa Kedai (Toko) di Pasar Lampahan. Kebetulan aku sekelas dengan cucu Kek Apong yang bernama Ango (Fatimah) di Kelas VI SD Negeri 2 tahun 1972. Memang cukup menarik kehidupan di Lampahan, meskipun Kek Apong seorang Cina, tetapi anaknya, bang Liem beragama Islam, demikian juga anak bang Liem, atau Cucu Kek Apong yang bernama Ango atau Fatimah, juga beragama Islam. Jadi kehidupan di Lampahan memang sudah lebih maju, lebih toleran dan bisa menerima perbedaan. Ini sebuah informasi penting bagi masyarakat Indonesia lain, bahwa di Aceh sekalipun yang dikenal sebagai negeri Serambi Mekah, masyarakatnya, sejak dulu, sejak tahun 1970-an, sudah bisa menghormati dan menghargai perbedaan.
Bahkan di tengah para Pedagang Suku Aceh yang beragama Islam, ada juga seorang Suku Batak yang membuka Toko di Lampahan, Toko Saroha yang dikelola oleh Bapak/Ibu Saroha. Di samping mempunyai Toko Perdagangan keperluan sehari-hari, Ibu Saroha juga membuka Usaha Pemotongan Daging Sapi dan Menjual Daging Sapi ke masyarakat Lampahan yang saat itu, biasanya melakukan pemotongan Sapi paling banyak 2 kali dalam satu bulan. Tentu saja yang melakukan pemotongan Sapi bukan oleh Pak Saroha yang beragama Kristen, tetapi dilakukan oleh seorang Ustad yang sudah terbiasa melakukan pemotongan secara Halal. Kita di Lampahan sangat berterima kasih atas kehadiran Rumah Potong/Toko Daging Pak Saroha,  paling tidak bagi yang mampu membeli, setiap 2 minggu sekali masyarakat Lampahan bisa mengkonsumsi Daging Sapi. Tetapi untuk kehidupan sehari-hari, masyakarat kebanyakan hanya memakan Ikan Asin, atau Ikan Basah secara terbatas karena harus didatangkan dari Wilayah Aceh Utara, dari sekitar Kota Bireuen atau Kota Lhokseumawe yang dibawa pedagang Ikan dengan menggunakan Bus Antar Kota atau Pedagang yang menggunakan Sepeda Motor setiap hari. 
Karena Ikan Basah harus didatangkan dari tempat yang cukup jauh, Pasar Ikan di Lampahan umumnya baru mulai buka mulai sekitar Jam 11.00 atau jam 12.00 siang ketika Bus Antar Kota mulai sampai di Lampahan, biasanya membawa ikan di dalam keranjang dengan Bus Paham. Tetapi tentu saja, jenis Ikan yang diperdagangkan sangatlah terbatas. Ketika itu, hanya ada 2 jenis Ikan, yaitu; Ikan Bandeng dan Ikan Tongkol, serta kadang-kadang ada juga Udang atau Ikan Kembung.

HIBURAN RADIO, NONTON WAYANG DAN NONTON SANDIWARA JEUMPA ACEH
Bagaimana dengan hiburan? Tentu saja situasi tahun 1970-an sangatlah berbeda dengan kondisi sekarang. Tentu saja saat itu belum ada Televisi, bahkan siaran Radio saja sangat terbatas. Tidak ada studio Radio Amatir disekitar itu, juga di seluruh wilayah kabupaten Aceh Tengah. Paling-paling, kalau radionya cukup bagus, apakah Radio Transistor yang bagus, mungkin Radio 4 Band yang bisa menangkap siaran MW dan SW. Aku ingat, saat itu radio kami, paling-paling baru bisa menangkap siaran radio dari Radio Republik Indonesia (RRI) Nusantara 1 dari Medan, atau RRI Banda Aceh, dan RRI Sibolga saja. Acara radio dari RRI yang paling Populer ketika itu, tentu saja Siaran Berita yang dilakukan hampir setiap Jam mulai jam 06.00 pagi sampai yang paling akhir di jam 22.00 berupa Berita Olah Raga. Lalu setiap sore hari pada Pukul 17.00, RRI biasanya menyiarkan siaran khusus berupa Siaran Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau disebut Siaran ABRI selama 1 jam, yang diisi dengan Berita ABRI dan Pilihan Lagu-lagu untuk keluarga ABRI. Acara lain yang sering didengar tentu saja Lagu Pilihan Pendengar dan Siaran langsung pertandingan olah raga, biasanya Pertandingan Sepak Bola, misalnya dari Stadion Teladan Medan yang menyiarkan pertandingan secara langsung antara PSMS Medan melawan Persija Jakarta.
Di samping mendengarkan siaran RRI, baik RRI Medan ataupun RRI Banda Aceh, radio lain yang waktu itu cukup populer adalah siaran dari Radio Malaysia yang dipancarkan dari Kuala Lumpur, Radio BBC (British Broadcasting Corporation) dari London, Radio Australia dari Melbourne, dan Radio Nederland Wereldomroep dari Hilversum Negeri Belanda. Pada saat itu, senang sekali ketika kita bisa mendengarkan siaran radio luar negeri yang disampaikan dalam bahasa Indonesia oleh penyiar orang Indonesia yang bekerja dari luar negeri. banyak informasi luar negeri dan juga berita-berita dunia yang bisa kita dengarkan yang umumnya lebih bebas (dari sensor).

Hiburan lain yang bisa dinikmati di Lampahan sekitar tahun 1970-an adalah apabila kebetulan ada acara pertunjukan kesenian Wayang, atau Ludruk yang dilakukan oleh masyarakat Suku Jawa yang ada di Lampahan. Meskipun sudah lama tinggal di Aceh, tetapi masyarakat tetap berusaha mempertahankan Budaya aslinya dengan membentuk klub Wayang yang dimainkan pada pertunjukan Pesta Perkawinan, atau acara ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan. Di lingkungan perkebunan, pertunjukan Wayang atau Ludruk biasanya dilakukan semalam suntuk (sepanjang malam) di ruang Serba Guna "Pajak Lampahan". Tentu saja dihadiri banyak orang, mulai dari orangtua sampai ke anak muda. kalau pada acara Kawinan, tentu saja biasanya pihak tuan rumah tidak lupa menyediakan makanan dan minuman untuk para tamu, biasanya suguhannya berupa Teh dan Kopi Panas serta makanan Jenang (dodol) dan Gemblong, serta Goreng Pisang. Tetapi kalau diadakan di Ruang Serba Guna, makanan dan minuman bisa dibeli dari pedagang yang ada di luar gedung pertunjukan, berupa minuman panas dan kacang. Sungguh nikmat bisa menonton pertunjukan Wayang yang disampaikan dalam Bahasa Jawa dan kadang-kadang diselingi dengan dialeg setempat, atau dengan istilah Gayo. 

SENI DIDONG SEMALAM SUNTUK DAN TARI SEUDATI YANG MENAWAN
Hiburan lain yang juga sering diadakan adalah pertunjukan kesenian Gayo asli berupa Didong dan Pertunjukan Tari Seudati yang dimainkan oleh masyarakat Suku Aceh. Kesenian Didong biasanya dilaksanakan pada malam hari, berupa pertandingan antara beberapa kelompok kesenian Didong dari berbagai daerah di Aceh Tengah. Pertunjukan atau Permainan Seni Didong dilakukan oleh sekelompok orang, biasanya sekitar 10-15 orang yang duduk berbaris dipimpin oleh seorang Ceh (pemimpin Kelompok) yang sangat piawai menyampaikan pantun dan puisi dalam bentuk Nada dan Lagu yang diikuti secara bersama oleh seluruh anggota dan diiringi dengan Tepukan pada Bantal Kecil sesuai Irama dan nada yang telah dilatih bersama. kata-kata berbentuk Puisi dan Nyanyian yang disampaikan pada pertunjukan Didong dilakukan untuk mengalahkan Pihak lawan yang dapat dinikmati oleh penonton yang sering tidak segan untuk bertepuk tangan apabila kata-kata yang disampaikan sesuai dengan keinginan penggemarnya. Pertunjukan dan Pertandingan Didong biasanya dilakukan Semalam Suntuk dan dalam beberapa malam untuk mendapatkan pemenang pertunjukan yang ditetapkan oleh Tim Juri yang sudah ditentukan. Sungguh rindu untuk bisa menyaksikan pertunjukan Didong kembali, syarat dengan kata-kata indah, irama merdu khas Gayo dan jawaban-jawaban pihak lawan yang sering tidak kalah kualitasnya. Pokoknya sangat mengasyikan menikmati pertunjukkan seni Didong di tempatnya di Tanah Gayo, mari ke Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Lalu salah satu seni Gerak Tari dan Lagu lain yang bisa dinikmati di Aceh, termasuk di Lampahan di Tanah Gayo adalah Pertunjukan Seudati. Tentu saja kelompok Seudati lebih banyak dimainkan oleh Abang-abang dari Suku Aceh yang dulu di Lampahan banyak berasal dari kalangan pemilik Kedai (Toko) yang umumnya berasal dari Daerah Aceh Pidie seperti Kecamatan Simpang Tiga dan Kecamatan Mutiara yang disebut-sebut sebagai asal muasal Tari Seudati. Juga dari kawasan Aceh Utara (Bireuen,  Samalanga) dan dari Aceh Besar (Kutaraja). Pada zaman Kolonial Tari Seudati sering dilarang oleh pemerintah Belanda karena dianggap suka menentang kebijaka pemerintah. Tentu saja, karena kesenian Seudati sangat erat hubungannya dengan perkembangan Dakwah Agama Islam yang asal katanya dri istilah Syahadat menjadi Seudati. Tari Seudati dimainkan oleh penari Pria, biasanya berjumlah 8-10 orang yang dipimpin oleh satu orang sebagai Syeh serta Pembantu Syeh. Gerakan dalam Tari Seudati sangat khas dan energik membuat para penonton berdecak kagum, terutama dengan gerakan dan hentakan kaki, dan tepuk dada yang keras, serta ketipan jari tengah dan jari jempol yang berirama cukup keras. Apalagi semua gerakan tersebut juga diiringi dengan lantunan syair yang indah dalam Bahasa Aceh yang dilakukan oleh penari yang disebut Aneuk Syahi.
Pertunjukan Tari Seudati selalu membuat penonton kagum, menikmati gerakan, tarian dan suara yang ramai. Semuanya itu, sering ditampilkan di Lampahan pada acara-acara peringatan proklamasi dan acara seni budaya yang lain.

Jadi di Lampahan, karena masyarakatnya yang hiterogen dari berbagai suku, seperti Jawa, Gayo, Aceh, Minang, Melayu, Cina, Batak, kita terbiasa menikmati pentas seni yang cukup bervariasi, mulai dari pertunjukan Wayang dan Ludruk serta Ketoprak,  sampai ke pertandingan seni Didong dan pertunjukan Tari Seudari yang energik dan lincah. Tetapi di samping itu, di Lampahan juga ada Group Band modern, yaitu Band PNP-1 dan Band Amphibi 71 yang sering main dalam berbagai pertunjukan atau pada pesta-pesta perkawinan. Kadang-kadang pemain Band PNP-1 dan Band Amphibi-71 anggotanya sama. Beberapa pemain Band yang dulu cukup terkenal, antara lain Almarhum Bang Amir yang memainkan Guitar Melody. Bang Amir berasal dari Tanah Minang tetapi sudah lama bermukim di Tanah Gayo dan Lampahan. Di samping Bang Amir, pemain lain yang aku ingat, Bang Gadung sebagai pemegang Guitar Bass, lalu Bang Kadrin pada Lead Guitar, dan yang paling terkenal, Drummernya Bank Ishak, atau Sahak. Mereka inilah sebagai pelopor pertunjukan Band di Lampahan dengan penyanyi yang cukup banyak.
  
SANDIWARA JEUMPA ACEH DAN SINAR JEUMPA
Pada tahun 1970-an, bermula dari kawasan Kota Jeumpa di Bireuen, munculah kelompok Sandiwara yang melakukan pertunjukan dari satu kota ke kota lain selama berminggu bahkan berbulan-bulan. Dulu yang paling terkenal adalah Kelompok Sandiwara Jeumpa Aceh, juga Kelompok Sinar Jeumpa. Pada suatu ketika, sekitar tahun 1972 Kelompok Sandiwara Jeumpa Aceh mampir di Kota Lampahan, mereka mendapatkan tempat di Ruang Serba Guna PNP-1 di Pajak. 

Sebelum pertunjukan, pada sore hari biasanya mereka melakukan pemberitahuan, atau "Hallo-hallo" kepada masyarakat, misalnya seperti ini, "Halo-halo Saudara saudara, jangan Lupa nanti malam, Datanglah ke Pajak Lampahan menyaksikan pertunjukan Sandiwara Jeumpa Aceh dengan sebuah lakon Drama percintaan berjudul "Cinta han Putoh". Bertindak sebagai Sutradara, Yusda Tanjung yang sudah terkenal di seluruh Aceh". Ayo Jangan ketinggalan!

Lalu, pada malam pertunjukan, pada saat itu, biasanya kami mendapatkan Ticket Undangan dari Panitia sehingga bisa dapat duduk di bagian depan bersama-sama dengan para undangan lain, seperti Pak Camat, Dan Koramil, Kapolsek, juga beberapa Staf PNP-1 yang lain. Karena orangtua biasanya jarang menonton, aku beberapa kali berkesempatan menyaksikan pertunjukan Sandiwara Jeumpa Aceh dengan berbagai variasi lakon, apakah tentang putus cinta,  anak durhaka, cerita Pahlawan melawan Penjajah, atau Cerita Lucu (Komedi). Setiap pertunjukan biasanya diawali dengan nyanyian yang diiringi oleh home band group sandiwara yang cukup bagus penampilan dengan alat-alat Akordeon dan Terompet di samping Guitar dan Drum. Dulu belum ada band yang membawa alart musik Keyboard atau Organ. Juga kita bisa menyaksikan tarian-tarian, apakah Tari Melayu, Tari Aceh atau Tarian Modern. Paling sering dan tidak ketinggalan adalah Tari Serampang Dua Belas dan Tarian/Nyanyian Tudung Periuk. Lalu dimulailah Sandiwara dengan dibukanya Layar ke atas atau ke samping kiri dan kanan. Untuk mengusir kejenuhan, biasanya diantara satu Babak dengan Babak berikutnya, dimainkan Komik atau Lawakan yang lucu yang membuat kita terpingkal-pingkal. Sungguh berkesan menyaksikan sandiwara Jeumpa Aceh, tidak saja ceritanya yang menawan dan bisa dinikmati, juga nyanyian dan tarian, serta pertunjukan Komik (Lawak) yang Lucu. 

PERTUNJUKAN LAYAR TANCAP
Di samping pertunjukan sandiwara, wayang, ataupun menonton pertandingan Sepak Bola dan Bola Volley, kami di Lampahan juga sering kedatangan Tim Promosi dan Pertunjukan Film Layar Tancap, dulu yang paling sering datang ke Lampahan, berasal dari perusahaan Jamu Obat Kuat Viat Sing Cap Harimau. Sebenarnya lebih tepat dengan Minuman Keras dari pada Jamu yang mengandung alkohol. Tetapi karena memakai istilah Jamu, maka kehadiran perusahaan Jamu Vigour Viat Sing Cap Harimau diperbolehkan, apalagi mereka juga membawa peralatan pertunjukan film secara gratis dalam bentuk layar tancap. Lumayanlah, karena pada tahun 1970-an, di Lampahan jarang ada pertunjukan film. Bahkan se kabupaten Aceh Tengah ketika itu hanya ada satu Bioskop kecil yang bernama Gentala Theatre di Kota Takengon.  Pertunjukan layar tancap waktu itu, paling-paling memutar Film Cow Boy atau Film Barat lama yang sangat lumayan bagi kami.

MENINGGALKAN LAMPAHAN
Karena melanjutkan sekolah, kami meninggalkan Lampahan. Pertama kali pada tahun 1975, aku meninggalkan Lampahan menuju Kota Padang untuk melanjutkan sekolah, saat itu pindah ke SMP Negeri 4 Padang di Kelas IIID yang berlokasi di Jalan Pulau Karam Nomor 82, Kampung Cina, Padang Kota. Banyak sekali cerita indah yang kutinggalkan di Lampahan, sejak 1971 sampai dengan 1975. Pada saat itu sebenarnya kedua orangtua masih di Lampahan sampai tahun 1978. Ya betapa indahnya Lampahan, sekitar tahun 1971 sampai 1975 dan 1978. Ceritanya panjang dan banyak hal yang bisa diingat, baik peristiwanya, tempatnya, dan pastinya orang-orang yang pernah bersama kami di Lampahan. Panjang ceritanya, mulai dari perkebunan Pinus, Pabrik Damar dan Terpentine, Sekolah di SD Negeri 2 Lampahan dan SMP PNP-1 Lampahan, kemudian mengenai kegiatan Olah Raga, kunjungan ke Afdeling-afdeling dan menyaksikan pantas Seni Wayang, Ludruk, Ketoprak, pertunjukan Seni Didong dan tari Seudati yang indah. Tidak terlupakan, terutama orang-orangnya, termasuk Para karyawan, Guru-guru dan kawan-kawan di sekolah. 

CATATAN KUNJUNGAN KE LAMPAHAN TAHUN 2010.
Pada tahun 2010, aku berkesempatan melakukan kunjungan dinas ke Bank Indonesia Lhokseumawe. Disela kunjungan tersebut, setelah urusan kantor selesai, aku menyempatkan pergi ke Lampahan dan Takengon yang berjarak sekitar 130-160 Kilometer dalam waktu sekitar 3 jam dengan mobil. Sebuah kunjungan nostalgia yang luar biasa setelah meninggalkan Lampahan sekitar 30 tahun. 

Secara umum, perkebunan Pinus di Aceh Tengah Tanah Gayo sudah hilang, hampir tidak ada lagi bekasnya. Pertama, pohon-pohon Pinus yang dulu menjadi pemandangan luar biasa di sekitar Lampahan, Burni Telong dan Takengon, saat itu (2010), sudah hampir tidak ada lagi. Hutan Pinusnya sudah tidak banyak, dan akhirnya suasana Pabrik dan Emplasmen Perkebunan Lampahan sudah tidak ada lagi. Kecuali satu bangunan yang akhirnya sempat kuabadikan,  inilah bangunan Tangki penyimpan Minyak Terpentin produksi Pabrik Damar dan Terpentin PNP-1 Lampahan sebelum dikirim/diekspor ke tempat tujuan.

Photo Tangki Minyak Terpentine yang masih ada (2010), 
tempat minyak Terpentine dikumpulkan sebelum dibawa ke
pelabuhan tujuan melalui Pelabuhan di Kota Lhokseumawe

REUNI SMP PNP-1 TAHUN 2019
Pada akhirnya sebuah acara besar yang disiapkan, terlaksana juga. Dari Jakarta, ke Medan, singgah sebentar jumpa sodara di Medan, langsung aja di dekat stasion Bus Medan Takengon. Hari ini aku ke Takengon menumpang Bus Sempati Star SCANIA 410K Higher Deck yang ticketnya sudah disiapkan Renny beberapa hari sebelumnya. Berikut ini photo-photo dari kegiatan Reuni Akbar Alumni dan Guru-guru SMP PNP-1 Lampahan tanggal 5 Februari 2019, 2 tahun yang lalu. Meskipun acaranya singkat, tetapi sungguh melepas sedikit dahaga kangen-kangen sesama sahabat kecil. Pada kesempatan itu, aku masih bisa bertemu dengan 2 orang guru yang tidak pernah bisa kulupakan, pertama Guru SD Kelas VI, Ibu Siti Aliah yang sempat bercerita hal-hal indah 40 tahun yang lalu, termasuk ketika dia bercerita bahwa sebenarnya beliau akan menghadiri acara pemberian Piala kepadaku sebagai Juara Ujian Akhir (Kelas VI) SD se Kabupaten Aceh Tengah yang diadakan di Pendopo Kabupaten Aceh Tengah. Waktu itu aku hanya ditemani Kepala Sekolah Bapak Abudl Mutalib untuk menerima Piala dari Bupati Aceh Tengah Nurdin Sufi. Beliau (Ibu Siti Aliah) mengatakan, beliau ternyata tdiak dijemput padahal sudah janji menunggu mobil jembutan. Ketika pertama kali bertemu, beliau mengatakan, "Toto juara Ujian akhir SD se Aceh Tengah tahun 1972", sungguh mengharukan. Berikut ini beberapa moment Reuni Akbar SMP PNP-1 Lampahan tahun 2019.

Teringat Band PNP-1 dan band Amphibi-71 
Lampahan Tahun 1970-an.

Suasana Reuni di Lapangan dekat eks lokasi Pabrik

Photo dengan Ali Umar,
teman di SD Kelas VI dan SMP


Bersama Guru Kelas VI Ibu Siti Aliah, beliau
tetap ingat banyak hal meskipun sudah berpisah 
lebih dari 40 tahun.

Photo bersama teman kecil yang sudah
menjadi Doktor Ahli Jantung di Jakarta
dan Takengon, Dr. Munadi.

Bersama Bapak Teruna Jaya, Guru Sejarah, Ilmu Bumi
dan Olah Raga di SMP PNP-1 Lampahan, lebih 40 tahun 
tidak berjumpa. Alhamdulilah tetap sehat Pak.