Thursday 19 May 2011

Membangun Pemimpin yang Kredibel

toto zurianto


Tidak bisa suatu institusi atau negara, atau pemerintahan, termasuk pemerintahan daerah, yang bisa dibangun tanpa kredibilitas. Bangsa kita adalah salah satu contoh yang memperlihatkan, betapa sulitnya membangun negara ketika kredibilitas yang menjadi prasyarat utama, hilang dan menjauh.
Beberapa kejadian terakhir ini, misalnya dugaan korupsi di Kementerian Keolahragaan, merebaknya dugaan praktek makelar anggaran di kalangan anggota DPR (majalah Tempo, 22 Mei 2011), adalah salah satu cerita yang menunjukkan, hilangnya kredibilitas pada golongan atau kelompok elit yang seharusnya bisa menjadi contoh masyarakat.

Kredibilitas ibarat bank yang sedang rush.
Kehilangan kredibilitas dapat diibaratkan seperti terjadinya rush atas dana masyarakat yang ada di bank pada saat krisis. Seberapapun besarnya akan habis ketika kepercayaan itu runtuh. Kita pernah berpengalaman menyaksikan peristiwa itu. Seperti itulah perumpamaan dari pemimpin yang kehilangan integritas dan kredibilitas. Situasinya seperti sedang “jalan di tempat”. Banyak program tetapi tidak banyak kemajuan. Ada kemajuan tetapi tidak siknifikan dan jauh dari yang diperjanjikan.

Bagaimana mempertahankan Kredibilitas
Salah seorang ahli leadership terkenal, Stephen MR Covey (Speed of Trust) mencatat 4 faktor utama yang harus kita pelihara ketika kita ingin menciptakan bangsa yang kredibel; adanya pemimpin yang memiliki integritas tinggi, adanya kejelasan motif atau agenda dari pemimpinnya tanpa ada yang ditutup-tutupi, orang yang memiliki kompetensi unggul, serta adanya track record para pemimpin atas pencapaian dan prestasinya yang sudah diakui.
Aspek integritas dan kejelasan motif berhubungan dengan character atau perilaku yang harus diuji tanpa ragu. Pemimpin seharusnya adalah orang-orang yang selama bertahun-tahun, sudah teruji integritas dan motivasinya. Di kantor pemerintah, khususnya dalam menetapkan pejabat tinggi pada posisi strategis, haruslah orang yang integritasnya tidak diragukan. Proses rekrutmennya harus dilakukan secara ketat dan tanpa kompromistis.
Warrent Buffet percaya pada 3 hal yang membuat seseorang itu kredibel dan profesional, pertama, integritasnya, artinya jujur dan menunjukan kesan (impresi) yang jujur. Bukan ahli berbasa-basi dan menyembunyikan kebulusan dan akal-akalan. Kedua, memiliki kompetensi teknikal yang hebat. Kalau dia seorang politisi, maka disamping memahami teori dan sejarah perpolitikan, dia juga seorang pembicara yang ulung, mampu menjadi negosiator yang handal, dan memiliki keahlian dalam berkomunikasi. Lalu yang ketiga, memiliki energi dan passionate (hasrat) bekerja yang tinggi. Kalau dia seorang Indonesia, tentunya ditambah lagi dengan sikap kenegarawanan, tidak sekedar mengutamakan kepentingan pribadi, partainya, atau golongannya. Selalu dalam kerangka pembangunan masyarakat Indonesia yang menyeluruh.
Tetapi kata Buffet, kalau anda ternyata tidak mendapatkan orang yang memiliki integritas baik, maka jangan anda silau untuk menerimanya. Karena dua aspek lain, kemampuan teknikal yang hebat dan energi atau passionate yang tinggi, suatu saat akan membuat anda sangat sulit, bahkan bisa membunuh (perusahaan/organisasi) anda!
Jadi, kalau kita ingin membangun bangsa, maka persoalan rekrutmen harus buisa dilakukan secara benar. Jangan cepat terpesona terhadap orang yang kelihatannya hebat, tetapi integritasnya meragukan. Pelajari track recordnya, jangan pernah terpesona oleh pendidikan, atau kekayaannya. Track record adalah bukti pencapaian yang telah disumbangkan sebagai sebuah prestasi. Hal ini perlu kita nilai secara benar. Keduanya, aspek teknikal dan bukti pencapaiannya sangat diperlukan untuk menjamin bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mewujudkan visi. Tanpa ilmu yang memadai, tanpa pengetahuan dan keterampilan yang cukup, maka integritas dan motif yang benar (sehat), tidak bisa bergerak untuk melakukan eksekusi. Kemampuan eksekusi memerlukan pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skills) yang selalu harus diasah. Jangan menunjuk pemimpin asal-asal yang akan membuat kita menjadi semakin sulit.

Penutup
Kredibilitas adalah sebuah pertaruhan masyarakat terhadap bangsanya. Apakah kita sungguh-sungguh ingin membangun bangsa sehingga menjadi kuat dan mampu berdiri secara sehat, atau sebenarnya kita sedang membangun kekuatan sendiri dan untuk kepentingan sendiri. Banyak godaan materiil yang harus ditaklukan.
Kuncinya, pertama, tergantung pada visi para pengambil keputusan. Apakah dia memahami bahwa dia sedang menjalani hidup, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi bagi kepentingan organisasinya, dan negaranya. Aspek krediblitas yang dipayungi oleh karakter yang kuat, tidak bisa dipisah-pisah. Sekali kita memilih untuk menempatkan integritas sebagai pilihan, maka semua sendi kehidupan harus berada pada garis integritas itu.
Tidak bisa, dengan alasan untuk memenangi sesuatu (dan kemudian melakukan hal yang baik dengan  kemenangan itu), tetapi jalannya ditempuh dengan cara-cara yang tidak jujur. Itulah suatu kredibilitas, upaya membangun reputasi melalui integritas, motif yang jelas tanpa hidden agenda, kompetensi teknikal yang memadai, serta track record yang cukup.

No comments: