Sunday, 28 August 2011

Sarjana Kopi Gayo

toto zurianto


Saya pernah tinggal di Tanah Gayo, ketika dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Tengah, sebuah daerah tingkat II yang berada di tengah-tengah propinsi Aceh (sekarang NAD). Iklimnya sejuk, bahkan dingin karena berada sekitar 600 sampai 1500 meter di atas permukaan laut.
Dengan hawa pegunungan dan curah hujan yang tinggi, wilayah ini banayk dipenuhi oleh tanaman pinus Merkusi, sejenis cemara dan pohon Kopi yang rindang hampir di seluruh wilayah Aceh Tengah.
Itu sekitar tahun 70-an. Kini Kabupaten Aceh Tengah pecah menjadi 3 kabupaten, yakni Kabupaten Aceh Tengah dengan ibukotanya Takengon, Kabupaten Bener Meriah di Simpang Tiga, dan Kabupaten Gayo Luwes di Blangkejeren.
Pohon pinus merkusi yang dahulu diusahakan oleh sebuah perkebunan negara, PNP I (Perusahaan Negara Perkebunan I yang berkantor pusat di Langsa, Aceh Timur), kini sudah hilang lenyap dengan bekas-bekas sejarah yang bisa kita saksikan di sana. Menyedihkan memang karena sebelumnya pohon pinus merkusi adalah salah satu produk ekspor andalan yang getahnya (disebut balsem) diolah di pabrik yang ada di Lampahan, 25 kilometer menjelang kota Takengon, menjadi Damar dan Minyak terpentine untuk kebutuhan nasional dan pasar ekspor.
Perkebunan Pinus yang dibuka dan dikembangkan pertama kali oleh perusahaan kolonial Belanda itu, sampai tahun 80-an mempunyai peran yang cukup penting bagi perkembangan masyarakat di daerah tersebut, terutama yang berdekatan dengan areal pengusahaan pohon pinus.
Menjelang akhir tahun 80-an, pemerintah mengalihkan konsesi pohon pinus yang ada ke sebuah perusahaan (swasta) untuk dijadikan sebagai bahan baku kertas yang pabriknya dibuat di wilayah Kabupaten Aceh Timur.
Lalu dimulailah era penebangan pohon pinus selama beberapa (puluhan) tahun yang membuat kondisi tanaman pinus menjadi porak poranda. Penebangan yang seharusnya diikuti oleh program penanaman kembali secara seimbang, ternyata tidak pernah dilakukan. Akibatnya kini, cukup sulit bagi kita untuk menemui wilayah perkebunan pinus yang cukup luas yang bisa menjaga keseimbangan tanaman yang ada di daerah itu.
Tetapi nasib pohon kopi (Gayo) sangatlah berbeda dengan nasib si pohon pinus. Kopi Gayo semakin hari semakin memperlihatkan keunggulannya. Kini, kopi jenis Arabika itu, dapat dikatakan sebagai salah satu primadona kopi yang ada di Indonesia. Tentunya keberhasilan itu, akhirnya telah melahirkan banyak Sarjana Tanah Gayo yang bertebaran di seluruh Indonesia.

Pemimpin Tanpa Integritas

toto zurianto


Gonjang ganjing kepemimpinan di berbagai lembaga dan partai politik akhir-akhir ini telah membuat kita menjadi semakin miris. Hampir putus asa, apakah bangsa kita sama sekali tidak memiliki cukup banyak pemimpin yang berkualitas sekaligus berintegritas?
Belumlah sampai kepada pemimpin yang humble atau rendah hati sebagaimana tipe kepemimpinan level kelima (level five leadership) yang dikemukakan Jim Collins dalam bukunya the Good to Great. Kita masih jauh untuk mencapai harapan seperti itu. Kita masih sekarat hampir putus asa untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas, atau memiliki kompetensi teknikal yang mumpuni (profesional pada bidangnya), dan sekaligus dengan intergitas yang tinggi, atau jujur dan dapat dipercaya atau kredibel.

Dua hal ini, kompetensi teknikal untuk menjalankan bidang tugasnya dan integritas yang tinggi, adalah karakter kuat yang selalu harus dipunyai oleh setiap pemimpin. Tidak saja pada suatu perusahaan atau lembaga, tetapi termasuk tentunya pemimpin nasional yang mengepalai Departemen atau Kementerian, para anggota DPR termasuk politisi partai politik, atau aparat penegak hukum seperti Polisi, Jaksa, dan Hakim.

Salah satu kelemahan utama yang membuat kita kelabakan untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas adalah akibat mekanisme rekutmen yang tidak pernah jelas, tidak terbuka dan cenderung bersifat nepotisme atau pertemanan. Kita selalu heran ketika semakin banyak pemimpin atau pejabat negara yang terlalu mudah terlibat korupsi. Perhatikan kasus Nazaruddin sang bendaharawan itu. Kita terheran-heran, meskipun semuanya perlu dibuktikan kebenarannya. Betapa anak muda yang benar-benar masih berusia muda itu, baru pada mid 30-an, sudah menjadi milyuner yang memiliki urang luar bisa banyaknya. Bagaimana ada seseorang yang belum terlalu lama menjalankan usaha tetapi terlalu mudah mendapatkan uang bermilyar-milyar?
Kenapa partai politik besar semacam Partai Demokrat yang dikenal masyarakat memiliki komitmen besar terhadap pemberantasan budaya KKN bisa mendudukkan Nazaruddin pada posisi yang sangat strategis?

Tidak melakukan rekrutmen secara baik
Salah satu penyebab mudahnya kita terkooptasi adalah karena kita meremehkan masalah rekrutmen dan persyaratannya. Memutuskan menerima seseorang sebagai anggota atau pengurus inti hanya karena dia memiliki harta, jelas suatu kekeliruan besar. Faktor integritas seharusnya menjadi pertimbangan utama. Tidak mudah untuk mendapatkan informasi luas mengenai aspek integritas ini. Kita hanya memerlukan sedikit waktu untuk melakukan penelitian dan cross check, maka semua informasi mengenai seseorang menjadi mudah untuk didapatkan.

Tetapi kalau kita tidak mempunyai niat atau keinginan, semuanya bisa menjadi berantakan. Kalau pemerintah atau pimpinan partai politik tidak pernah benar-benar ingin memberantas korupsi, maka apa yang menjadi nilai yang kita anggap penting, akan sangat mudah untuk dilanggar. Hal ini terlihat dari pelaksanaan seleksi anggota partai politik, pemimpinnya,  kepala daerah/pemerintahan, terutama pada saat pemilihan Gubernur, Bupati atau Walikota. Kita hanya terpaku pada unsur uang, apakah calon yang bersangkutan mampu menyediakan uang untuk “membantu” para pemilihnya (konstituen).
Istilah membantu ini mempunyai dimensi luas, mulai dari membantu menyediakan fasilitas jalan raya atau sekolah sebagai suatu kebutuhan penting di daerah, sampai kepada membantu memberikan dana (uang) untuk mengurangi “kemiskinan” penduduk.


Tidak mudah untuk menjaga integritas, tetapi ketika hal itu tidak kita indahkan, maka kasus-kasus ala Nazaruddin yang sekarang telah menjadi borok di Partai Demokrat, akan sangat sulit untuk diberantas. Tetapi bagaimanapun juga, era keterbukaan dan anti KKN adalah tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi. Kegagalan kita untuk menjaga dan mempertahankannya, akan membuat kita menjadi semakin merana dan tentunya akan mengganggu upaya pencapaian tujuan negara menjadi lebih maju, adil dan makmur. Jawabannya, kini kita tidak bisa lagi untuk berkompromi atas nama integritas. Tidak perlu mati-matian membela sahabat atau saudara sendiri yang kerjanya ternyata penuh ketidak jujuran dan mengambil keuntungan dari belakang tanpa diketahui orang lain. Sedih ketika harus menerima fakta bahwa orang yang kita cintai, apakah sahabat ataupun suadara sendiri, ternyata telah menipu kita dan banyak orang.

Steve Jobs now Jobless!

toto zurianto


Salah seorang paling inovatif di dunia khususnya di dunia komputer dan teknologi informasi, Steve Jobs, CEO Apple Inc kemaren resmi mengundurkan diri. Alasannya karena gangguan kesehatan. Sudah cukup lama publik berspekulasi  “kapan Steve akan mundur”. Sejak Januari lalu sebenarnya dia sudah tidak aktif di Apple. Kesehatannya terganggu terutama ketika dia terpaksa harus menjalani operasi transplantasi liver tahun 2009.
Steve yang lahir di San Fransisco tahun 1955 adalah pendiri Apple Communicator di sebuah garasi di rumahnya ketika dia baru berusia 21 tahun. Bersama rekannya Steve Wozniak, mereka melahirkan Komputer Macintosh yang segera populer karena memiliki disain dan performa yang hebat tetapi tetap user friendly.

Tahun lalu Steve dan Apple Inc menghasilkan produk inovatif paling populer saat ini, komputer tablet iPad. Jenis komputer ini telah memaksa semua produsen komputer dan telepon genggam untuk meniru dan memproduksi komputer tablet secara luar biasa. Termasuk yang paling greget adalah Galaxy Tab yang dibuat Samsung. Karena dianggap “meniru” kini kedua perusahaan itu sedang berseteru di Masayarakat Eropa.
Pada perjalanannya, pada tahun 1985, Steve sempat keluar dari Apple dan bergabung dengan NeXT Computer, perusahaan yang secara khusus membuat komputer untuk kalangan bisnis. Tetapi tahun 1996 dia kembali lagi ke Apple, sekaligus membeli NeXT senilai US$429 juta untuk berada di bawah Apple Inc.
Mundurnya Steve dari Apple sempat mempengaruhi turunnya harga saham perusahaan itu di bursa , cukup besar sekitar 5% menjadi US$356.32 per lembar (meskipun membaik kembali). Sementara saham produsen pesaing menunjukkan peningkatan yang lumayan, antara lain Samsung Electronic (3%) dan LG Electronic (4%) di bursa Seoul. Sementara Sony di psar Tokyo meningkatkan 2,06%, dan HTC di Taipe menguat 2,7%.

Meskipun Apple dianggap akan mudah recovery dan menjadi leading lembali, tetapi moment turunnya Steve jelas akan direspon oleh perusahaan pesaing untuk memacu produknya dan meningkatkan performance melewati apa yang telah dicapai Apple pada era Steve Jobs. Ini tantangan besar bagi Tim Cook, CEO baru Apple Inc yang sebelumnya menjabat sebagai COO (Chief Operating Officer) dan tim manajemennya. Tim Cook harus mampu mengatasi persoalan jangka pendek karena mundurnya Steve Jobs sekaligus memikirkan strategi jangka panjang agar Apple tetap inovatif dan kuat. Bersama Steve, Apple berhasil menjadi the most admired American company. Bagaimana kemudian? 

Friday, 19 August 2011

Merdeka Bang!

toto zurianto


Suasana Tujuhbelasan tahun ini tidaklah meriah. Kalah pamor dibandingkan dengan Nazar Gate (masalah Nazaruddin) yang menyita perhatian. Sampai-sampai kedatangannya dari Bogota dengan menumpang pesawat charter seharga Rp 4 milyar telah menarik perhatian para kuli tinta dan media TV begitu hebat. Semuanya ditayangkan secara live, serba cepat. Padahal tidak jelas, berita dan gambar yang disajikan televisi kepada pemirsanya.

Televisi berlomba untuk menyajikan berita spektakuler kepada penonton, tetapi sebenarnya tidak ada nilai berita sama sekali. Hanya sekedar, “Nazaruddin sudah mendarat dan sampai di Jakarta”. Lalu sebentar kemudian diperlihatkan adanya rombongan mobil menuju Markas Komando Brimob Kelapa Dua Depok untuk diperiksa (kesehatannya). Kemudian setelah diyakini sehat, Nazar dibawa ke kantor KPK, dan malamnya dikembalikan lagi ke Kelapa Dua untuk istirahat. Tidak ada berita layak yang didapat masyarakat melalui aktivitas luar biasa itu.
Tapi Nazaruddin memang hebat. Terlepas dari kesalahannya atau bagaimana dia telah melibatkan banyak orang atas berbagai ucapannya selama buron, juga tidak kurang dari para anggota DPR yang secara resmi (atau kekeluargaan) beserta rombongan besar merasa perlu untuk menjenguk Nazar di Rutan Kelapa Dua.
Jadi beritanya jelas memiliki gaung yang hebat, jauh mengalahkan berita hari keramat kita peringatan Proklamasi 17 Agustus yang ke 66.
Di samping kemeriahan berita Nazar, suasana Ramadhan yang lebih tenang, juga salah satu faktor yang membuat kegiatan tujuh belas tidak banyak terungkap.
Berhubung Ramadhan, banyak kegiatan dan kemeriahan hari proklamasi, sudah dilakukan sebelum puasa, atau beberapa kegiatan dianggap tidak perlu karena suasana Ramadhan.
Tetapi apakah berita dan memori Tujuhbelasan harus menjadi sepi? Ya Tujuhbelasan kini menjadi sepi. Kalaupun ada kemeriahan, itu hanya sebatas pertandingan olah raga dan kesenian (dangdut dan karaoke) yang memang berjalan meriah. Kita senang dan bangga dengan kemenangan Tujuhbelasan karena sudah memenangi medali atas beberapa kompetisi tertentu yang diikuti.
Tetapi, apa yang bisa kita ingat dari peristiwa proklamasi Tujuhbelas itu dalam konteks kemajuan dan reputasi bangsa kita?
Ekonomi memang terlihat mulai stabil. Pertumbuhan ekonomi mulai menggeliat. Banyak pembangunan di berbagai tempat. Tetapi sedihnya, masalah birokrasi dan korupsi, sepertinya masih terlalu jauh untuk dikatakan berhasil.
Korupsi masih merajalela ditengah buruknya birokrasi pemerintah. Kasus-kasus korupsi kini telah meliputi jumlah uang yang sangat besar nilainya. Itu ternyata bisa dilakukan oleh hanya beberapa orang. Lihat saja kasus Nazar. Kalaulah betul apa yang disampaikan KPK, luar biasa sekali Nazaruddin ini.
Bagaimana bobroknya birokrasi kita ketika seorang Nazar ternyata “diduga telah melakukan korupsi” ratusan milyar bahkan sampai ke angka trilun Rupiah. Dia melakukannya di banyak proyek, dalam jumlah yang besar di berbagai departemen/kementerian tentunya melalui puluhan atau ratusan perusahaan pengikut tender palsu. Pasti didukung oleh birokrat palsu sampai kepada para anggota DPR palsu.
Ini yang membuat kita miris ketika melewati detik-detik peringatan Tujuh belas Agustus tahun ini, juga tahun-tahun sebelumnya.
Kita sudah merdeka, sudah lama sekali. Tetapi, kita belum mempunyai karakter merdeka sebagai manusia dan bangsa terhormat yang kehadirannya bisa melahirkan respect dan penghargaan dari orang atau bangsa lain.
Kemerdekaan seharusnya melahirkan manusia yang tidak saja mampu mencapai tahapan kehidupan (ekonomi) yang lebih baik. Tetapi sekaligus dilakukan melalui cara yang terhormat, bermartabat. Buat apa maju kalau dipenuhi oleh para koruptor. Inilah tantangan penting kita menyambut hari kemerdekaan ke 66 ini, bagaimana menciptakan birokrasi (pemerintah) yang efisien, efektif dan profesional, sekaligus membasmi praktek korupsi (yang sangat dahsyat situasinya), kolusi dan nepotisme.
Selamat Ulang Tahun bangsa dan tanah airku. Mari kita memekik keras, MERDEKA!

150 Anak Polisi Jadi Taruna Akademi Kepolisian

toto zurianto


Saya tertarik sebuah berita di detik.com siang ini mengenai penerimaan calon Taruna Akademi Kepolisian tahun 2011. Dari 396 orang yang diterima, 150 diantaranya adalah anak-anak dari keluarga kepolisian.
 
Ini luar biasa, apalagi Kepolisian termasuk salah satu institusi yang paling berani mengumumkan dan menjalankan kebijakan anti KKN. Kalau kita kebetulan melewati Jalan Trunojoyo, di salah satu Gedungnya yang megah, kita bisa membaca tulisan besar yang meyebutkan ciri penghuninya yang berada  dalam kawasan "ANTI KKN".
 
Saya percaya, keberanian menuliskan rumah kita sebagai kawasan Anti KKN, bukanlah suatu keputusan mudah. Semuanya sudah dipertimbangkan konsekuensinya. Dan Polri agaknya perlu kita percaya, bahwa mereka benar-benar sedang menjalankan kebijakan anti KKN, termasuk tentunya dalam memutuskan untuk menerima calon Taruna Polisi yang 150 diantaranya adalah anak-anak polisi.
 
Hanya melalui cara-cara yang bersih, nantinya kita bisa menjamin suatu sistem dapat berjalan secara bersih. Ini adalah salah satu upaya untuk memberantas korupsi di negara kita. Polri termasuk sebagai salah satu pilar yang paling menentukan, apakah kita mampu memberantas korupsi atau tidak.
 
Semoga keyakinan Bapak Wakapolri Nanan Sukarna, adalah suatu pernyataan atau keputusan yang benar didasarkan pola penerimaan yang kredibel dan dengan integritas tinggi.
 
 
 
Senin, 15/08/2011 13:29 WIB 
150 Anak Polisi Jadi Calon Taruna Akpol 2011
E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Sedikitnya 396 orang lulus dalam tahap akhir pencalonan taruna/taruni Akademi Kepolisian (Akpol) 2011. Sebanyak 150 dari 396 orang yang dinyatakan lulus adalah anak dari anggota Polri.

"Saya tidak hafal berapa jumlahnya, tapi ada sekitar 150 sekian anaknya polisi mulai dari pangkat bintara, pama (perwira pertama), pamen (perwira menengah) sampai pati (perwira tinggi)," kata Wakapolri, Komjen Nanan Sukarna, usai memimpin Sidang Penetapan Kelulusan Tahap Akhir Taruna-Taruni Akademi Kepolisian (Akpol) 2011 di gedung Cendekia Akpol, Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/8/2011). Nanan menegaskan, 150-an anak anggota Polri yang lulus ini murni karena kemampuannya. Meski dari ratusan orangtua calon adalah anggota Polri, tidak menjamin kelulusan mereka. Ada dua anak perwira tinggi Polri yang justru tidak lulus. "Dua anak pati Polri yang nggak lulus yaitu anak Kapolda Aceh (Irjen Iskandar Hasan) dan anaknya Kapolda Bangka Belitung (Brigjen M Rum Murkal). Itulah bukti kami konsekuen, kalau tidak memenuhi syarat, ya tidak memenuhi syarat. Kita ingin membuktikan ke masyarakat tidak anaknya perwira tinggi atau anak yang lain. Jadi walaupun anak polisi, harus memenuhi syarat," paparnya.

Di dalam Sidang Penetapan Kelulusan Tahap Akhir Taruna-Taruni Akademi Kepolisian (Akpol) 2011 ini ditetapkan 396 orang lulus. Padahal, quota untuk tahun ini adalah 400 orang.
"Artinya ada kekurangan 4 orang, tapi tidak mungkin dipaksakan dari yang tidak memenuhi syarat, sayang sekali. Tapi itulah sistem," kata dia.
Nanan mengatakan, dalam penetapan kelulusan sidang ini dilangsungkan secara terbuka. Ia sekalipun, tidak dapat mengintervensi hasil kelulusan.
"Sekalipun saya, tidak bisa mengintervensi dan menginterupsi sistem yang ada. Itu makanya diharapkan persiapkan dirinya lebih awal," ujar dia.

Nanan melanjutkan, 396 calon taruna dan taruni ini lulus karena kemampuan mereka sendiri, bukan karena sogokan. Bila ditemukan masih ada panitia pendaftaran calon taruna Akpol yang meminta uang, ia mengimbau masyarakat untuk melaporkannya. "Kalau ada yang menemukan, 'pak msh ada yang bayar, pak masih ada yang kolusi, laporkan, kita akan tampung dalam komplain," ujarnya.

Sementara itu, Nanan juga menegaskan tidak ada sistem 'titipan' dalam penerimaan calon taruna Akpol 2011 ini. Ia mengatakan, bila anaknya ingin dititipkan untuk menjadi polisi harus dibina dulu kemampuannya. "Kalau mau, titipkan ke saya. Kalau ingin nitip, maka nitiplah ke saya sejak 3 tahun, 2 tahun atau minimal 1 tahun sebelumnya agar kita siapkan dia manjadi polisi untuk kita latih dari segi ESQ atau pramukanya. Itulah talent scouting, bukan kolusi," tukasnya. Sementara itu, jumlah polwan di Polri sangat sedikit, padahal quotanya 30 persen. Untuk mengakomodir kekurangan tersebut, Polri membuka pendaftaran calon taruna/taruni Akpol setiap tahunnya berencana menambah kuotanya.

"Tahun depan kita buka lagi catar dan catir, kita siapkan untuk diajukan ke pimpinan, kepada pemerintah, kita tambah kuota," ujarnya. Ia menambahkan, minat calon siswa Akpol setiap tahunnya rata-rata mencapai 17 ribu orang dari seluruh perwakilan Polda. Ia berharap, tahun depan pendaftar terus meningkat. "Kita harapkan meningkat tapi dr kualitasnya. Jangan yang nggak masuk ITB baru masuk Akpol, itu terpaksa namanya. Peminatnya harus banyak tapi yang berkualitas," tutupnya.