Friday, 23 August 2019

OJK Bukan Powerful

toto zurianto

 Tulisan ini menyangkut sebuah lembaga negara kita, Otoritas Jasa Keuangan. Masih banyak orang yang berpikir, OJK terlalu mempunyai “kekuasaan luar biasa”, terlalu powerful. Menguasai seluruh lembaga keuangan yang mempunyai aset ribuan Triliun Rupiah. Lalu OJK juga dinilai “sering tidak independen”, karena biaya operasional sehari-hari ditopang oleh iuran lembaga jasa keuangan yang diawasi OJK. Di samping itu, OJK juga kadang-kadang disebut “boros” padahal hidupnya dibiayai oleh industri, bukan dari sumber negara.

Sering orang yang berpikir seperti ini termasuk orang yang dinilai masyarakat sebagai orang yang “punya reputasi” dan pemahaman luas mengenai sektor jasa keuangan dan OJK sendiri. Sering juga kritik atas “peran dan kekuasaan” OJK berawal dari orang-orang yang cukup dekat dengan OJK. Apakah karena pernah menjadi pengurus atau Direksi di lembaga jasa keuangan, atau karena mempunyai pemahaman atau pandangan yang berbeda dengan OJK.
Apapun alasan dari pandangan tersebut, OJK perlu selalu memberikan respon dan penjelasan. Banyak orang yang belum memahami tugas-tugas OJK. Karena itu proses edukasi sektor keuangan, tidak semata memberikan penjelasan mengenai industri jasa keuangan secara luas, tetapi termasuk juga tentang OJK sendiri. Tentang bagaimana OJK melakukan tugas sebagai regulator, melakukan kegiatan pengawasan dan menjelaskan tentang masalah-masalah industri jasa keuangan Indonesia yang dalam perjalanannya, pasti mengalami perkembangan dan gangguan secara terus menerus.

OJK Bukan Harus Powerful
Bahwa OJK mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengawasi seluruh industry jasa keuangan Indonesia adalah sesuai Undang-undang. Ini juga sebuah pilihan dari banyak alternatif.  Apalah itu sebagai pilihan paling benar? Tidak mudah untuk menjawabnya. Sama dengan pilihan-pilihan kita yang lain. Bahwa kita memilih cara pengawasan jasa keuangan seperti sekarang, adalah sebuah kesepakatan negara. Memang akhirnya kekuasaan OJK itu relative lebih luas, terutama kalau kita bandingkan dengan hal-hal yang sebelumnya kita lakukan. Tetapi keluasan jangkauan pengawasan OJK, tentunya tidak membuat OJK menjadi sebuah lembaga yang berkuasa absolut tanpa batasan. Semua tindak tanduk OJK, selalu harus didukung oleh Undang-undang atau Peraturan Negara, juga peraturan OJK yang tidak boleh bertentangan dengan aturan negara.
Dalam pelaksanaan tugas, OJK juga menjadi objek pengawasan lembaga negara yang lain. Secara operasional, OJK diawasi oleh BPK setelah sebelumnya secara internal diawasi oleh Departemen Auditnya sendiri. Lalu secara politis dan kelembagaan, OJK selalu harus menyampaikan Rencana Kerja dan Anggarannya untuk mendapat persetujuan DPR.
Paling penting, bahwa hasil pengawasan OJK, termasuk tentang Kinerja lembaga keuangan yang ada dan proses Fit and Proper Test pengurus lembaga jasa keuangan, selalu terbuka untuk dipertanyakan dan dipermasalahkan. Jadi OJK bukan powerful. OJK hanya mempunyai wewenang menjalankan tugasnya dengan banyak aturan dan rambu-rambu.
               
Independen meski dengan uang pungutan
Penting untuk diperhatikan, bahwa independensi di dalam pengambilan keputusan adalah bagian penting yang harus dijaga. Apalagi pada dunia ekonomi dan keuangan. Jangan sampai sebuah lembaga negara yang menjadi regulator bersikap tidak independen dan bisa diatur. Soal pembayaran pungutan dari industri yang menjadi sumber penerimaan keuangan OJK, berbeda dengan tuntutan untuk bersikap independen. Pungutan sama seperti Pajak. Setiap pembayar Pajak, bukan berarti diberikan “keistimewaan”. Tetap saja sebuah aturan, berlaku sama bagi siapapun. Tidak peduli sebesar apa kontribusinya melalui pembayaran pajak. Sebuah lembaga keuangan, juga dituntut untuk berkontribusi sesuai besaran yang sudah ditetapkan sebagaimana Undang-undang atau aturan lain yang mengatur.
Demikian juga dengan besar kontribusi dari pungutan tersebut. Lembaga Jasa Keuangan perlu menyelesaikan kewajiban dengan membayar sejumlah tertentu kepada OJK. Besarannya sudah ditetapkan dalam Undang-undang. Jelas itu bukan dibuat secara asal. Pasti telah diperbandingkan dengan pungutan-pungutan lain. Termasuk dengan kemampuan lembaga jasa keuangan yang ada, baik commercial bank yang besar, bank sedang, sampai kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah. Tentu saja, seperti pengutan lain, pasti ada yang merasa keberatan.
Apalagi, selalu ada seseorang atau sebuah lembaga keuangan yang sedang dalam kondisi yang kurang baik. Tetapi tetap saja, soal pengutan selalu dinilai dari sisi baik dan sisi yang lebih berat.

Wednesday, 21 August 2019

Go-Jek; Perlu mengkritisi diri sendiri

toto zurianto

Fenomena Gojek, sebelumnya Go-Jek, memang sangat luar biasa. Bukan saja sebagai sebuah perusahaan, atau tempat bergabung banyak orang dalam menjalani usaha bersama. Paling penting, dengan berbagai pertimbangan, Gojek mampu memenangkan simpati banyak orang. Terutama masyarakat pengguna dan masyarakat yang ikut di dalam usaha GoJek.  Tentu saja tidak semua. Khusus untuk GoJek jasa transportasi on-line, atau ojek daring, atau ojek on-Line, banyak sekali masyarakat yang mendapatkan keuntungan. Dibandingkan menggunakan jasa transportasi Bis Kota atau Taksi, masyarakat pengguna, atau pelanggan merasa sangat berterima kasih atas kehadiran Gojek (ojek on line). Pelanggan sangat terbantu atas tawaran penjemputan dari pintu rumah, dan pengantaran sampai tempat yang dituju. Tidak perlu berjalan ke Terminal, atau ke Halte Bis, semua berbasis aplikasi mobile phone. Apalagi soal harga tanpa perlu ditawar, sudah fixed. Belum lagi adanya tawaran iming-iming tarif promosi.
Melalui kerja keras pemiliknya dan para anak muda pendukung usaha berbasis aplikasi ini, Gojek tercatat sebagai salah satu unicorn Indonesia dengan valuasi di atas US$1 milyar. Saat ini nilainya diperkirakan sudah mencapai US$1,3 milyar atau sekitar Rp17 Triliun. Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia menyebutkan besarnya kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia yang mencapai Rp8,2 triliun per tahun melalui penghasilan mitra pengemudi.
Gojek tidak pernah puas. Kini mereka merambat ke luar negeri. Mereka sudah hadir di Vietnam, Thailand, Singapore dan Filipina. Terutama dalam bentuk jasa transportasi motor secara daring.

Perlu Evaluasi sendiri
Gojek dan angkutan berbasis apliakasi yang lain, termasuk Grab, pernah menghadapi penolakan luar biasa di Indonesia, terutama di Jakarta. Bukan saja dari pengemudi ojek pangkalan, juga dari pengemudi taxi biasa.  Sistem ojek yang dinilai "tidak masuk akal" dan membebankan tarif angkutan yang terlalu murah, dinilai memunculkan persaingan yang tidak fair.  Apalagi pemerintah, dengan berbagai pertimbangan, dinilai memberikan back-up kuat atas kehadiran gojek. Gojek dinilai memberikan solusi transportasi perkotaan dan memberikan "lapangan kerja" bagi pengangguran. Kementerian Perhubungan pun pernah membekukan izin (beroperasi) ojek daring. Tetapi hanya dalam beberapa jam, penghentian operasi ini akhirnya dicabut.
Lalu, berita hari ini, ketika Gojek yang akan memperluas jangkauannya ke Malaysia, mendapatkan penolakan keras dari perusahaan taksi Malaysia Big Blue Taxi. Meskipun pemerintah Malaysia terlihat sangat mendukung kehadiran Gojek untuk mengatasi masalah pertaksian di Malaysia yang dinilai tidak profesional, mendapat penolakan. Banyak hal yang menjadi pertimbangan penolakan itu, antara lain; soal kultur, agama, dan penggunaan transportasi sepeda motor yang penuh risiko dan secara ekonomi terlihat set-back ke belakang. Pemerintah Malaysia dihimbau tidak memaksa anak muda mendapatkan pekerjaan untuk menjadi pengemudi sepeda motor daring.
Dengan alasan yang berbeda, karena masih banyak penolakan masyarakat atas kehadiran sistem transportasi roda dua (sepeda motor), Gojek perlu melakukan evaluasi terhadap model business utamanya sebagai penyedia jasa transportasi sepeda motor on line. Saat ini kita bisa melihat, puluhan atau ratusan pengemudi Gojek yang sangat tidak patuh terhadap aturan mengemudi dan sikapnya cenderung tidak tertib lalu lintas dan tidak penghargai para pengguna jalan raya yang lain. Pengemudi Gojek juga terlalu pongah untuk menguasa jalan raya dan tidak peduli kepada pengguna jalan yang lain. Puluhan dan Ratusan motor ojek on-line, setiap saat selalu memarkirkan kenderaannya di depan stasion, mal, kantor, sekolah, pasar secara semberono bukan di parkiran yang sudah disediakan.

Sepeda Motor bukan Jawaban
Pengembangan dan penggunaan Sepeda Motor sebagai sarana transportasi, tidak pernah menjadi hal yang secara resmi bisa dibenarkan. Tetapi faktanya, pemerintah, secara de facto, terlihat seperti mendukung pemanfaatan transportasi ojek untuk mengatasi kebutuhan alat angkut di masyarakat. Setidaknya membiarkan ojek menjadi pilihan utama. Bahkan membiarkan perusahaan, terutama Gojek dan Grab meneruskan operasionalnya tanpa melakukan pembinaan dan pelarangan. Paling hebat, sarana transportasi Ojek on Line juga terus dibiarkan melakukan pelanggaran terhadap peraturan kenderaan jalan raya. Terutama pelanggaran terhadap marka jalan, keharusan parkir pada tempat yang disediakan, dan penguasaan bagian dari jalan umum (jalan raya) untuk parkir (menunggu langganan) tanpa ada upaya pencegahan dan pembinaan. Lihat saja di simpang-simpang jalan dengan fasilitas Lampu Lalu Lintas (Lampu Merah), puluhan sepeda motor, terutama Gojek dan Grab dengan seenaknya berhenti sewenang-wenang di tengah jalan. Tentu saja ini bukan monopoli Gojek dan Grab. Tetapi termasuk juga kenderaan Sepeda Motor yang lain. Memang ada pemasukan uang bagi pemilik/pengemudi Gojek, tetapi hal yang kita inginkan, lebih dari sekedar bisa bekerja. Kita semua, perlu menjaga ketertiban berlalu lintas. Bukan melarang keberadaan usaha ojek yang menggunakan sepeda motor roda dua. Kita semua tidak menginginkan pembiaran pelanggaran-pelanggaran yang tidak diinginkan. Jadi para pemilik dan eksekutif Gojek, termasuk Grab dan sistem angkutan alternatif berbasis panggilan on-line, perlu menjaga semua pihak untuk tertib.

Harapan
Terakhir, harapan besar kita adalah bagaimana unicorn besar, terutama Gojek, bisa berbisnis dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat bangsa. Tetapi sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat. Pengembangan model transportasi roda 2 bukan mode transportasi yang tepat, tidak ideal, juga mempunyai risiko yang tidak kecil. Apalagi memberikan pengaruh negatif bagi kita untuk menjaga ketertiban lalu lintas. Untuk kota seperti Jakarta, saya meyakini bagaimana Gojek sudah turut serta menciptakan lalu lintas yang semakin ruwet, macet, tidak tertib. Dalam hal menciptakan lapangan kerja, tentu itu sebuah cita-cita dan peran yang baik. Tetapi tentu saja, bukan sebagai pengemudi Sepeda Motor roda 2 yang rentan terhadap kecelakaan dan mengganggu tata tertib lalu lintas.





Friday, 16 August 2019

Kehangatan Tempo Doeloe di Manado

toto zurianto

Sudah beberapa kali mengunjungi Kota Manado di tanah Minahasa Sulawesi Utara. Di samping menyelesaikan pekerjaan kantor, tentu saja selalu menyempatkan diri untuk mengeksplor sudut-sudut kota yang manarik dan cukup khas. Beberapa tahun yang lalu, ketika pergi ke Manado, aku berkesempatan melihat keindahan biota laut dekat Pulau Manado Tua, khususnya di kawasan Bunaken yang indah. Aku juga pernah mengunjungi Danau Poso, Tomohon dan sekitaran Kota Manado.
Tahun lalu (2018) ketika mengunjungi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi, aku masih sempat ke kawasan Tomohon dan melihat pengrajin Rumah Kayu Tomohon. Sebuah industri rumah rakyat yang hasilnya banyak dikirim ke daerah lain di seluruh Indonesia. Rumah Tomohon sangat terkenal dengan ciri khas bangunan yang tinggi menggunakan tangga dengan bahan kayu yang kuat. Setelah mampirlah ke Danau Linow menikmati pemandangan indah danau yang mengeluarkan hawa dan aroma Belerang. Jangan lupa menikmati Pisang Goreng Goroho + Sambal Roa dan Secangkir Kopi Panas.

Ada Restaurant di Danau Linow, keren!

Danau Linow, Indah tetapi mengeluarkan Aroma Belerang yang kuat.

Tempat photo dan Selfi di Tepi Danau Linow sambil menikmati Pisang Goreng  Goroho dan Kopi Panas!  

NGUPI DI KEDAI KOPI TIKALA YANG LEGEND!
Pada kunjunganku yang terakhir, awal Agustus 2019 ini, sejak dari Jakarta aku sudah mengagendakan untuk mengunjungi Kedai Kopi Tikala. Ini bukan cafe modern seperti Starbuck, Anomali atau Kopi Caribou. Kopi Tikala usaha turun temurun yang sudah buka sejak tahun 1938, sebelum Indonesia merdeka. Sekarang sudah generasi kedua dan ketiga. Tempatnya tentu saja, sangat sederhana, apa adanya, gelap dan tidak sejuk seperti cafe modern. Tidak ada Coffee Machine, Grinder atau Barista. Disini, Kopi disiapkan di dalam Teko dengan Saringan, satu Teko untuk Kopi dan satu Teko untuk Teh. Lalu ada 2 Ceret lebih besar untuk tempat Air Panas/Mendidih, mungkin semacam water tank pada Coffee Machine modern pembuat espresso. Tidak perlu listrik, Ceret/Teko pembuat Kopi dan Teh dipanaskan menggunakan Arang Bakar dari Batok kelapa. Kompor Arang Bakar atau Tungku Api ini juga berfungsi untuk membakar Roti. Semuanya disiapkan oleh pembuat Kopi, Teh, sekaligus pelayan, juga yang membersihkan Piring/Gelas. Jadi sebagai Barista all in.





Saya bukan Barista! Tetapi Kopi ini Pasti Lezat.

Roti Bakar Pakai Mentega dan Gula, Lezat kali!

Ini Kopi Sulawesi Utara dari kawasan Tomohon yang disiapkan, disiapkan secara khusus. Pasti Enak.

Tidak perlu mesin espresso seharga puluhan/ratusan juga, cukup Ceret/Teko Sederhana dan Arang Bakar.

Kue-Kue Tradisionil yang Lezat





Thursday, 15 August 2019

Kereta Bandara; Kenapa Tetap Sepi

Ticketing Kereta Bandara di Kualanamu; Megah tapi sepi pengunjung



toto zurianto

Setelah beberapa waktu, saya kembali menggunakan Kereta api Bandara Railink dari Bandara Kualanamu, Deli Serdang menuju Stasion Kereta Api Medan di kawasan Lapangan Merdeka. Jarak sejauh 27 kilometer ditempuh sekitar 47 menit tanpa hambatan. Cukup cepat dan nyaman, bahkan untuk Route sebaliknya, dari Stasion Kereta Api Medan di lapangan Merdeka menuju Bandara Kualanamu bisa ditempuh hanya selama 31 menit. Biayanya berapa? Cuma Rp100.000 per orang. Dibandingkan dengan Taxi tentu saja ini jauh lebih murah, terutama kalau kita pergi hanya sendiri. Apalagi kondisi jalan di kota Medan terkenal sangat macet. Memang ada jalan Toll, tetapi terbatas. Jadi penggunaan Kereta Bandara adalah salah satu alternatif terbaik. Tentu saja, kita bisa juga memanfaatkan Bus Bandara, Bus Damri dan bus-bus lain yang menawarkan kenyamanan yang cukup baik dengan harga yang murah.
Tapi setelah sekitar 6 tahun, Kereta Bandara Kualanamu - Medan masih tetap bagus, bersih dan besar. Ini berita bagus. Berita kurang menggembirakan, masih terlalu sedikit penumpang pesawat yang memanfaatkan sistem transportasi bagus ini. Siang itu, pada pemberangkatan Pukul 10.10 dari Kualanamu ke Stasion Medan, tidak banyak penumpang yang menggunakan kereta bandara ini. Dari setiap gerbong, mungkin hanya terisi antara 10 sampai 20 penumpang. Ruang tunggu yang indah dan luas di Bandara, sunyi sepi. Mungkin karena itu, tidak banyak toko-toko atau restaurant yang beroperasi dari tempat ini.
Tentu saja, kita perlu melakukan evaluasi dan membuat usulan yang lebih baik mengenai perjalanan kereta api bandara. Kita juga mempunyai fasilitas yang sama di Jakarta. Ada fasilitas Kereta Bandara yang berangkat dari Stasion BNI City Sudirman/Dukuh Atas menuju Bandara. Situasinya masih sangat mirip. Sepi pengguna. Sementara beberapa daerah lain juga sudah mempunyai atau sedang membangun jaringan Sistem Kereta Api Bandara seperti yang ada di Kualanamu-Medan. Sudah 6 tahun yang di Medan, dan sudah 2 tahun yang di Jakarta. Tugas kita bukan sekedar membangun, tetapi bagaimana pengeluaran biaya yang besar ini bisa mengurangi kepadatan lalau lintas Jalan Tol menuju dan dari Bandara Kualanamu (Medan) dan Soekarno Hatta (Jakarta).

Pintu Masuk menuju Kereta Bandara, cukup Sepi.

Kereta Api Bandara Medan Kualanamu yang bersih, bagus
dan lega dengan  fasilitas penyiimpanan Barang yang bagus.

Nyaman, tempat duduk yang nyaman. Seharusnya menjadi pilihan penumpang
pesawat, terutama yang bepergian seorang diri.

Petugas Pengawas Perjalanan Kereta Api Bandara;
cuma menghitung jumlah penumpang.

Sunday, 4 August 2019

Pisang Goroho Ciampea Bogor

toto zurianto

Kalau anda pernah ke Manado, cobalah Pisang Goreng Goroho yang lezat. Rasanya tidak terlalu manis seperti pisang Raja atau Pisang Tanduk. Agak mirip dengan Pisang Kepok yang belum terlalu matang. Orang Minahasa, Manado biasanya memakan pisang goroho dengan dipotong tipis-tipis, digoreng tanpa tepung. Bentuknya seperti kripik, lalu dimakan dengan cocolan sambal. Bisa dimakan dengan sambal Roa, atau sambal Bawang Cabe Rawit, sama-sama enak.  Pokoknya sangat lezat. Ada juga yang digoreng dengan tepung dan dibelah dua tidak terlalu tipis. Kita bisa menikmati Pisang Goreng Goroho di banyak Restaurant, Warung Kopi, atau dzi Hotel-hotel di Kota Manado dan di Minahasa.
Tahun lalu aku berkunjung ke Danau Linow, sekitar 1 jam lewat sedikit dari kota Manado ke arah Kota Tomohon. Di area danau kecil ini ada Restaurantnya yang cukup baik. Bahkan sangat indah untuk menikmati danau dengan bau belerang yang kuat. Pengunjung memang tidak ada yang turun atau mandi ke danau yang "cukup berbahaya itu". Karena itu, duduk-duduk di Restaurant di tepi Danau Linow sambil kongkow-kongkow, sungguh nikmat. Udaranya sejuk, sesejuk hawa pegunungan. Apalagi di sore hari, sejak sekitar jam 3 sore, kita menikmati pemandangan danau sambil menikmati pisang goreng Goroho. Pisang khas yang banyak tumbuh di sekitar Sulawesi Utara ini, merupakan hasil persilangan antara jenis Pisang Musa Balbisiana dengan jenis Pisang Musa Acuminata. Rasanya yang tidak terlalu manis, dipercaya, bisa dikonsumsi bagi penderita Diabetes dan sakit Darah Tinggi. Juga bisa mengurangi kolesterol.






Ini Pisang Goroho, tipis seperti Keripik.

Pisang Goroho, cocolan Sambal Roa, secangkir Kopi Tomohon.



Menanam Pisang Goroho di Ciampea Bogor
Tahun lalu, terkesan dengan rasa dan manfaat Pisang Goroho, aku membawa bibit Pisang Gororo dari Manado. Ada 2 batang, ukuran sekitar 40 cm, dibungkus koran, kubawa ke Jakarta. Beberapa hari kemudian, salah satu bibit kubawa ke Bogor, yang satu lagi ditanam di Jakarta. Di Bogor, tepatnya di sekitar Kecamatan Ciampea, di Desa Tegal Waru, rupanya tanahnya cukup cocok untuk Pisang Goroho.


Bulan lalu Pisangnya mulai besar dan cukup subur dengan
warna Pisang yang Hijau dan lebih panjang.

Ketika Jantungnya mulai mengeluarkan sisir pisang terakhir.
Setelah cukup lama menunggu, minggu lalu aku mulai memanen hasil pertama penanaman Pisang Goroho edisi Villa Boncabe, Ciampea, Bogor. Ada 8 sisir pisang dengan kulit berwarna hijau. Puas rasanya, ternyata dengan cara yang biasa-biasa saja, Pisang Goroho yang selama ini tumbuh subur di Sulawesi Utara di Tanah Minahasa, bisa tumbuh subur di tanah Sunda. Tepatnya di Villa Boncabe, Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor.

Mari menikmati panen pertama Pisang Goroho di Ciampea Bogor.