Tuesday, 13 September 2022

SEPEDAAN DI BINTARO

toto zurianto

Hari ini Selasa, 13 September 2022, aku bersama seorang kawan Mas Hamid Ponco Wibowo, memutuskan untuk melakukan Gowes Pagi di kawasan Bintaro menuju kawasan Alam Sutra dekat Serpong. Pas jam 7.30 pagi kami berjumpa di Tikum Fresh Market Emerelda Bintaro.

Selanjutnya melewati banyak perumahan bagus di sekitar Bintaro, antara lain Graha Bintaro, Discovery dan Emerelda sendiri, kami mengayuh sepeda tidak terlalu kencang di udara yang cerah, agak panas pada kondisi lalulintas yang sedang, tidak terlalu padat tetapi tetap harus hati-hati. Kira-kirta sekitar 1 jam menggowes, sampailah kami di Alam Sutra yang lingkungannya sudah tertata sangat bagus, rapi dan cukup bersih. Setelah mutar-mutar sekitar 1/2 jam dan sempat istirahat sekitar 10 menit, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Tikum di Fresh market Bintaro, kali ini mencoba jalan alternatif lain. Sambil mampir di rumah seorang kawan di Discovery, Bang Difi Ahmad Johansyah, kawan yang pernah sama bekerja di Bank Indonesia sekarang sudah pensiun dan bermukim di Bintaro.












Setelah ngobrol sekitar 15 menit, kami pamit melanjutkan perjalanan kembali dan sampai di Tikum sekitar Pukul 10.30 waktu yang pas untuk ngopi dan kongko.
Inilah nikmatnya bersepeda bagi kami, setelah menggenjot sekitar 3 jam, diakhiri dengan ngopi dan pisang goreng yang lezat, kali ini di Emerald Tree Resto dan Coffee Bar, tempat yang nyaman untuk istirahat sambil kongkow, kali ini kami berempat, bersama bang Ananda dan Bang Difi. Lumayan, bisa olah raga dan Silaturahim.


INDONESIA; BERBENAH ATAU DIAM SAJA?

toto zurianto

Selama sekitar sebulan ini, masyarakat Indonesia "terpaksa" harus mengkonsumsi berita tentang "Sambo" dan kepolisian yang membuat kita sampai kepada, apakah kita ingin berbenah atau diam saja? Berita awalnya, ada pengaduan seorang Jenderal Polisi (polisi berpangkat tinggi) kepada Kantor Polisi mengenai adanya "korban tewas" yang juga seorang polisi berpangkat Brigadir (termasuk polisi berpangkat rendah/tamtama), katanya ada tembak-tembakan sesama polisi di rumah dinas polisi.
Lalu singkat cerita, situasinya ternyata lebih parah dari itu, diduga terdapat rencana pembunuhan yang akhirnya membuat Kepolisian menetapkan beberapa anggota polisi menjadi "tersangka" termasuk Jenderal Polisi tersebut, juga istrinya.
Cerita ini meluas dan menyeret banyak orang, mulai dari Pejabat Polres Jakarta Selatan, Polda Metro, dan orang-orang yang ada di Barerskrim Polri. Masalahnya meluas yang membuat institusi kepolisian kini dianggap sebagai institusi yang membuat masyarakat menjadi tidak nyaman, takut menjadi korban.  

Cerita lain yang menarik perhatian masyarakat mengenai kesimpang-siuran pemerintah untuk menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Soal kenaikan harga BBM pasti menarik karena BBM termasuk sebagai kebutuhan pokok di masyarakat yang mempunyai dampak luas terhadap harga barang-barang lain yang menjadi kebutuhan masyarakat, tentu saja terutama kebutuhan pokok. Lalu, dalam perkembangannya, pemerintah mengatakan telah menyiapkan Anggaran untuk Subsidi BBM sebesar Rp502 Trilyun. Banyak pemerhati yang mencoba melihat rancang APBN tahun 2022, ternyata tidak tercantum, atau kebetulan jumlah yang tercantum di APBN hanya sebesar Rp14 Trilyun. Lalu akhirnya pemerintah memutuskan untuk tetap menaikkan harga BBM dalam negeri, BBM Pertalite yang selama ini berada pada harga Rp6.750 per liter, kini menjadi Rp10.000 seliter. BBM Pertamax juga naek dari Rp12.500 seliter menjadi Rp14.500 satu liter. Masyarakat marah kemudian melakukan protes yang memicu demonstrasi yang terjadi hampir setiap hari.










Monday, 30 May 2022

RAPI JALI DAN PANTAI BATU KARAS

toto zurianto

BUKU RAPI JALI
Saya termasuk penggemar cerita Dewi Lestari, sejak zaman Super Nova, tetapi saya mulai menyukai Dee Lestari setelah membaca Perahu Kertas, Filosopi Kopi dan Madre. Saya suka sekali ketika Dee menyampaikan cerita-cerita masa lalu, misalnya cerita tentang si pembuat roti Madre yang begitu indah disampaikan, tidak saja tentang cara membuat Roti zaman doeloe, juga tentang orang-orangnya yang terlihat lebih sederhana, dengan alur yang sederhana enak dinikmati. Cerita Madre misalnya membuat saya membayangi bagaimana sebuah pabrik Roti zaman doeloe, apakah Roti Lauw, atau Tan Ek Tjoan yang sangat terkenal di Jakarta. 

Kini setelah cukup lama tidak membaca Bukunya Dee Lestari, sejak tahun lalu, kita bisa mengikuti Buku Rapi Jali yang dibagi dalam 3 bagian, Rapi Jali 1, Mencari. Kemudian Rapi Jali 2, Menjadi, dan akhirnya Rapi Jali 3, Kembali. Meskipun Rapi Jali ini sudah lebih dahulu hadir dalam bentuk digital, tapi saya selalu menunggu edisi cetak yang menurut saya, lebih enak dinikmati karena bukunya semakin lama semakin jelek setelah dibuka berulang-ulang, dibawa kemana-mana, kadang-kadang basah atau terlipat, atau jatuh. Buku edisi cetak juga sering menjadi alat untuk berkenalan sesama penggemar buku, terutama ketika kita meletakannya di atas meja ketika kita berada di sebuah tempat umum seperti di kedai kopi.






















GOWES PARA PENSIUNAN; OLAH RAGA DAN SILATURAHIM

toto zurianto

Hari Sabtu-Minggu 19-20 Maret 2022 beberapa waktu yang lalu, kami kedatangan Kelompok Pesepeda Seroja para Pensiunan Bank Indonesia ke pedepokan kecil kami di Villa Boncabe di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor. Kelompok pesepeda Seroja ini memang luar biasa, pada usia mereka yang tidak muda lagi, rata-rata sudah sekitar 65 sampai 75 tahun, tetap penuh semangat dan mampu menaklukan perjalanan cukup berat sekitar 70-100 Kilometer dari berbagai pinggiran Jakarta menuju Bogor yang berada di kaki Gunung Salak.

Padahal biasanya, para Akik-akik ini, lebih banyak yang duduk manis di rumah sambil mengemong cucu sebagai sebuah tugas negara, mereka justru lebih suka melakukan olah raga yang relatif cukup berat untuk dilakukan pada usia mereka. Bersepeda, bukan hanya sebagai olah raga gaya hidup orang perkotaan, tetapi telah menjadi panggilan jiwa yang memberikan stimulasi dan energi untuk menjaga keseimbangan ketika mereka tidak lagi bekerja rutin di perkantoran. 

Ada sekitar 15 pesepeda Seroja bergerak sekitar Jam 06.00 pagi dari rumahnya masing-masing untuk berkumpul di beberapa Tikum (Titik Kumpul), antara lain dari kawasan Slipi, Pondok Indah, Bintaro, Pondok Aren, dan BSD menuju Tikum Gaplek di sekitar Pondok Cabe. Lalu untuk yang bermukim dari kawasan Jakarta Timur dan Bekasi, mereka berkumpul di Tikum Kali Malang, selanjutnya semuanya bergerak menuju Tikum di MacD Dramaga Bogor. Banyak para senior yang berpartisipasi, antara lain yang aku kenal dengan baik, seperti Pak Moerjono, Hatief Hadikoesoemo, Ayok Noor Cahyo, Amril Malintang, Ganjar Mestika, dan Haryono.  



Setelah gowes sekitar 4-5 jam, akhirnya sampailah mereka di Villa Boncabe Tegalwaru sekitar jam 11.00 saat mentari mulai panas, sebuah pencapaian yang luar biasa yang dilakukan pada usia di atas 60 tahun.

Villa Boncabe mulai kami kembangkan sejak akhir 2017 sebagai Padepokan Kecil dengan beberapa Villa, Taman, Tanaman, dan Peternakan pada lahan yang tidak terlalu besar. Kami, aku Toto Zurianto bersama Bang Ujang Hikmah Rinaldi, Bang Greatman Rajab, dan Mas Ari Ekoariantoro, secara perlahan menjadikan Villa Boncabe menjadi tempat yang nyaman untuk berkumpul, bergembira, dan beristirahat sambil menikmati alam pedesaan di Ciampea Ilir, terutama pada akhir pekan atau pada hari libur.
Sungguh indah pertemuan sesama alumni Bank Indonesia yang diisi dengan ngobrol ngalor ngidul di Rumah Joglo yang terbuka dengan semilir angin ditemani Teh dan Kopi, Bakwan dan Kelapa Muda dari Kebon sendiri



Gowes membuat Badan Segar dan Hati Sehat
Sering muncul pertanyaan, kenapa Bapak-bapak para senior yang sudah lama pensiun, suka mendalami hobby bersepeda. Sepanjang yang kuketahui, ketika masih aktif bekerja, hanya sedikit dari Bapak-bapak anggota Seroja, yang sering gowes. Ketika itu yang kuketahui hanya beberapa orang, seperti Pak Hatief Hadikoesoemo, Pak Wahjoedi dan Pak Haryono yang sering gowes, bahkan melakukan aktivitas gowes ke kantor B2W Bike to Work. Sedangkan Bapak-bapak yang lain biasa hanya sebagai pengembira yang naek sepeda hanya pada acara-acara tertentu. Lalu sekarang, ketika mereka sudah pensiun, banyak yang memilih hobby gowes, bahkan bukan lagi sekedar gowes atau B2W dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Kini, bapak-bapak yang tergabung dalam komunitas sepeda Seroja, mampu gowes untuk jarak tempuh yang cukup jauh, bisa sekitar 70 sampai 100 Kilometer. Mereka menyebutnya sebagai sebuah journey, perjalanan melewati perkampungan, sawah dan ladang, sungai dan hutan. Jadi tidak lagi hanya melewati jalan aspal yang mulus.

Inilah seni dan keindahan bersepeda yang dilakukan Bapak-bapak di Seroja Cycling Club pada pensiunan Bank Indonesia. Perjalanan melewati gunung lereng dan perkampungan, menjadi sebuah keindahan, kadang-kadang ahrus bermalam menginap di pelataran Mesjid-mesjid sederhana yang mereka sebut sebagai Hotel Syariah dengan berbekal tenda dan sarung serta "obat nyamuk bakar". Lalu pada kesempatan itu, tidak jarang mereka memberikan sumbangan ke masyarakat atau memberikan Tausyiah kepada masyarakat desa yang hidupnya sangat sederhana. Lalu, apa yang didapat dari aktivitas pergowesan tersebut? Salah satunya, kebersamaan sesama pensiunan serta badan dan jiwa yang sehat seperti ungkapan Mens sana in corpore sano yang berarti dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat dan kuat. Karena jasmani kita sehat, maka jiwa kitapun bisa sehat, maka pikirnpun akan menjadi sehat. Mungkin ini yang menjadi pandangan Bapak-bapak Seroja yang selalu ramai, penuh canda dan bergembira. Salah satu cara terbaik yang dipilih dalam menjalani masa pensiun, agar selalu lebih semangat, tidak loyo, atau sering merasa susah menjadi laskar yang tidak berguna lagi.



Kami memilih berkebun bersama
Sama seperti Bapak-bapak Pensiunan yang tergabung dalam kelompok pesepeda Seroja, kami di Villa Boncabe, sejak 2017, berpikir untuk menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan selain bekerja rutin di kantor, sekaligus sebagai persiapan ketika masa pensiun menjelang.

Tidak terlalu lama mencari, akhirnya kami mendapatkan sebidang tanah di desa Tegalwaru, Ciampea Ilir, sekitar 6 Kilometer dari Kampus IPB Dramaga. Mula-mula, lokasi ini terasa agak jauh. Dulu, ketika kita keluar dari Pintu Tol Sentul Selatan, melalui Bogor Outer Ring Road (BORR), keluar di Kedung Halang, menyusuri Jalan Baru menuju Parung yang padat dengan kondisi jalan yang rusak parah. Syukurlah dalam waktu yang tidak terlalu lama, BORR tersambung hingga Simpang Yasmin, kemudian dari Simpang Yasmin menuju desa Tegalwaru, jarak sekitar 15 Kilometer, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 45-60 menit. Jadi dalam kondisi lalulintas normal, dari rumah kami di Cinere, untuk jarak sekitar 65 Kilometer, perjalanan menuju Villa Boncabe melalui Tol JORR, Tol Jagorawi dan Tol Bogor Outer Ringroad, bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam 45 menit. Tapi kalau kita tidak melalui jalan Tol, perjalanan menuju Villa Boncabe bisa dilakukan melalui Jalan Pondok Cabe, Jalan Raya Sawangan, lewat Pasar Parung menuju Simpang Yasmin sepanjang sekitar 45 Kilometer, pagi hari sebelum Jam 11.00 bisa kita tempuh dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit. Cukup cepat dan masih lancar. 



Langkah pertama di tahun 2017, membuat pagar keliling

Setelah mendapatkan lahan di desa Tegalwaru seluas sekitar 5.800 meter persegi, akhirnya kami sepakat membeli lahan yang lokasinya agak masuk ke perkampungan, cukup jauh dari jalan Raya Ciampea menuju Leuwiliang - Jasinga, sekitar 4 Kilometer di jalan pedesaan. Syukurnya meskipun jalannya cukup sempit yang menyulitkan kenderaan untuk berselisih, tetapi sudah pernah diaspal. Bahkan, ketika kami memutuskan untuk membeli tanah tersebut, ada bagian jalan yang sudah rusak parah, mendapatkan perbaikan dalam bentuk jalan beton sampai Desa Tegalwaru melalui proyek betonisasi jalan perkampungan.
Lahan seluas 5.800 meter tersebut langsung dipagar keliling, dibagi menjadi 4 kavling dengan membuat jalan di bagian tengah, masing-masing kami mendapatkan bagian seluas sekitar 1.250-1.350 meter persegi, lumayan bisa dibuat kebon, kolam, atau pondok kecil untuk tempat beristirahat.

 
Jalan besar ditengah-tengah, sekaligus sebagai batas lahan.

Sebelum seperti sekarang

Sedang menyiapkan rencana awal, apakah tanaman, Villa,
dan berbagai sarana lain, selalu dibahas bersama.

Berkembang menjadi seperti sekarang

Kini setelah sekitar 4 tahun, Villa Boncabe yang dulu hanya tanah kebon kosong, sedikit demi sedikit kami kembangkan. Mula-mula dibangun sebuah rumah limas kayu seperti yang banyak didirikan di Sumatera Selatan. Terilham ketika mengunjungi Kota Palembang, di Bandara ada rumah contoh yang cukup bagus yang bisa dipesan, dibawa ke Bogor dan dipasang dalam waktu yang cepat, rumah Knock-Down. Sekarang, Villa Boncabe sudah cukup lengkap, fasilitasnya sudah semakin lengkap dan memadai. Ke depan, akan semakin bagus lagi.

Rumah Limas Palembang, pertama kali dibangun di Villa Boncabe Rumah
sistem knock-down yang disiapkan di Palembang dibawa ke Boncabe dengan
truck, kemudian dibangun ditempat selama 2 minggu saja.



Kebon Sayur modern melalui sistem Hidroponik


Kini 






Suasana hijau sejuk dan mulai rapi di Villa Boncabe, Ciampea.





Gazebo tempat santai sambil memandang lembah dan sungai































MENGHARAPKAN OJK YANG LEBIH BAIK KE DEPAN

toto zurianto

Minggu lalu, DPR RI, melalui Komisi XI telah merampungkan tugasnya melakukan Test Fit and Proper kepada calon Anggota Dewan Komisioner OJK periode III tahun 2022-2027. Hasilnya seperti banyak yang telah diduga, ada 7 anggota baru yang akan melaksanakan tugasnya pada 5 tahun ke depan, yaitu, Mahendra Siregar sebagai Ketua merangkap anggota Dewan Komisioner, kemudian Mirza Adityaswara sebagai Wakil Ketua merangkap sebagai Ketua Komite Etik OJK, lalu berturut-turut sebagai Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan (KEPP), Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal, dan Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Bukan Bank (IKNB) masing-masing Dian Ediana RAE, Inarno Djajadi, dan Ogi Prastomiyono. Lalu Ketua Dewan Audit Sophia Issabella Wattimena, dan Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi.

Friday, 11 March 2022

VOCALIST JAWA

toto zurianto

Sebenarnya bukan karena membawakan Lagu Jawa, tetapi karena memakai Blankon dan Pakaian Ala Pangeran Jawa. Photo-photo ini ku-upload kembali, sebuah moment pada tahun 2018, ketika kami, seluruh kawan-kawan Deputi 4 atau dikenal sebagai Deputi Komisioner Perbankan IV DKB4 dan Kantor Regional I Jakarta Otoritas Jasa Keuangan yang sedang mengadakan Gathering Kebersamaan Tahunan di Jogjakarta pada tahun 2018. Acaranya diadakan bersamaan dengan melepas salah seorang kawan yang akan menjalani Pensiun, Almarhum Mas Sukamto (Alfathehah Mas Kamto).

Kegiatan gathering kebersamaan pegawai tentu saja bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan sesama pegawai, atasan dan bawahan sembari membangun semangat dan motivasi sehingga bisa bekerja secara lebih baik. Sekaligus sebagai sarana hiburan dari dan untuk pegawai. Waktu itu kami mengadakannya di Jogjakarta tentu saja dengan menggusung salah satunya pakaian Jawa yang indah.

Tetapi seingatku, meskipun kami sempat melakukan performance kebersamaan, hanya saja lagu yang kunyanyikan bukan Gending Jawa atau Lagu Keroncong, kalau tidak salah Lagunya God Bless, Rumah Kita yang sedikit berirama hard rock. 




Rumah Kita, Mengapa kita harus ke kota
yang penuh tanda tanya. Lebih baik disini.
Rumah Kita sendiri.



SELAMAT JALAN MAS SUKAMTO
Mas Kamto, atau Pak Dhe Kamto, atau dikenal juga dengan sebutan Juragan, atau Koyes, adalah salah seorang sahabat yang sudah cukup lama, mungkin sudah sekitar 25 tahun ku kenal. Aku sudha mengenal Mas Kamto ketika kami sama-sama sebagai Kepala Seksi di Bank Indonesia, aku di DSDM (Direktorat Sumber Daya Manusia) dan Mas Sukamto sebagai Pengawas/Pemeriksa Bank. Kami sama-sama, sejak 1 Januari 2013 termasuk pegawal awal yang pindah ke Otoritas Jasa Keuangan sampai sama-sama menjadi Kepala Departemen di Deputi Komisioner Pengawasan Bank IV (DKB-4), aku sebagai Koordinator Pengawasan Bank Wilayah Timur dan Mas Sukamto sebagai Koordinator Pengawasan Bank Wilayah Barat. Tetapi hampir setiap hari kami melakukan rapat/koordinasi bersama untuk menjaga agar perbankan di daerah-daerah bisa beroperasi secara baik, terutama Bank-bank Pembangunan Daerah milik Pemerintah Daerah dan Bank-bank Perkreditan Rakyat (BPR).Perjalanan kami ke Jogjakarta, disamping mengadakan Gathering Employee bersama, juga sekaligus melepas Mas Sukamto yang akan menjalani masa Pensiun ketika itu.

Beberapa tahun setelah menjalani masa pensiun, pada tahun 2020, mas Kamto dipanggil yang maha kuasa. Banyak kenangan dan cerita indah selama bergaul dengan Mas Kamto yang selalu ceria, tidak pernah berhenti untuk berbicara dan bercerita. Salah satu persahabatan indah selama bekerja di Bank Indonesia dan di Otoritas Jasa Keuangan. Semoga Almarhum Mas Kamto Husnul Khotimah.
 








MARHABAN YA RAMADHAN

toto zurianto

Beberapa hari lagi, sekitar 3 minggu lagi, kemungkinan besar pada hari Sabtu 2 April 2022, umat Islam akan mulai menjalani Puasa Ramadhan 1443 H. Ini kali yang ketiga, kita akan menjalani Ramadhan dalam suasana Pandemi Covid-19. Ya, sudah 2 kali Ramadhan, kita lebih banyak menjalani puasa di rumah saja, tidak ada Sholat Taraweh berjamaah, tidak ada acara Buka Bersama, bahkan sudah 2 kali kebanyakan orang menjalani Sholat I'ed di rumah bersama keluarga sendiri.
Apalagi pada suasana Ramadhan 2020 yang masih sangat mencekam ketika kita belum terbiasa menghadapi Pandemi yang membawa banyak korban meninggal dunia, obat-obat yang terbatas, fasilitas rumah sakit yang kurang memadai, dan bahkan ketika masker penutup mulut dan hidung masih sangat terbatas.

Sekarang situasi Pandemi relatif  sudah lebih terkendali, sudah banyak fasilitas pengobatan yang tersedia, dan sudah banyak masyarakat yang menjalani Vaksin sampai 3 kali. Secara total di Indonesia, jumlah penduduk yang pernah terserang Covid-19, atau yang mengalami status Positip Covid sebanyak 5.847.900 orang (10 Maret 2022). Kemudian, jumlah yang sembuh seluruhnya sebanyak 5.296.634 orang. Jadi jumlah yang meninggal sampai 10 Maret 2022 sebanyak 151.413 orang.

Mudah-mudahan status Pandemi Covid-19 bisa lebih ringan pada puasa 1443 H ini. Semua umat Islam sudah merindukan, bisa Sholat bersama berjamaah di Mesjid-mesjid. Bahkan beberapa hari yang lalu, pemerintah Arab Saudi sudah mengumumkan untuk kembali membuka Masjidil Haram dan seluruh mesjid-mesjid untuk bisa menyelenggarakan Ibadah tanpa perlu menerapkan Social distancing lagi, meskipun tetap diwajibkan memakai Masker selama berada di dalam Mesjid.

Kita di Indonesia, situasinya tentu bisa berbeda, apalagi kecukupan fasilitas kesehatan kita relatif lebih terbatas dibandingkan dengan yang dimiliki pemerintah Saudi Arabia.  Tetapi, mungkin saja pemerintah kita mulai membuka rumah ibadah, terutama Mesjid-mesjid selama Bulan Ramadhan 1443H ini. Hanya saja,  kita di Indonesia masih perlu menerapkan Protokol Kesehatan, seperti memakai Masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak tertentu yang lebih ringan.

Selamat datang Ramadhan, Selamat datang malam seribu bulan. Kita, Kami merindukan suasana Ramadhan seperti tahun-tahun yang lalu. Insya Allah puasa kita bisa berjalan lancar, lebih baik, dan kita mendapatkan Rahmat Ramadhan serta menjadi pribadi muslim yang lebih Taqwa. Amin YRA. 

Friday, 25 February 2022

SEKOLAH SMP DI PADANG TAHUN 1975

toto zurianto

SEKOLAH DI KOTA PADANG TAHUN 1975
Tulisan ini kenangan indah sewaktu aku bersekolah di Kelas IIID SMP Negeri 4 Padang selama 1 tahun pada tahun 1975. Sudah lebih dari 45 tahun yang lalu, sering memory indah ini terbayang kembali, semoga tulisan di FB ini menjadi bacaan menarik bagi kawan dan sahabat yang sempat mampir di lapak ini.


PADANG KOTA TERCINTA
Pada bulan Desember 1974, menjelang akhir tahun, aku melakukan perjalan panjang dari Lampahan, Kabupaten Aceh Tengah menuju Medan, dan kemudian lanjut ke Kota Padang. Tujuannya adalah keinginan untuk bersekolah di Kota Padang.

Beberapa bulan sebelumnya, Bapak dan Ibu, kami menyebutnya Papa dan Mama menyampaikan usulan apakah aku, juga abangku, Mas Jonny, bersedia melanjutkan sekolah di Padang. Memang saat itu, Kota Padang sudah dikenal memiliki sistem pendidikan yang relatif sangat bagus. Tujuan lain adalah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengenal Kampung Halaman secara lebih baik, sekaligus belajar untuk hidup lebih mandiri karena jauh dari rumah dan jauh dari orang tua.

Tentu saja, aku meyakini apa yang disampaikan Papa dan Mama, suatu usul yang sangat baik, meskipun pada saat itu, kami tidak mempunyai informasi yang banyak mengenai suasana kota Padang dan bagaimana nanti, bersekolah di sebuah tempat yang baru dan asing.

Singkat cerita, akhirnya, dengan diantar Mama, dengan menumpang Bus Antar Kota, Bus PT ACEH TENGAH, kami berangkat dari Lampahan (Aceh Tengah) menuju Medan, dan singgah beberapa hari di rumah kami di Medan. Kemudian kami berangkat menuju Padang naik Bus Firma ABS (Aek Batang Gadis Sejati) selama sekitar 24 jam, akhirnya kami sampai di Padang. Waktu itu kalau enggak salah, kami turun di Terminal Bis Lintas Andalas, lalu naik Bendi atau Dos (Kuda Andong) menuju Rumah keluarga kami di Jalan Ganting.
Setelah beberapa saat menikmati perjalanan naik Bendi, akhirnya sampailah kami di Rumah Gadang keluarga Mama yang berada di Jalan Ganting tidak jauh dari Mesjid Raya Ganting dan Lapangan Basket Kompleks Tentara (TNI) pas di pinggir Sungai Batang Arau.

Pada saat itu, awal Januari 1975, Rumah Gadang tersebut yang terdiri dari beberapa kamar didiami oleh beberapa keluarga keturunan Nenek kami, antara lain; keluarga mak Etek Tipah, bersama Pak Etek dan 3 anaknya, masing-masing Tek Net (Tante Net), Dasril dan Jon. Kemudian ada Om In (Asrien Nurdin) anak dari Mak One Teta. Om In waktu itu, masih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, kalau tidak salah Om In menamatkan pendidikannya sebagai Drs Ekonomi di tahun 1975 dan sempat merayakan perkawinannya di Rumah Gadang tersebut.

Selanjutnya ada lagi keluarga Tante Ida (Zuraidah) yang menempati sebuah kamar bersama suaminya Om Fadhil dan 2 anaknya, Wiwid (dulu Kelas 4 SD Yos Sudarso) dan Ison yang dulu belum sekolah.
Lalu, aku bersama Mas Jonny menempati sebuah kamar di depan yang sebelumnya kamar tersebut ditempati oleh Mak Gaek, nenek dari Mama yang waktu itu sudah berusia hampir 100 tahun, sehingga lebih disarankan untuk pindah dan tinggal bersama salah seorang anaknya, Mamak Ibu, adik Nenek kami Siti Zaenab yang rumahnya di Ganting Baruh masih di jalan Ganting di seberang Mesjid Raya Ganting. Sedang Nenek kami sendiri, Siti Zaenab, kadang-kadang di Jakarta, di tempat anaknya (Tante kami Zaijasni), biasanya sekitar 5-6 bulan, kemudian mampir ke Padang biasanya hanya sekitar 1 minggu, lalu ke Medan dan Aceh ke rumah kami selama sekitar 5-6 bulan. Begitulah selama bertahun-tahun perjalanan Nenek kami, apakah di Jakarta atau di Medan/Aceh, sambil tidak lupa mampir di kampungnya di Padang walau hanya sekitar 1-2 minggu saja.

Kehidupan di Padang sekitar tahun 70-an, masih seperti yang digambarkan pada novel-novel Pujangga baru, misalnya kalau malam hari, masih banyak penjual makanan yang mengitari rumah-rumah sambil membawa dagangannya yang dipanggul di atas kepalanya, sama seperti dalam cerita Siti Nurbaya. Meskipun di jalanan sudah cukup banyak kenderaan bermotor, tetapi kita masih sering mendengar bunyi sepatu kuda (Bendi/Dos) yang bergerak mengantarkan penumpangnya ke penjuru kota.

MANDI DI SUNGAI BATANG ARAU
Kami seperti umumnya masyarakat yang bermukim di sekitar Sungai Batang Arau, masih banyak yang memanfaatkan air sungai untuk mandi dan buang air (istilahnya Tacirik). Tentu saja mandi di sungai, mula-mula sangat sulit untuk dilakukan karena sudah sejak kecil kami terbiasa mandi dan buang air di Kamar Mandi. Akhirnya, aku berusaha untuk Mandi pagi sekali, mungkin sebelum jam 06.00 pagi saat hari masih gelap dan belum banyak orang yang mandi ke sungai.

Paling sulit tentu ketika harus Buang Air besar yang berbaur antara perasaan malu dengan keharusan untuk buang air karena rumah Gadang kami waktu itu, seperti rumah-rumah yang lain di pinggir sungai, belum mempunyai kamar Mandi. Tetapi lama-kelamaan, akhirnya mandi di sungai dan buang air menjadi kebiasaan, walaupun umumnya dilakukan pagi-pagi sekali, atau sore hari menjelang Maghrib. Tentu saja, kami akan kesulitan apabila hujan lebat dan banjir datang, yang membuat permukaan air naik, banyak sampah dan lumpur. Tetapi tetap saja kehidupan berlangsung, dalam kesulitan, selalu ada keindahan.

SEKOLAH DI SMP NEGERI 4 PADANG TAHUN 1975
Setelah berbagai urusan Administratif Pindah Sekolah selesai, akhirnya aku bisa bersekolah di SMP Negeri 4 Padang yang berada di Jalan Pulau Karam Nomor 82, di daerah Kampung Cino (kampung Cina), tidak jauh dari Jalan Pondok, dekat Pasar Tanah Kongsi (Pasar Kampung Cina). Alhamdulilah waktu itu, aku ditempatkan di Kelas IIID, di bawah Bimbingan wali Kelas Ibu Erma Tjupu BA yang juga sebagai Guru Pengajar Mata Pelajaran Ilmu Hajat (Biologi) yang dikenal sebagai Guru yang Tegas dan Suka menghukum murid-murid yang tidak disiplin. Hampir semua murid pernah kena hukum Ibu Erma Tjupu. Aku sendiri pernah dicubit di perut sambil diangkat ke atas sehingga terasa cukup sakit.
Beberapa nama Guru yang aku ingat waktu itu, antara lain, Kepala Sekolah SMP 4 Bapak Joenas dengan Wakilnya Pak Jamahar yang juga sebagai Guru Ilmu Aljabar. Guru-guru lain, di antaranya; 2 orang Guru yang bernama sama Bapak Hasan Basri, pertama Guru Bahasa Indonesia, kemudian Guru Ilmu Ukur. Dulu belum ada pelajaran Matematika, masih sistem lama, pelajaran Aljabar dan Ilmu Ukur. Guru yang lain, ada Ibu Jamilah, yang mengajar Ilmu Bumi, kalau enggak salah Ibu Jamilah bukan orang Minang (Padang), tetapi berasal dari Jawa Tengah yang suaminya sebagai Anggota TNI-AU yang bertugas di Kawasan Bandara Tabing. Salah satu Guru lain yang masih aku ingat adalah Guru Agama (Islam). Menurutku Ibu Guru Agama orangnya sangat baik, tapi pada triwulan pertama raport pelajaran Agamaku jelek sekali, kalau tidak salah Nilainya 5. Aku tidak tahu faktor penyebab kenapa aku mendapat nilai 5, tetapi akibatnya, aku selalu berusaha mengikuti pelajaran Agama secara lebih baik. Usaha yang tidak sia-sia yang membuat Nilai Pelajaran Agama pada Triwulan II menjadi sangat baik, kalau tidak salah nilainya 7. Sedihnya, kenapa aku tidak bisa mengingat nama Ibu Guru Agama Islam yang sangat baik itu, dan telah membantuku untuk belajar dengan lebih baik ketika itu. Maafkan aku Bu.

SMP 4 PADANG BEKAS SEKOLAH CINA
Sungguh menarik bersekolah di SMP 4 Padang yang waktu itu telah memiliki fasilitas pendidikan yang cukup memadai, antara lain memiliki Lapangan Basket di halaman depan sekolah yang dilengkapi dengan tribune kecil di sisi lapangan untuk penonton. Fasilitas Olah Raga yang lain, termasuk Lapangan Badminton di bagian dalam sekolah yang berada tepat di tengah-tengah di antara Kelas-kelas. Lapangan Badminton juga digunakan sebagai Tempat Upacara Bendera setiap hari Senin dan peringatan hari besar nasional yang lain. Lalu di bagian atas sebelah dalam, ada juga Aula untuk pertunjukan kesenian, peringatan Hari Besar dan Fasilitas Tennis Meja (Pingpong).

Lalu pada pelajaran Olah Raga, setiap kelas juga mengikuti Pelajaran Renang sekali setiap bulan yang waktu itu dilaksanakan di Kolam Renang Teratai Jalan Sudirman, atau di Kolam Renang Tirtanadi di dekat Muaro.
Pelajaran Olah Raga salah satu yang terbaik di SMP 4 saat itu, di mana pada Minggu pertama setiap bulan, diberikan materi Atletik seperti lari, Lompat Tinggi dan Lompat Galah, termasuk melempar Lembing. Selanjutnya pada Minggu Kedua, anak-anak mendapatkan pelajaran Bermain sesuai bakat dan pilihannya, apakah Basket, Badminton, atau tennis Meja (Pimpong). Sedangkan yang berminat pada permainan Sepak Bola, tempatnya di lapangan di luar sekolah, waktu itu, di lapangan Sepakbola dekat lokasi Padang Fair, tidak jauh dari Pantai Padang.

Selanjutnya pada Minggu ketiga diberikan materi Senam yang dilakukan di halaman sekolah. Kemudian paling menarik tentu saja di Minggu keempat, ketika kami diberikan pelajaran Renang yang setiap hari Rabu diberikan di Kolam Renang Teratai.

Tentu saja pelajaran yang lain, juga sangat menarik, terutama karena Guru-gurunya sangat menguasai bidangnya dan juga memberikan bantuan yang sangat baik kepada kami untuk memahami seluruh pelajaran yang diberikan.
KAWAN KAWANKU DI SMP 4 PADANG
Lalu siapa saja kawan-kawanku di SMP 4 Padang itu? Aku masih ingat beberapa kawan, terutama yang sekelas di Kelas IIID Tahun 1975, pertama Agus Sjarief yang duduk sebangku denganku. Agus waktu itu menjabat sebagai Ketua Kelas IIID, kalau tidak salah orangtuanya, anggota TNI-AU yang dinas di Tabing. Menyenangkan bermain dengan Agus yang banyak membantuku untuk menyesuaikan diri sebagai anak baru di Kelas IIID. Lalu ada Yance, anak perempuan paling pintar di Kelas IIID, juga sering mendapatkan ranking pertama di sekolah, sejak Kelas I sampai Kelas III. Aku sering juga menanyakan beberapa hal yang aku kurang paham kepada Yance yang juga suka membantu.

Tetapi teman aku belajar sehari-hari, juga teman bermain setiap sore setelah pelajaran sekolah ada 3 orang, yaitu; Ierjon Hendri yang rumahnya di Jalan Ganting dekat Jalan Kesatria tidak jauh dari rumah kami. Kemudian Helmi Riawadi dan Okky Octavius yang keduanya tingal di Sebrang Padang.
Aku, Ierjon dan Helmy sama-sama di Kelas IIID, sedangkan Okky Kelas IIIC. Meskipun Kelasnya berbeda dengan Okky, tetapi hampir setiap hari kami belajar bersama, dan biasanya setelah belajar, kami jalan-jalan keliling kota naik sepeda, mulai dari Seberang Padang, melewati Palinggam, Pasar Mudik, Muaro dan berhenti menikmati Pantai Padang sering sampai Matahari Terbenam, baru kemudian pulang ke rumah masing-masing.
Kadang-kadang kami mengunjungi Toko Buku, waktu itu hanya ada satu toko buku yang cukup lengkap di Padang, namanya Toko Buku Anggrek di Jalan Pasar Raya, di samping Bioskop Mulia yang dulu banyak memutar Film India (Hindustan).

MENDENGARKAN RADIO ARBES RASISONIA
Sering juga kami mengunjungi Radio Arbes di Jalan Pasar Raya Nomor 57 (Jalan Permindo), tidak jauh dari Toko Buku Anggrek. Dulu Radio Arbes menjadi pilihan anak muda dan terutama Pelajar dan Mahasiswa tempat kita meminta dan berkirim lagu dalam acara Pilihan Pendengar, tentunya sebagai kawan ketika kita belajar di malam hari. Kami membayangkan Radio Arbes Padang itu, kira-kira seperti Radio Prambors Jakarta, Radio Oz Bandung, atau Radio Bonsita di Medan. Tahun 70-an, mendengarkan Radio menjadi salah satu hiburan paling penting, di samping menonton Film.
Termasuk mendengarkan siaran langsung pertandingan Sepakbola atau pertandingan Bulutangkis Piala Thomas dan Piala Uber. Televisi belum ada, jadi media radio menjadi sangat penting. Aku ingat, bersama saudara-saudara, rame-rame kami mendengar siaran langsung Final Bulutangkis Uber Cup, bukan menonton, melalui RRI Jakarta yang di-relay RRI Padang untuk masyarakat Sumatera Barat. Waktu itu, Tim Uber Indonesia berhasil mengalahkan Tim Uber Jepang, Aku lupa berapa skor pertandingan waktu itu, tetapi aku ingat beberapa nama Pahlawan Uber kita, antara lain Minarni, Imelda Wiguna, Theresia Widiastuti, Taty Sumirah, Regina Masli, dan Utami Dewi. Utami Dewi sendiri adalah adik kandung Rudi Hartono, pemain Thomas Cup Indonesia, dan pernah 7 kali Juara Piala All England Tunggal Putra sebelum diteruskan Lim Swie King, kemudian Luis Pongoh, dan Taufik Hidayat. Oh ya, tahun 70-an juga ada Pemain Bulutangkis Putra terkenal asal Sumatera Barat, namanya Amril Nurman. Amril Nurman salah seorang pemain tunggal Tim Thomas tahun 1973 bersama Rudi Hartono dan Mulyadi.

PERNAH SIARAN LANGSUNG; NYANYI LIVE DI RRI PADANG.
Lalu siapa lagi kawan-kawanku di SMP 4, selain Agus, Yance, Ierjon, Helmiriawadi, dan Okky Octavius, aku maish ingat beberapa nama lagi, antara lain; Dodi Kelas IIID, tinggalnya di Purus, kalau tidak salah orangtuanya sebagai Pedagang Kain yang sukses di Pasar Betingkat/Pasar Raya. Lalu ada juga Belek “Black”, aku lupa namanya, tapi karena dia berkulit hitam, kawan-kawan memanggilnya Belek. Lalu ada juga Amrizal yang jago main Guitar, kebetulan kami sama-sama anggota Vocal Group SMP 4.
Amrizal tinggal di Alang Lawas, tidak begitu jauh dari Mesjid Nurul Iman. Kawan-kawan lain yang masih aku ingat, antara lain Irwan Kelas IIID yang rumahnya di Indarung, lalu ada Sofinta juga Kelas IIID dari Jl. Padang Baru. Ada juga Emilia yang tinggal di dekat Rumah Sakit Tentara Ganting, lalu yang paling kuingat, Syafni di kelas IIIC, rumahnya di Jalan Sawahan. Aku sering jumpa Syafni yang sehari-harinya dipanggil Upik, biasanya pagi-pagi di Kantin Sekolah sambil Sarapan Ketupat Sayur Padang yang enak.

Lalu sebagai anggota Vocal Group, antara lain Aku, Amrizal, Desril (Kelas IIIC) yang tinggal di Jalan Terandam II, juga Yance dan Emilia, dan beberapa nama lain yang aku lupa namanya. Kami sering latihan sore hari setelah pulang sekolah. Yang paling menyenangkan, dengan usaha Guru Kesenian, pada akhirnya kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan performance dalam siaran langsung Live di Radio Republik Indonesia (RRI) Studio Padang. Jelas menjadi sebuah kebanggaan. Aku ingat, waktu itu kami membawakan sebuah lagu ciptaan Koes Bersaudara, berjudul Pagi Yang Indah dan sebuah lagu Minangkabau. Yang menyedihkan, kenapa aku tidak bisa mengingat nama guru Kesenian kami dahulu.
Banyak sekali kegiatan yang menyenangkan selama sekolah di SMP 4 Padang yang sering masih kuingat sampai sekarang, meskipun sudah lebih 45 tahun berlalu. Kami sering melakukan perjalanan bersama, terutama pada akhir Kwartal setelah pembagian Raport, antara lain Jalan Pagi Bersama dari sekolah ke Batu Malim Kundang melewati Muara dan menyusuri pinggir laut, lalu pulangnya dari Pelabuhan Teluk Bayur dengan menumpang Bis Charteran City Express kembali ke sekolah di Jalan Pulau Karam 82. Kegiatan lain, ke Pantai Nirwana dan Pantai Carolina di daerah Bungus pada akhir sekolah setelah ujian akhir Kelas III.

NONTON BIOSKOP DAN NONTON BAND LIME STONE
Soal hiburan tahun 70-an memang sangat terbatas. Jangankan youtube atau internet yang mungkin waktu itu, belum pernah dibayangkan dan belum dipikirkan. Bahkan Televisi saja masih belum ada, baru ada di Jakarta, itupun masih sangat terbatas dan sederhana.

Tetapi, tetap saja, kita anak muda, selalu mempunyai cara untuk mencari hiburan di samping kegiatan sekolah sehari-hari. Disamping berkelana naik sepeda, berenang, dan belajar bersama, kami juga sering menonton Film. Waktu itu di Padang, ada beberapa Bioskop bagus yang sudah dilengkapi dengan pendingin Air Condition (AC), antara lain Bioskop New Rex di kawasan Pondok, Jalan Niaga, China Town nya Padang. New Rex bioskop terbaik di Padang yang banyak memutar Film-film Amerika dan Eropah, termasuk James Bond yang waktu itu, aku ingat bintangnya Roger Moore Film Live and Let Die.

Kalau kita ingin menonton Film Indonesia, biasanya kami pergi ke Bioskop Raya yang berlokasi di sebelah belakang SMA Negeri 1 Padang, pas di depan/seberang Sekolah terkenal Perguruan Adabiah. Menyenangkan bisa menonton di Bioskop Raya, karena setelah Film selesai, kami bisa melanjutkannya untuk jajan, Mie Sop Raya (Bakso) di halaman Bioskop Raya bersebelahan dengan dinding sekolah SMA Negeri 1. Dulu Mie Sop Raya termasuk kuliner paling enak se kota Padang.
Beberapa Bioskop lain di tahun 1975, antara lain, Bioskop Karia dekat Bank BNI dan SMP Negeri 2, Bioskop Purnama berdampingan dengan Bioskop New Rex, lalu ada Bioskop Satria di dekat Kinol, dan Bioskop Mulia yang special memutar Film Hindustan (India).
Pada awal tahun 1975, berdiri Bioskop baru di Padang di Lantai 2 Pasar Bertingkat, dekat Sekolah Adabiah dan Bioskop Raya, namanya Padang Theatre yang banyak memutar Film Indonesia, salah satunya, kami sempat menonton Film yang dibintangi Drg Fadly dan Tanty Josepha, kalau tidak salah Judulnya Setulus Hatimu. Meskipun saat itu aku belum berusia 17 tahun, rasanya indah banget bisa menonton Film Roman seperti Setulus Hatimu.
Tapi kalau sedang tidak punya uang, kami sering juga menonton di Taman Hiburan Imam Bonjol, Stadion Sepak Bola Imam Bonjol yang kalau malam hari, digunakan sebagai Bioskop dengan tarif yang lebih murah. Waktu itu, aku sering nonton Film Kungfu di Imam Bonjol, antara lain film film yang dibintangi Bruce Lee, dan Wang-yu. Sampai-sampai kami, anak-anak ketika itu, banyak yang memakai sepatu ala Bruce Lee atau sepatu Wang-Yu.

Selanjutnya ada juga Bioskop Rakyat di sebuah Gudang Milik Tentara, Kodam III Tujuh Belas Agustus, yang difungsikan sebagai Bioskop di daerah Terandam, dekat Rel Keretaapi. Aku sering juga nonton Film di sini, kebetulan lokasinya dekat dengan rumah kami di Jalan Ganting. Jadi cukup berjalan kaki saja. Tidak lupa sebelum menonton, membeli Godok-godok dan Goreng Pisang di depan bioskop yang rasanya sangat enak. Maklumlah, tahun 70-an belum ada Pop Corn dan Coca Cola.

NONTON BAND LIME STONE
Kemudian, biasanya menjelang hari kemerdekaan, banyak sekali pertunjukan Band di seluruh penjuru kota. Waktu itu band paling terkenal band Lime Stone yang dimiliki oleh PT Semen Padang di Indarung. Band Lime Stone yang banyak membawakan lagu Gamad Modern, sangat terkenal terutama lagunya Usah Dikana Juo, Bunga Tanjung, Elo Pukek, dan Tak Tontong Galamai Jaguang yang dibawakan oleh penyanyinya Sofjan Junaid yang juga sebagai pemain Drum. Aku lupa siapa lagi pemain band Lime Stone, tapi yang kuingat Pemimpinnya Jimmy Poetiray, Nyong Ambon yang fasih berbahasa Minang dengan rambut Kribonya. Band lain yang juga terkenal adalah Band Mariani’s yang dimiliki oleh Hotel Mariani. Band Marianis saat itu dipimpin oleh salah seorang anak pemilik Hotel Mariani yang juga sebagai Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Aku lupa namanya, tapi beberapa tahun kemudian, mungkin sekitar tahun 1977, aku sempat menyaksikan kembali performance Band Marianis di Medan. Tepatnya di Aula Gedung Keuangan Medan, saat itu berlangsung Malam Keakraban Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang yang mengadakan kunjungan Muhibah ke Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

NONTON TURNAME SEPAKBOLA
Selama bermukim setahun di Padang pada tahun 1975, aku juga pernah beberapa kali bisa menonton pertandingan Sepak Bola yang diadakan di Stadion Imam Bonjol, yang berada di tengah Kota Padang, dekat Kantor Walikota dan Pasar Kampuang Jawo. Seingatku, aku pernah menyaksikan pertandingan antara PSP Padang melawan Klub Jayakarta dari Jakarta. Saat itu PSP Padang diperkuat antara lain oleh striker hebat Irawadi Uska yang lebih dikenal dengan nama Codot. Sedangkan Klub Jayakarta diperkuat oleh Legendanya Iswadi Idris, juga Kiper Sudarno, Sutan Harhara, dan Andi Lala.
Aku juga sempat menyaksikan turnamen Sepak Bola Piala Bukit Barisan yang waktu itu pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Sumatera Barat Harun Zain yang dihadiri oleh Gubernur Sumatera Utara Marah Halim Harahap. Turnamen Bukit Barisan waktu itu, berusaha mencontoh Turnamen Sepak Bola Marah Halim Cup di Stadion Teladan Medan yang sudah berlangsung selama beberapa tahun sejak tahun 1972.
TAMAT SMP KEMBALI KE MEDAN
Pada bulan Desember 1975, aku menyelesaikan sekolah, Lulus dari SMP Negeri 4 Padang dengan nilai lumayan bagus. Setelah selama 1 tahun berada di Kota Padang, aku pulang liburan ke Medan dan Aceh, kangen-kangenan bersama Papa, Mama dan Saudara-saudara di Lampahan Aceh Tengah dan Medan.

Ketika akan kembali, aku tertarik untuk bersekolah di Medan, akhirnya aku enggak kembali ke Padang, tetapi melanjutkan sekolah di Medan di sebuah Sekolah Tehnik Menengah STM dengan harapan, apabila tidak bisa melanjutkan pendidikan di Universitas, aku bisa lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan.

Selamat Tinggal Kota Padang tercinta, Selamat Tinggal SMP Negeri 4 Padang, juga kawan-kawanku dan Guru-guruku di SMP 4 yang sejak tahun 1975, sampai sekarang (tahun 2022), aku belum pernah bisa berjumpa lagi. Beberapa tahun yang lalu, bahkan tahun 2015-2017, aku sempat beberapa kali berkunjung ke Kota Padang, dan sempat mengunjungi sekolahku SMP Negeri 4 di Jalan Pulo Karam 82. Waktu itu kondisi sekolah masih porak poranda akibat gempa di Padang yang belum direnovasi. Kadang-kadang aku sampai meneteskan air mata ketika merenung dan mengenang kembali masa lalu, masa indah ketika aku tinggal di Kota Padang dan bersekolah di SMP Negeri 4 Padang tahun 1975. Semoga Guru-guruku, juga teman-temanku yang masih ada, Insya Allah bisa berjumpa lagi suatu saat nanti. Kepada Guru-guruku tercinta dan juga sahabatku terbaik di SMP Negeri 4 Padang yang sudah menghadap yang maha Kuasa, Insya Allah Husnul Khotimah dan mendapatkan yang terbaik disisiNya, Amin YRA.

Semoga Covid-19 semakin menurun

toto zurianto

Hari ini Jumat 25 Februari 2022, pasien Covid-19 yang sembuh tercatat sebanyak 61.361 orang, jumlah sembuh paling tinggi selama Covid-19. Pertambahan jumlah yang positip harian juga mengalami penurunan dibandingkan data kemaren, hari ini pertambahan yang positip tercatat sebanyak 49.447 orang, sehari sebelumnya pada hari Kamis 24 Februari 2022 jumlahnya sebanyak 57.426. Catatan yang meninggal, hari ini Jumat sebanyak 244 orang sedangkan kemaren Kamis 24 Februari sebanyak 317 orang. 

Apabila perkembangan seperti ini bisa dipertahankan, artinya pertambahan jumlah yang positip semakin berkurang, kemudian pertambahan jumlah yang sembuh relatif lebih banyak, dan jumlah yang meninggal semakin menurun, kecemasan munculnya Omicron bisa dikendalikan. Salah satu cara, kita mengharapkan, kita semua, selalu mampu menjaga dan mempertahankan tingkat kepatuhan terhadap Protokol Kesehatan, selalu memakai Masker, mampu menjaga JARAK, tidak malas Mencuci Tangan dengan SABUN dan AIR MENGALIR. Lalu kita berusaha MENGHINDARI/MENJAUHI KERUMUNAN - kalau ingin bertemu, kita bisa memanfaatkan sarana teknologi, dan MENGURANGI MOBILITAS -  Artinya kalau tidak perlu-perlu amat, tidak usah bepergian, lebih baik mengurangi mobilitas.
Di samping itu tentu saja, jangan lupa mengikuti Vaksin supaya tubuh kita lebih kuat. Insya Allah.



Koperasi OJK Ground Breaking OMAH KODAU

toto zurianto

Koperasi OJK yang disebut singkat sebagai Kopojeka, usianya belum terlalu lama, baru sekitar 5 tahun saja. Tetapi kiprahnya sebagai unit usaha berbentuk koperasi di lingkungan kantor Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi memberikan fasilitas kemudahan dan pembiayaan bagi pegawai OJK sehingga bisa berkonsentrasi bekerja secara lebih baik. Koperasi OJK bukan seperti koperasi-koperasi kebanyakan yang dijalankan secara tradisionil. Kopojeka bisa disebut sebagai unit usaha ekonomi yang modern, banyak memanfaatkan teknologi keuangan yang kini menjadi kebutuhan bagi para anggotanya. Pegawai OJK yang aktif, bisa memanfaatkan KOPOJEKA, mulai dari pembayaran pembelian barang kebutuhan di supermarket, pembelian kenderaan bermotor, mobil atau motor, pembayaran asuransi, pembelian kebutuhan elektronik, komputer atau smartphone untuk keluarga, semuanya bisa dilakukan secara mudah. Bahkan, pinjaman sejumlah uang untuk membeli rumah (properti) juga bisa dilakukan apabila sudah memenuhi persyaratan tertentu.

Kini KOPOJEKA melangkah lebih jauh, melalui unit usahanya, KOPOJEKA tidak lagi sekedar memberikan pinjaman untuk membeli rumah/apartment, tetapi justru mulai berfungsi sebagai developer yang menyediakan kavling perumahan siap bangun, sekaligus membangunkan rumahnya, inilah program Fasilitas Pembiayaan Perumahan, yang disebut OMAH KODAU.

Kompleks Perumahan yang nyaman
Koperasi OJK memang tidak tanggung-tanggung dan telah bekerja keras untuk menyiapkan Kompleks Perumahan Omah Kodau di Jati makmur Pondok Gede, Bekasi, yang dapat dicapai sekitar 10 menit dari Pintu Exit Jati Warna Toll Lingkar Luar. Di atas tanah sekitar 1,3 hektar, saat ini telah disiapkan rumah-rumah untuk pegawai OJK sebanyak sekitar 80 unit, di antaranya 30 unit sudah dibooking/dibeli dan segera dibangun yang diharapkan dalam 8-9 bulan ke depan, semuanya sudah selesai dan siap ditempati para penghuninya.

Kompleks Perumahan yang nyaman ini menjadi obsesi pengurus koperasi, sebagaimana disampaikan Greatman Rajab, Ketua Koperasi OJK pada laporan dan penjelasan OMAH KODAU kepada Ketua OJK Wimboh Santoso pada peresmian pembangunan (ground breaking) kompleks nyaman OMAH KODAU pada bulan Desember 2021 yang lalu. Walau bagaimanapun, soal rumah, jelas masih menjadi prioritas seluruh pegawai, terutama pegawai OJK yang masih muda, pegawai baru, keluarga baru pasangan muda, atau bagi yang ingin tinggal pada kawasan kompleks yang lebih nyaman.

Ketua OJK Wimboh Santoso menyampaikan
Sambutan dalam rangka Ground Breaking
OMAH KODAU Kopojeka untuk pegawai OJK.

Ketua Kopejeka Greatman Rajab menyampaikan
Laporan dan Penjelasannya mengenai OMAH KODAU.



Penyerahan Kunci sebagai Simbol bagi Pegawai
OJK yang sudah melakukan booking pembelian
rumah di Kompleks OMAH KODAU.





Bersama Ketua Kopojeka Greatman Rajab di depan
Gerbang Utama OMAH KODAU yang indah dan modern.




Ketua OJK Wimboh Santoso mengawali
Ground Breaking Pembangunan Omah Kodau
pada Minggu 19 Desember 2021.


Ibu Etty Retno Wulandari Deputi Komisioner
Manajemen Strategis OJK selaku Ketua Dewan
Pengawas Koperasi OJK KOPOJEKA.





Menikmati Kopi dan Dimsum pagi hari sebelum
acara Ground Breaking OMAH KODAU OJK.