CHANGE and Leadership mengundang teman dan sahabat untuk sharing pengetahuan, informasi, atau hiburan dalam rangka memperluas wawasan dan persahabatan! CHANGE and Leadership tidak membatasi peminat pada suatu bidang keilmuan atau minat tertentu. CHANGE and Leadership adalah forum lintas pengetahuan, bisa digunakan untuk mengulas hal-hal yang berhubungan dengan praktek kepemimpinan, manajemen, SDM, sosial, ekonomi, dan politik, juga bagi penggemar sport, sastra, musik, kuliner, dan travel!
Tuesday, 31 March 2009
Jangan habiskan waktu untuk memikirkan hal-hal yang remeh temeh!
Who you become?
Anda mau jadi apa? Kalau ingin menjadi sesuatu, jangan hanya memikirkan hal-hal yang enteng-enteng dan remeh temeh saja!
Seperti kata Nassim N. Taleb (the Black Swan), “Mengapa kita, entah ilmuwan atau bukan ilmuwan, orang penting atau hanya orang biasa, cenderung memperhatikan hal-hal remeh ketimbang hal-hal besar?”. “Mengapa kita terus berfokus kepada pada perkara-perkara kecil bukan pada peristiwa-peristiwa besar yang bisa signifikan, kendati ada bukti yang jelas tentang pengaruh mereka yang besar?”
Jangan bunuh waktu kita untuk hal-hal yang kecil manfaatnya! Waktu selalu berjalan lebih cepat dari apa yang kita perkirakan. Kuatkan kemampuan (daya pikir), keyakinan dan kekuatan anda untuk mempengaruhi orang lain (meyakinkan orang lain yang lebih berkuasa), agar mulai sekarang, kita mempunyai cita-cita yang lebih kuat untuk memikirkan hal-hal yang lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan hal-hal yang remeh temeh!
Jangan pelihara ketakutan anda sehingga anda tidak berani untuk melahirkan gagasan-gagasan yang spektakuler. Siapapun kita, selalu mempunyai peluang untuk melahirkan hal-hal yang besar yang mungkin banyak manfaatnya kepada orang lain. Orang yang inovatif, selalu lebih berani menyampaikan gagasannya. The Lossers adalah orang-orang yang biasanya "sadar terlambat". Sudah memikirkan, tetapi ragu untuk mengemukakan, dan akhirnya disalib oleh para champion yang berani dan inovatif!
Wednesday, 25 March 2009
POSITIP TERHADAP KRITIK
Membangun Legacy
Banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan oleh para calon pemimpin agar yang bersangkutan dapat dikenang sebagai pemimpin yang meninggalkan bekas positip atas kepemimpinannya terhadap organisasi yang ditinggalkannya nanti (Leader’s Legacy). Salah satu diantaranya adalah, dengan mengembangkan sikap ikhlas untuk dikritik.
Menjadi sasaran untuk dikritik, jelas sebagai sesuatu yang tidak menggembirakan. Kita sering gusar dan marah kepada orang yang memberikan kritikan atas inisiatip, pendapat, atau kebijakan kita. Banyak orang yang terlalu suka melakukan protes. Ada orang yang selalu mengangap pendapat orang lain salah dan tidak benar. Orang seperti ini selalu mati-matian untuk menyatakan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu isu yang sedang didiskusikan. Kalau kita tidak sabar dan membalasnya dengan tensi yang tinggi, tujuan diskusi menjadi tidak tercapai, dan kita sering tidak bisa mengendalikan amarah. Tidak sabar, akhirnya kita membalasnya dengan kritikan yang tidak kalah tajamnya. Bahkan secara pribadi, hubungan kita menjadi terganggu.
Bagaimana cara kita menghadapi kerasnya perjuangan untuk menerapkan sesuatu yang lebih bermanfaat? Disamping kita selalu harus lebih kompeten (membangun skills dan memantapkan behavior), maka suatu kritik, bagaimanapun dahsyatnya, tetap harus kita jadikan sebagai sinyal untuk aware dan sebagai opportunity untuk menjadi lebih baik. Seseorang, apakah pemimpin atau calon pemimpin, harus mencintai kritik! Harus menganggap kritik sebagai kesempatan dan feedback. Dengan kritik, kita bisa menghindari potential problem yang bisa saja muncul di kemudian hari. Kita-pun bisa melakukan konsolidasi dan improvement karena banyak hal-hal yang selama ini kita anggap okay, sebenarnya sudah tidak okay!
Memang, banyak diantara kita yang memiliki ego sangat tinggi yang menganggap diri kita sudah sempurna. Kita sering takut apabila orang lain mengetahui bahwa sebenarnya kita mempunyai banyak kelemahan, atau orang bisa mengetahui bahwa kita tidak mengetahui segala hal, atau kita tidaklah sehebat yang didengung-dengungkan banyak orang di luar sana. Pilihannya akhirnya terpulang kepada kita sendiri, apakah kita merindukan dan memerlukan kritik yang sering menyakitkan tetapi memberikan kesempatan besar untuk melakukan improvement sekaligus mencegah kita untuk mengambil keputusan yang tidak menguntungkan, atau kita berusaha melupakannya dan hidup pada tatanan yang memang tidak keras meskipun berpotensi kolaps!
Jakarta, 24 Maret 2009
Toto Zurianto,
sedang berusaha untuk merindukan kritik! (he he he …………….)
Thursday, 12 March 2009
Sport European CHAMPION League
Manchester United dan Arsenal bersama-sama Tim Inggris lain, Chelsea dan Liverpool berhasil merebut tiket babak perempat final (quarter final) Liga Champion Eropa setelah menundukkan lawan-lawannya. United berjaya mengkandaskan Inter Milan 2-0 tadi malam sehingga secara aggregate united menang 2-0 (0-0). Kedua goal United dicetak oleh Nemanja Vidic dan Christiano Ronaldo. Sementara Arsenal harus main selama 120 menit melawan AS Roma setelah score akhir 1-0 untuk Roma, sedangkan pada pertemuan pertama di Stadion Emirate, Arsenal bisa unggul 1-0. Akhir pertandingan, terpaksa dilakukan tendangan pinalti dengan score akhir 7-6 untuk Arsenal.
Liverpool berjaya menundukkan Real Madrid dengan score total 5-0 (score pertemuan pertama, Liverpool unggul 1-0 di Bernabu, markas Real Madrid. Chelsea yang bermain imbang 2-2 melawan Lyon (aggregate 3-2), juga lolos ke perempat final.
Hasil pertandingan perdelapan final tersebut menempatkan 8 kesebelasan untuk bisa menempuh jalan yang lebih baik, yaitu; United, Liverpool, Chelsea, Arsenal (4 klub Inggris), Villareal dan Barcelona (Spanyol), FC Porto, dan Bayern Munich.
Bagaimana kelanjutan kisah Liga Champion ini?
Monday, 9 March 2009
MUSIC Indonesia Tahun 70-an
Sekitar tahun 71, meskipun aku masih kelas V SD (Sekolah Dasar), aku mulai mengenal musik Pop Indonesia. Ketika itu, kami baru saja memiliki sebuah Tape Recorded (Tape) merek Sharp yang tentu saja sangat sederhana, menyebabkan terjadinya perubahan cepat dalam blantika musik di rumah kami. Sebelumnya kami memang telah mempunyai Pick-up merek Philips yang lumayan bagus, tetapi sebagian besar plat (?), atau LP (long play) atau Single yang kami miliki, berisi lagu-lagu barat tempo doeloe. Atau kebanyakan dari kami, lebih banyak mendengar radio (RRI), siaran Malaysia (RTM), atau beberapa radio amatir yang jumlahnya sangat terbatas (di kota Medan).
Melalui Tape tersebut, mula-mula kami hanya memiliki beberapa cassettes, kalau saya enggak keliru yang paling sering diputar adalah; Female Top Hits (seperti lagu the End of the World), lalu yang paling top adalah Koes Plus (volume 5) dengan lagu Nusantara, wow dahsyat musiknya, terutama gebukan drum-nya Murry yang hebat itu. aku tidak pernah lupa syairnya;
Kuharap kau tidak akan cemburu, Melihat hidupku
Hidupku bebas selalu kawanku, Tiada yang memburu oh.
Di Nusantara yang Indah rumahku, Kamu harus Tahu
Tanah permata tak kenal kecewa, di Khatulistiwa,
Dst..............
Lagu-lagu lain yang sangat kusuka dari album itu adalah Penyesalan, Relax, Musik di Sekelilingku, dan Sonya. Sekitar tahun 70-an, boleh di bilang sangat sulit mendapatkan album cassettes asli, kebanyakan studio rekaman hanya menjual plat atau Piringan Hitam (PH). Lalu kalau kita mau mendengarkan cassettes, maka kita harus merekamnya ke dalam bentuk cassettes yang hanya dilakukan di toko musik (mereka merekam musik dari piringan hitam ke bentuk cassettes) dengan harha sekitar Rp200 sampai Rp300 saja, tergantung jenis cassettes, apakah C-60 (durasi 60 menit) atau C-90 (durasi 90 menit). Paling enak, kita bisa memilih lagunya, lalu akan diberikan judul-judl lagu pada cassettes itu yang diketik pada kertas putih.
Beberapa lagu yang sempat kumiliki ketika itu, adalah album pertama the Mercy's yang berisi lagu terkenal "Tiada Lagi", Love, Untukmu, Baju Baru, dan "Kisah Seorang Pramuria" yang belakangan penciptanya diperdebatkan, apakah ciptaan Albert Sumlang (the Mercy's) atau musisi Black Brothers!
Pola rekaman cassettes seperti ini berlangsung terus bahkan sampai menjelang tahun 80-an, yang diakhiri dengan semakin banyaknya studio rekaman yang menerbitkan lagu-lagu dalam bentuk cassettes asli, bukan hanya Piringan Hitam, yang paling terkenal adalah AR (Atlantic Record). Hampir setiap muncul lagu baru, aku merekamnya, antara lain aku pernah memiliki lagu-lagu Koes Plus mulai Volume 1 sampai Volume 13, Panbers, Ivo's Group, AKA, Freedom of Rhapsodia, Gembell's, D'Lloyd's, dan lain-lain.
Menjadi penggemar cassettes (dan direkam sendiri), memang mengasyikkan! Itulah sekelumit kisah masa lalu yang diwarnai oleh teknologi yang masih sederhana. Tidak seperti zaman CD seperti sekarang, kita begitu mudahnya memilih lagu tertentu untuk kita dengarkan. Dulu, perlu di-rewind atau forward dengan meraba-raba! Dulu, setelah mendengarkan lagu Koes Plus yang kelima (lagu Musik Disekelilingku), cassettes-nya kubalik dari side-A ke side-B, dan yang muncul Panbers Volume 2 (?), lagu Pilu. Ini lagu juga dahsyat, dibawakan dalam nada tingginya Benny Panjaitan;
Pilu, rasa hatiku
sejak kau tinggalkan daku.
Sedih, hatiku sedih
kau pergi tanpa pesan
Kini hanya bayanganmu melintas dimataku
Hanyalah wajahmu tak kulupa seumur hidupku.
dst, dst.
Pilu ini satu album dengan Pelipur Lara dan Indonesia my lovely country yang begitu energik dan terkenal.
Toto Zurianto
Saturday, 7 March 2009
DEALING WITH RECESSION
SIX RECOMMENDATIONS
By Professor Paul Strebel
(November 2008)
The slide over the last year from economic growth into recession has been dramatic. The end of 2008 looks very different from the beginning of the year. This calls for a radical re-orientation of strategic priorities to deal with the shift in the economic environment. What is the best practice for dealing with a recession? Here are six recommendations:
1. Liquidity is king
The critical role of liquidity is something that the banks have re-discovered during the current financial meltdown - admittedly a special industry in extreme circumstances. Yet no matter what the industry, if revenues drop sharply and debtors stretch out their payables, all of a sudden creditors can lose confidence and insist on immediate payment.
After 9/11 collapsed airline revenues, lack of liquidity for fuel purchases grounded Swissair in October 2001 and soon drove it into receivership. Liquidity planning is critical, based on an analysis of the payments schedule, creditor terms and debtor collectability. The liquidity plan must be stress tested to see whether it can deal with worst case scenarios. The best insurance is real cash reserves in a safe bank.
2. Reduce fixed costs and increase flexibility
The ability to rapidly scale back activity when the recessionary storm hits without incurring major losses, and then scale back up on the rebound is key to coming out ahead after the storm passes. The budget airlines, with leased fleets, highly flexible pricing and rapid response to changing market conditions, came out of the 2001/2 downturn well ahead of the slower-moving larger airlines.
3. If necessary, restructure boldly, sooner rather than later
A downturn soon reveals what parts of the business are not profitable through a full economic cycle. Hanging on to non-economic business puts strain on the profitable business, thereby diminishing its rebound potential. If restructuring is needed, it’s important to move sooner before the markets for assets and divestments begin to freeze up. Bold decision-making is key with a preference for simplicity in the final business model. HSBC, for example, began aggressively scaling back its consumer finance and mortgage business in the US well before the full subprime crisis unfolded, which has allowed it to stagger its subprime write-downs over time without panicking its customers and shareholders.
4. Exploit opportunities to re-shape the competitive landscape
For those with strong balance sheets and liquidity, recessions throw up buying opportunities of a life-time at bargain prices. Acquiring talent, assets, access to markets, or whole businesses, at distressed prices, can completely change the balance of power in an industry. Bank of America’s acquisition of Merrill Lynch and JPMorgan’s takeover of Bear Stearns, together with the disappearance of Lehman Bros., has radically altered the power structure in the investment banking industry.
5. Leaders have to manage themselves responsibly
During difficult times the poet’s admonition is critical: make sure to “keep your head when those around you are losing theirs and blaming it on you.” A calm, steady hand must be visible at the top when implementing the measures needed in points 1 to 4. To retain credibility, execution must be accompanied by socio-political sensitivity.
Leaders lose credibility when they go on a big expense-paid fox hunt in England right after announcing a multibillion government bailout, or continue to promise eight figure bonuses in a firm that’s losing money. Instead, socio-political credibility requires they forego their bonuses, like the top executives at Goldman Sachs and UBS, as well as Josef Ackermann at Deutsche Bank, did in 2008.
6. Board members have to be strong sparring partners
Board members have to control the conduct of the business on behalf of the shareholders while, at the same time, supporting management in the value-creating process. In particular, during a recession, they have to ensure that management acts on points 1 through 3 to ensure the security of the business, while also encouraging management to be alert for windfall investment opportunities. This calls not so much for diversity on the board, but for board members with industry expertise, who are willing to support the CEO with difficult downsizing decisions and act as strong sparring partners to assess the desirability of potential investments.
The board can make the difference, as it did at Credit Suisse when the risk management committee called for a radical reduction in exposure to mortgage derivatives in mid-2006, exactly when the CEOs at rival banks were pushing for higher returns with more investment in the same instruments.
Paul Strebel is the Sandoz Family Foundation Professor at IMD. He is Director of the High Performance Boards program and teaches on the International Seminar for Top Executives, the Program for Executive Development and the Orchestrating Winning Performance program.
Underperformed, How to Improve?
TIDAK INGIN MENDENGAR KELEMAHAN DIRI SENDIRI
Kebanyakan kita tidak ingin melihat kelemahan diri sendiri. Karena itu tidaklah heran, kalau dalam bekerjapun, kitapun tidak ingin orang lain berkata jujur kepada diri kita. Kita menjadi lebih senang kalau orang-orang; atasan kita, bawahan kita, atau teman kita, selalu memberikan pujian akan ketangguhan dan keberhasilan kita. Kritikan selalu akan menyakitkan. Kita tidak suka mendengar orang lain berkata tentang kelemahan kita. Bahkan sering pula kritikan kita anggap sebagai bentuk kecemburuan dari orang lain yang tidak perlu untuk diikuti.
Kalau mentality tidak ingin melihat kelemahan atau kesenjangan itu menjadi sangat dominan pada diri kita, maka hasilnya sangatlah berbahaya. Kita akan selalu menganggap diri kita sudah baik dan berprestasi, sangat narsistis! Hal ini akan menghalangi kita untuk tumbuh dan berkembang. Kata orang Cina, “Benal-benal cilaka dua bela”
Banyak orang yang tidak mamahami, kenapa Jack Welch selalu ingin melakukan differensiasi, sehingga harus selalu menilai adanya sekelompok pegawai yang masuk dalam kelompok 5% terendah, tujuannya juga sama. Agar para atasan atau supervisor, bisa sedini mungkin dapat memberikan peringatan kepada para bawahan yang kurang performed untuk melakukan perbaikan diri (to improve). Kitapun atau siapapun yang kebetulan dinilai rendah, harus memahami bahwa performance kita dibandingkan orang lain, saat ini berada dalam posisi yang cukup kritis, sehingga perlu untuk ditingkatkan.
Kalau sinyal (untuk mengetahui kesenjangan performance) tersebut tidak dapat tercipta pada suatu organisasi, maka pada suatu ketika, tanpa sempat untuk memperbaiki diri, tiba-tiba kita harus keluar dari organisasi sebagai Unimportant Liabilities.
INTEGRITY, INTELLIGENCE, and MATURITY
MENJADI SUKSES ATAU?
Jangan pernah meng-klaim diri kita sukses, biar orang lain yang menyatakannya.
Bagaimana agar bekerja bisa Sukses?
Pertama, anda harus mempunyai Integritas. People with Integrity tell the truth, and keep their word. Mereka memegang tangungjawab atas apa yang dilakukan (past action), menerima kesalahan dan memperbaikinya!
Kedua, anda harus memiliki Intelegensia (Intelligence), bukan harus mengetahui seluruh ilmu, apalagi mengenai scientific yang kompleks. Intelligence berarti anda mengedepankan intelektualitas dengan nafas keilmuan yang kuat. Orang yang memiliki Intelligence kuat banyak yang berasal dari Universitas Top yang terkenal. Tapi dari perguruan tinggi biasa-biasa sajapun anda bisa saja mempunyai intelligence yang bisa diandalkan. Jadi Pendidikan is only a piece of picture.
Anda bisa pintar dengan belajar, bahkan tidak harus melalui perguruan tinggi.
Ketiga, anda harus mature. Maturity tidak selalu berhubungan dengan usia (pangkat, golongan, atau masa dinas). You can be mature at any age, and immature too! Orang yang matang (“dewasa”) biasanya lebih menghormati emosi orang lain. Mereka merasa sangat confident, tetapi tidak arrogant.
Disamping 3 hal tersebut diatas, orang yang sukses biasanya memiliki energy yang positip (they love to work, and to play too, and just love life), bisa mengajak orang lain untuk involved (inspire others), berani mengambil keputusan (courage to make tough yes-or-no decision), serta mampu menyelesaikan pekerjaan (the ability to get the job done).
Akhirnya kesuksesan biasanya perlu dipacu oleh passionate kita atas kehidupan, bukan hanya semangat tentang pekerjaannya saja, but everything!
Demikian Jack Welch and Suzy Welch (Winning, 2005)
SPORT and SOCCER
Malam ini hanya ada 1 partai pertandingan Liga Inggris yang dimainkan, partai tunda (akibat freezing), Sunderland lawan Tottenham Hotspur. United akan maen jam 00.15 WIB melawan Fulham pada partai Quarter Final Piala FA. Chelsea menghadapi kesebelasan divisi rendah Coventy City. Besok ada pertandingan antara Arsenal lawan Burnley dan Everton vs Middlesbrough.
Bagi penyuka Liga Inggris, kedigdayaan United agaknya tidak tertahankan. Dengan total point 65, United unggul 7 angka dari Chelsea dan Liverpool yang sama-sama memiliki angka 58 setelah melakoni 28 pertandingan. Sementara United masih menabung 1 pertandingan sisa (melawan Portsmouth) yang ditunda karena MU bertandingan pada final Piala Carling tanggal 1 Maret lalu melawan Tottenham, dan memang 4-1 melalui adu pinalty.
Dengan sisa pertandingan 10 (plus partai tunda Melawan Portsmouth), club lain akan sangat susah untuk mengejar United, meskipun bisa.
Lihat, hanya ada 2 pertandingan cukup berat, yaitu melawan Liverpool (14 Maret) dan Arsenal (16 Mei), tetapi keduanya dilakukan di Old Trafford, markas besar Manchester United.
14-Mar | United-Liverpool | |
21-Mar | Fulham-United | |
04-Apr | United-Aston Villa | |
11-Apr | Sunderland-United | |
18-Apr | Wigan-United | |
25-Apr | United-Tottenham | |
02-Mei | MiddlesBrou-United | |
09-Mei | United-City | |
16-Mei | United-Arsenal | |
24-Mei | Hull City-United |