Monday, 30 May 2011

Memimpin Tanpa Visi

toto zurianto


Apa yang kita lakukan ketika harga BBM tinggi? Tidak ada! Kini, dengan harga minyak mentah (crude oil) yang mencapai di atas US$100 per barel dan BBM non subsidi dijual seharga Rp 9.250 per liter di SPBU resmi, kita tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Bagi para konsumen, pilihannya tinggal kekuatan, apakah masih mampu mempertahankan mobil yang harus mengkonsumsi BBM non subsidi, atau harus menjualnya dan membeli mobil yang dibolehkan memanfaatkan BBM subsidi seharga Rp4.500 per liter. Atau kita tidakpeduli, tetap membeli BBM bersubsidi untuk mobil mewah kita. Kecuali hanya menghimbau dan mempermalukan, tidak ada yang bisa melarang orang untuk membeli BBM lebih murah itu.
Selain itu, kitapun tetap menunggu sampai dimana ketahanan pemerintah untuk tetap mempertahankan harga murah dari BBM bersubsidi tersebut dengan memberikan subsidi yang jumlahnya semakin besar.
Hanya inilah kemampuan bangsa kita, pemerintah dan juga para pebisnis hebat kita, tidak pernah mencoba untuk memikirkan alternatif lain yang bisa menghantarkan kita keluar dari kemelut BBM yang sekarang bukan lagi menjadi andalan bagi penerimaan negara.
.
Kreatif ketika kesulitan
Kita pernah sangat jaya ketika ekonomi kita bergerak dengan dukungan penuh dari penghasilan migas (minyak dan gas), sekitar tahun 70-an sampai dengan pertengahan tahun 80-an. Lalu ketika harga minyak naik tajam di tahun 1983, dari sekitar US$23 per barel menjadi sekitar US$29, dan kemudian menjadi US$36 per barel di tahun 1986, kita terpaksa melakukan perubahan struktur ekonomi (pemerintah) dari lebih tergantung kepada migas, menjadi ke ekonomi swasta yang didukung oleh pendapatan pajak dengan reformasi perpajakan tahun 1985-86 dan dana masyarakat di perbankan (1986-1988).
Beberapa reformasi perekonomian yang kita lakukan ketika itu adalah dengan melakukan penyempurnaan transaksi arus barang (bea cukai), deregulasi perbankan (1 Juni 1983 dan Pakto 28 Oktober 1988), dan sektor perpajakan.
Lalu setelah itu, kini kitapun bukan lagi tercatat sebagai negara mengekspor migas karena lebih banyak yang diimpor dibandingkan yang diekspor. Tapi apa yang kita lakukan? Cadangan migas kita sama sekali tidak bisa diandalkan. Dulu, produksi minyak bumi mencapai 1,3 juta barel per hari. Kitapun dengan gagahnya bisa mempengaruhi pengaturan quota produksi minyak internasional, khususnya yang menjadi anggota negara pengekspor minyak OPEC. Setelah itu, tidak banyak kreativitas ekonomi yang kita lakukan. Padahal, banyak peluang yang bisa dilakukan ketika harga minyak cenderung terus mahal.
Yang kita ketahui adalah, pertama, harga minyak terus meroket. Dampaknya, harga BBM dalam negeri menjadi meningkat. Tidak ada yang dilakukan pemerintah untuk kasus ini, kecuali, berkeinginan untuk menghabiskan jenis BBM bersubsidi.

Melihat BBM alternatif
Kalau kita hanya menunggu saja, berharap harga minyak internasional turun kembali menjadi di bawah US$70 per barel, maka salah satu akibat yang mengerikan adalah apabila harga minyak justru semakin tinggi. Karena itu, kalau bangsa ini ingin keluar dari permasalahannya, terutama untuk mengatasi krisis BBM,pemimpinnya harus berani mencari alternatif lain untuk suatu penyelesaiannya yang menyeluruh.
Salah satunya seperti yang dilakukan Swedia, tetapi untuk alasan yang berbeda. Swedia tercatat sebaai salah satu negara paling berhasil yang melakukan konversi BBM yang berasal dari fosil yang tidak terbaharukan, menjadi BBM ethanol yang lebih bersahabat dengan lingkungan. Tahun 70-an, negara tersebut, seperti negara lain pada umumnya, lebih banyak memanfaatkan sumber energi fosil yang mencapai 77 persen dari keseluruhan.
Lalu dengan melakukan  transformasi ekonomi yang kuat, pada tahun 2008, mereka mampu menguranginya menjadi hanya 30 persen saja. Ini adalah kemajuan besar, tidak saja bahan energinya yang lebih mudah didapat, juga dampak kehancurannya yang semakin sedikit. Ethanol yang terbuat dari pohon tebu atau cellulose diperkirakan lebih sedikit menimbulkan emisi rumah kaca dibandingkan dengan BBM fosil, tingkat efisiensinya mencapai 85 sampai 90 persen.
Kegiatan yang dimulai oleh segelintir orang ini, mulai-mula berjalan tertatih-tatih. Salah seorang pelopor awalnya, Per Carstedt, mencoba membawa beberapa mobil yang digerakan BBM ethanol dari Brazil ke Swedia. Bersamaan dengan itu merekapun berhasil mempengaruhi sebuah stasiun bahan bakar untuk bisa menjual BBM ethanol.
Selanjutnya semakin banyak kenderaan berpenggerak BBM ethanol yang didatangkan dan semakin banyak pula stasion BBM ethanol yang didirikan di negeri itu. Hanya ada 40 stasion BBM ethanol yang berdiri di tahun 2000 di seluruh Swedia. Lalu meningkat menjadi 100 di tahun 2004, tahun 2005 menjadi 2 kali lebih banyak, lalu 400-an di tahun 2006. Tahun 2007 jumlahnya mencapai 1000 stasiun, atau sudah mencapai sekitar 25 persen dari jumlah seluruh stasion BBM di negara itu (Peter Senge at all, The Necessary Revolution, 2008).
Lalu betapa dahsyatnya kalau apa yang dilakukan Swedia, juga kita jalankan di Indonesia. Betapa mudahnya kita menanam jutaan bahkan milyaran batang pohon yang bisa menghasilkan BBM ethanol yang akan membantu kita untuk memenuhi kebutuhan energi BBM dan menjaga lingkungan agar lebih sehat.

Tantangan Kepemimpinan
Kelemahan utama kita untuk bisa keluar dari kemelut BBM sekaligus hidup dalam lingkungan yang lebih sehat adalah ketidakmampuan kita mendapatkan pemimpin yang memiliki visi ekonomi kuat dan jauh ke depan (visonary leaders). Entah kenapa meskipun memiliki level pendidikan tinggi, tamatan luar negeri, jago mengkalkulasi data, tetapi kita secara umum miskin keberanian. Terutama keberanian untuk menaklukkan tekanan politik yang sangat dahsyat untuk menjalankan proyek maha dahsyat ini.

Bagaimana menjadi yang terbaik

toto zurianto

Good is the enemy of Great! Demikian kata Jim Collins pada chapter pertama bukunya
Good to Great; why some comp[anies make the leap ..... and others don’t! Buku ini selalu menarik untuk dilihat kembali, selalu menjadi refferen bagi para leaders, terutama ketika dia berpikir untuk melakukan perubahan dan perbaikan pada organisasinya.

Good to Great menggambarkan suasana kritis yang selalu harus diambil para eksekutif, kecuali dia tidak peduli atas performance perusahaannya. Anggapan bahwa keadaan kita “sudah baik” adalah musuh utama yang akan menghancurkan perusahaan atau lembaga kita. Sama saja dengan ketika kita sedang melewati “comfort zone”, semuanya menjadi serba tidak terlihat. Kita menjadi tidak waspada karena sedang melewati masa indah dan masa nyaman.
Tidak jarang, banyak masyarakat kita yang berpikir seperti ini. Kenapa pula kita harus melakukan transformasi yang membuat kita menjadi “bersusah-susah”! Kenapa sistem organisasi dan kepegawaian kita harus kita ubah dari pendekatan tertentu yang sudah sangat baik menurut kita menjadi sistem lain yang membuat kita menjadi terkotak-kotak.
Ini adalah salah satu contoh ketika kita menjadi tidak peduli terhadap perubahan. Kita menjadi menikmati kondisi kekinian yang sebenarnya akan menimbulkan staknasi dan kesulitan bagi kita di masa mendatang.
Kita menganggap apa yang kita jalankan sekarang sudah sangat sempurna dan benar. Kita enggan sedikit bersusah untuk mendapatkan gain yang lebih baik setelah bekerja lebih berat.
Kalau demikian pemikiran kita, kapan pula kita bisa merasakan dan menikmati perjalanan organisasi yang paling hebat (the Great), ketika kita selalu merasa sudah sangat puas dengan situasi sekarang yang sebenarnya lama kelamaan akan menjadi tidak berarti apa-apa.
Orang selalu bergerak, perusahaan selalu menjadi lebih maju, dan permintaan stakeholders selalu bergerak ke arah yang lebih complicated, dan orang lain di luar kita, juga selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dibandingkan situasi kemaren.
Karena itu, mentaliti untuk tidak mau berubah dan suka mempertahankan status quo, atau selalu merasa aneh dengan gerakan perubahan untuk menjadi lebih baik, adalah salah satu halangan yang akan membuat kita menjadi ketinggalan kereta.
Sangatlah berbahaya, karena suatu ketika kita menjadi berhenti, tidak bergerak sama sekali, sementara orang lain sudah melesat dua tiga langkah di depan. 
Apakah ini sekedar sebagai suatu kampanye  dari suatu gerakan perubahan? Mari kita lihat, you are the judge and jury. Let the evidence speak!

Thursday, 19 May 2011

Membangun Pemimpin yang Kredibel

toto zurianto


Tidak bisa suatu institusi atau negara, atau pemerintahan, termasuk pemerintahan daerah, yang bisa dibangun tanpa kredibilitas. Bangsa kita adalah salah satu contoh yang memperlihatkan, betapa sulitnya membangun negara ketika kredibilitas yang menjadi prasyarat utama, hilang dan menjauh.
Beberapa kejadian terakhir ini, misalnya dugaan korupsi di Kementerian Keolahragaan, merebaknya dugaan praktek makelar anggaran di kalangan anggota DPR (majalah Tempo, 22 Mei 2011), adalah salah satu cerita yang menunjukkan, hilangnya kredibilitas pada golongan atau kelompok elit yang seharusnya bisa menjadi contoh masyarakat.

Kredibilitas ibarat bank yang sedang rush.
Kehilangan kredibilitas dapat diibaratkan seperti terjadinya rush atas dana masyarakat yang ada di bank pada saat krisis. Seberapapun besarnya akan habis ketika kepercayaan itu runtuh. Kita pernah berpengalaman menyaksikan peristiwa itu. Seperti itulah perumpamaan dari pemimpin yang kehilangan integritas dan kredibilitas. Situasinya seperti sedang “jalan di tempat”. Banyak program tetapi tidak banyak kemajuan. Ada kemajuan tetapi tidak siknifikan dan jauh dari yang diperjanjikan.

Bagaimana mempertahankan Kredibilitas
Salah seorang ahli leadership terkenal, Stephen MR Covey (Speed of Trust) mencatat 4 faktor utama yang harus kita pelihara ketika kita ingin menciptakan bangsa yang kredibel; adanya pemimpin yang memiliki integritas tinggi, adanya kejelasan motif atau agenda dari pemimpinnya tanpa ada yang ditutup-tutupi, orang yang memiliki kompetensi unggul, serta adanya track record para pemimpin atas pencapaian dan prestasinya yang sudah diakui.
Aspek integritas dan kejelasan motif berhubungan dengan character atau perilaku yang harus diuji tanpa ragu. Pemimpin seharusnya adalah orang-orang yang selama bertahun-tahun, sudah teruji integritas dan motivasinya. Di kantor pemerintah, khususnya dalam menetapkan pejabat tinggi pada posisi strategis, haruslah orang yang integritasnya tidak diragukan. Proses rekrutmennya harus dilakukan secara ketat dan tanpa kompromistis.
Warrent Buffet percaya pada 3 hal yang membuat seseorang itu kredibel dan profesional, pertama, integritasnya, artinya jujur dan menunjukan kesan (impresi) yang jujur. Bukan ahli berbasa-basi dan menyembunyikan kebulusan dan akal-akalan. Kedua, memiliki kompetensi teknikal yang hebat. Kalau dia seorang politisi, maka disamping memahami teori dan sejarah perpolitikan, dia juga seorang pembicara yang ulung, mampu menjadi negosiator yang handal, dan memiliki keahlian dalam berkomunikasi. Lalu yang ketiga, memiliki energi dan passionate (hasrat) bekerja yang tinggi. Kalau dia seorang Indonesia, tentunya ditambah lagi dengan sikap kenegarawanan, tidak sekedar mengutamakan kepentingan pribadi, partainya, atau golongannya. Selalu dalam kerangka pembangunan masyarakat Indonesia yang menyeluruh.
Tetapi kata Buffet, kalau anda ternyata tidak mendapatkan orang yang memiliki integritas baik, maka jangan anda silau untuk menerimanya. Karena dua aspek lain, kemampuan teknikal yang hebat dan energi atau passionate yang tinggi, suatu saat akan membuat anda sangat sulit, bahkan bisa membunuh (perusahaan/organisasi) anda!
Jadi, kalau kita ingin membangun bangsa, maka persoalan rekrutmen harus buisa dilakukan secara benar. Jangan cepat terpesona terhadap orang yang kelihatannya hebat, tetapi integritasnya meragukan. Pelajari track recordnya, jangan pernah terpesona oleh pendidikan, atau kekayaannya. Track record adalah bukti pencapaian yang telah disumbangkan sebagai sebuah prestasi. Hal ini perlu kita nilai secara benar. Keduanya, aspek teknikal dan bukti pencapaiannya sangat diperlukan untuk menjamin bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mewujudkan visi. Tanpa ilmu yang memadai, tanpa pengetahuan dan keterampilan yang cukup, maka integritas dan motif yang benar (sehat), tidak bisa bergerak untuk melakukan eksekusi. Kemampuan eksekusi memerlukan pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skills) yang selalu harus diasah. Jangan menunjuk pemimpin asal-asal yang akan membuat kita menjadi semakin sulit.

Penutup
Kredibilitas adalah sebuah pertaruhan masyarakat terhadap bangsanya. Apakah kita sungguh-sungguh ingin membangun bangsa sehingga menjadi kuat dan mampu berdiri secara sehat, atau sebenarnya kita sedang membangun kekuatan sendiri dan untuk kepentingan sendiri. Banyak godaan materiil yang harus ditaklukan.
Kuncinya, pertama, tergantung pada visi para pengambil keputusan. Apakah dia memahami bahwa dia sedang menjalani hidup, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi bagi kepentingan organisasinya, dan negaranya. Aspek krediblitas yang dipayungi oleh karakter yang kuat, tidak bisa dipisah-pisah. Sekali kita memilih untuk menempatkan integritas sebagai pilihan, maka semua sendi kehidupan harus berada pada garis integritas itu.
Tidak bisa, dengan alasan untuk memenangi sesuatu (dan kemudian melakukan hal yang baik dengan  kemenangan itu), tetapi jalannya ditempuh dengan cara-cara yang tidak jujur. Itulah suatu kredibilitas, upaya membangun reputasi melalui integritas, motif yang jelas tanpa hidden agenda, kompetensi teknikal yang memadai, serta track record yang cukup.

Wednesday, 18 May 2011

Korupsi, mari kita perangi!

toto zurianto

Berita Mingguan Tempo pekan ini memuat tentang Calo-Calo Senayan. Kini, para anggota DPR, diduga telah memainkan peran yang luar biasa dalam rangka mendapatkan uang dari penyusunan Anggaran dan pembahasan rancangan undang-undang dengan berbagai pihak. Caranya, dengan menawarkan jasanya ke pihak yang berkepentingan, terutama para Bupati dan Walikota yang menghendaki dana tambahan bagi pembangunan di daerahnya. Tidak heran, banyak Bupati dan Walikota (yang merasa) telah berhutang kepada masyarakat pemilihnya dengan janji-janji politik masa kampanye, terutama berhutang kepada para sponsor/pengusaha yang telah memberikan bantuan untuk mendapatkan dana kampanye yang jumlahnya tidak kecil.

Mengetahui hal ini, diduga banyak legislator yang menawarkan jasanya dengan balasan, bersedia menyetor uang balas jasa yang mencapai sekitar 5-10% dari dana Anggaran yang akan digoal-kan pihak DPR.

Meskipun dibantah, tetapi uraian kasus ini di majalah tersebut, menarik untuk diteliti lebih lanjut oleh pihak yang berkepentingan, terutama Komite Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kasus lain yang diunggkapkan Tempo adalah adanya "tawaran" dari beberapa anggota DPR kepada Eksekutif Perum Peruri yang bisa mengubah beberapa pasal dalam RUU Mata Uang sehingga Peruri diberikan wewenang untuk mencetak uang dan pengadaan bahan kertas uang yang selama ini menjadi wewenang Bank Indonesia.

Ini menyedihkan! Semuanya serba palsu, seolah-olah semua pembahasan adalah dalam rangka keperluan bangsa dan negara agar lebih efisien dan efektif. Tetapi semuanya ternyata  penuh kepalsuan. Siapa yang berani bayar, akan diberikan kemudahan.

Rasanya rakyat Indonesia perlu memberikan perhatian dan tekanan terhadap tingkah "sebagian" anggota DPR yang menjadi calo dan penyebar racun seperti ini. Kita muak, di satu sisi, dia seolah-olah sedang berusaha memperjuangkan kebenaran bagi bangsa kita ini. Tetapi, ternyata, banyak hal yang dilakukan untuk kepentingan pribadi dan partai-partainya. Termasuk kasus paling akhir yang mendapat perhatian masyarakat adalah adanya praktek korupsi di Kementerian Olah Raga dalam rangka pembangunan wisma atlit di Palembang yang diduga telah melibatkan petinggi kementerian itu dan para politisi Senayan.

Saya hanya mengajak, mari kita perangi wabah berbahaya ini. Kita tidak sudi menyaksikan putra-putri terbaik kita hidup di bawah racun yang sangat berbahaya sulit untuk kita basmi. Tidak mungkin kita bisa membangun bangsa ini, kecuali para koruptor kita basmi sampai ke akar-akarnya.

Values Drive Commitment

toto zurianto

Sering kita melihat, betapa sulitnya seseorang untuk memegang ucapannya. Komitmen adalah sesuatu yang selalu mudah untuk diucapkan, tetapi sangatlah sulit untuk dipegang. Kita semakin jarang menemukan orang-orang yang "Walk the Talk".

 
Satu hal yang membuat orang tidak memegang komitmen adalah ketika dia hidup tanpa dipayungi oleh nilai. Nilai-nilai atau values adalah sesuatu yang selalu ingin diketahui oleh seseorang ketika dia berhadapan dengan orang lain. Orang selalu ingin mengetahui, apa yang melatar belakangi seseorang melakukan tindakan tertentu. Kita ingin mengetahui sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang. Atau sesuatu yang membuat dia selalu keep awake, bahkan pada waktu tengah malam. Mereka atau kita ingin mentehaui apa yang mempengaruhi hidup seseorang, yang mempengaruhi attitude-nya.
 
Hanya orang-orang yang bidup pada tatanan nilai yang sama yang bisa kita pegang ucapannya. Kitapun ingin mengetahui apa yang menjadi nilai-nilai yang dianggap penting dan utama bagi atasan kita. Janganlah heran ketika kita melihat betapa banyaknya pemimpin yang amburadul, semuanya karena mereka tidak memegang nilai yang sama (benarnya) dengan yang diyakini oleh banyak orang.
 

Integritas,wajib bagi siapapun!

toto zurianto



Salah satu peristiwa mengejutkan menjelang libur panjang adalah penagkapan Dominique Strauss-Kahn, Direktur Pelaksana IMF oleh polisi New York. Kahn didakwa melakukan kekerasan sexual (sexual harrassment) terhadap seorang wanita pegawai hotel tempatnya menginap, Hotel Sofitel yang bertarif US$3,000 per malam. Selanjutnya dia dibawa ke sebuah sel sempit di penjara Rikers Island New York.
 
Peristiwa ini mengejutkan, bukan saja dia sebagai orang paling penting di dunia keuangan, tetapi tercatat sebagai salah seorang kandidat Presiden Prancis yang cukup potensial untuk menentang Presiden sekarang.
 
Sebagai orang penting, Kahn dan pengacaranya Ben Brafman, menolak tuduhan pengadilan new York tersebut, dan memohon untuk dikeluarkan dengan jaminan sejumlah uang. Tetapi, permintaan tersebut, Senin kemaren ditolah Hakim pengadilan AS. Tentunya ini mengejutkan dan melahirkan banyak issues ketika Kajsa dan Hakim sepakat untuk tetap menahan Kahn sama seperti penjahat narkoba lainnya.
 
Asisten Jaksa Distrik John McConnel mengatakan bahwa, Kahn telah melakukan pelecehan seksual dan berusaha memperkosa korban yang disebutkan sebagai seorang wanita kulit hitam usia 32 tahun asal Afrika.
 
Kita belum tahu akhir dari cerita penting boss IMF tersebut. Pengadilan akan membuktikan apakah Kahn bersalah atau tidak, meskipun yang bersangkutan dan pengacaranya menolak tuduhan itu dan menganggap semuanya sebagai sebuah konspirasi untuk menjatuhkan yang bersangkutan pada pemilu Prancis tahun depan.
 
Tetapi, sebenarnya, cukup banyak cerita miring yang mendampingi sukses karir Dominuque Strauss-Kahn (DSK). Ketika menjabat sebagai Menteri Keuangan Prancis, dia pernah dituduh melakuakn penggelapan properti.  Lalu pada tahun 2002, dituduh memperkosa Tristane Banon, seorang penulis dan wartawan Prancis, tetapi Banon tidak meneruskan kasusnya ke pengadilan.
Di IMF, Dewan Direksi Eksekutif, pernah pula memberikan teguran terhadap DSK atas perilakunya yang tidak pada tempatnya. Dia juga pernah selingkuh dengan Piroska Nagy, istri seorang Analis Ekonomi IMF Mario Blejer, untuk kasus itu dia dituntut untuk meminta maaf ke publik. Media utama Prancis Le Journal du Dimanche menjuluki DSK sebagai seorang Perayu Ulung "le grand seducteur"
 
Bagi IMF, ini adalah skandal besar pada kursis kepemimpinan lembaga keuangan itu. Sementara waktu kursi Kahn diserahkan kepada wakilnya John Lipsky sebagai pejabat sementara Direktur Pelaksana. Hanya menjadi pertanyaan penting dan pembelajaran bagi kita, kalau kita ingin mendapatkan orang terbaik, jangan pernah berdamai dengan Integritas!