Saturday 18 July 2015

Idul Fitri; Bisakah Mohon Maaf dan Memaafkan?

toto zurianto

Idul Fitri selalu ditandai dengan ucapan saling bermaafan. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Kita bersilaturahim, saling berkunjung, atau menelephone, atau BBM, atau sms, atau whatsApp, bahagia dengan ucapan maaf dan memaafkan. Tidak ada yang salah dengan ucapan saling maaf memaafkan. Itu adalah peristiwa baik yang sangat dianjurkan oleh agama.

Tapi sebenarnya untuk saling memaafkan, adalah peristiwa yang biasa, mudah saja melaksanakannya. Karena umumnya kita melakukannya dengan orang-orang yang biasa, sering bertemu dengan kita, sering bertegur sapa, dan tidak mempunyai “persoalan” dalam pergaulan sehari-hari.

Paling susah adalah meminta maaf kepada orang-orang yang tidak menyukai kita. Orang-orang yang kumungkinan sakit hati atas ucapan atau perbuatan kita. Baik ucapan yang benar dan bermanfaat, maupun ucapan yang salah, tidak pantas, dan menyakitkan.  Sehari-hari kita cenderung tidak ingin bersilaturahim dengan orang-orang seperti ini. Kita merasa terlalu tinggi, atau “gengsi” untuk meminta maaf kepada orang-orang yang suka menyakiti atau mempermalukan kita. Atau orang yang sangat suka menentang keinginan kita. Atau orang-orang yang suka mempertanyakan sampai sekecil-kecilnya apa yang menjadi keinginan atau ide kita. Mungkin apa yang kita sampaikan sangat baik dan bermanfaat, tetapi sering sekali, atau ada saja orang yang suka bertanya dan mengkritik. Apakah kita bisa memaafkan atau meminta maaf kepada orang-orang yang kita nilai “sangat menyebalkan” seperti ini?

Inilah ujian dari sebuah persoalan “maaf me-maafkan” ini. Sulit memaafkan orang-orang yang telah menyakitkan kita. Sama sulitnya untuk meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita sakitkan.

Mungkin inilah makna Idul Fitri yang luar biasa. Apabila kita mampu ikhlas untuk meminta maaf, juga memaafkan. Bukan sekedar orang yang sangat dekat dengan kita. Tetapi orang-orang yang tidak terlalu kita sukai, atau orang yang sering menyinggung perasaan kita, orang yang suka menghina, atau mengkritik kita, atau orang yang suka kita permainkan. Kalau Idul Fitri menjadi seperti ini, ini sesuatu yang sangat baik, luar biasa, dan jelas berbeda dengan yang biasanya.



No comments: