toto zurianto
Bulan Ramadhan tidak selamanya indah. Bulan yang penuh rahmah dan memberikan kesempatan bagi umatNya untuk membangun taqwa dan amal sholeh, kini terasa lebih pahit. Khususnya bagi para hakim PTUN Medan, juga bagi Gubernur Sumatera Utara. Lebih-lebih bagi O.C Kaligis, pengacara terkenal, hebat, yang banyak membela client yang tersangkut praktek korupsi, meskipun mungin tidak berpuasa, terpaksa merasakan pahitnya bulan Ramadhan.
O.C. Kaligis ditangkap KPK. Mula-mulai diperiksa, dijadikan tersangka, dan langsung ditahan di Rumah Tahaman KPK di Guntur. Ini sesuatu yang tidak banyak diperkirakan orang. Memang masyarakat sering menaruh perhatian besar terhadap kasus-kasus korupsi. Tentu saja, termasuk kepada OC. Kaligis yang banyak membela client-nya yang tersangkut kasus korupsi. Tentu juga tidak relevan, untuk menyatakan bahwa OC. Kaligis adalah pengacara yang menyetujui praktek korupsi. Seorang pengacara, hanyalah orang biasa yang kebetulan sedang bertugas sebagai pembela. Tidak peduli, apakah yang dibela adalah seorang yang diduga melakukan praktek korupsi atau bukan. Hanya sangatlah menarik mendengar OC. Kaligis yang sangat memahami hal-hal yang diharamkan untuk dilakukan, kini terpaksa harus mendekam, karena dituduh terlibat dalam praktek korupsi.
Lalu Ramadhan kali ini, juga terasa pahit bagi Gatot Pudjo Nugroho, Gubernur Provinsi Sumatera Utara yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur. Ketika menjabat Wakil Gubernur, Pujo promosi menggantikan Gubernur sebelumnya yang juga ditangkap KPK dan menjadi terhukum praktek korupsi. Kita belum tahu apakah Pujo terlibat pada praktek korupsi atau tidak. Yang jelas dia bersama seorang Perempuan, telah dicegah untuk bepergian ke luar negeri.
Semuanya masih pada tahap pendalaman materi. Termasuk apa yang dialami oleh para Hakim PTUN yang tertangkap tangan KPK. Masyarakat masih menunggu bagaimana perkembangan kasus ini selanjutnya. Hanya ada concern mengenai praktek penyelenggaraan pemerintah di daerah yang syarat dengan praktek yang anti governance. Kini belum belajar banyak dari banyak peristiwa. Kita masih asyik dan berpikir semuanya masih bisa dikendalikan sebagaimana di waktu yang lalu. Kini semuanya sudah berubah. Semuanya tidak bisa diatur secara semena-mena. Ada batasan dan ada aturan.
Seperti juga Ramadhan. Kita berharap apa yang dilakukan sepanjang bulan Ramadhan menjadi rahmat dan faedah yang membawa umatnya menjadi lebih taqwa. Semoga kepahitan Ramadhan bagi kita, bisa menjadi pelajaran untuk selalu lebih baik. Lebih Taqwa, dan Lebih takut melakukan praktek korupsi, praktek kolusi dan praktek nepotisme.
No comments:
Post a Comment