toto zurianto
Hari ini, Jum’at 24 September 2010, akhir pekan ini, tiba-tiba saja aku memperhatikan kalender meja dan mulai menghitung, tidak sampai 100 hari lagi, tepatnya hanya 98 hari lagi, maka tahun 2010 akan kita tinggalkan. Lalu kita akan memasuki tahun 2011. Rasanya cepat sekali waktu berlalu, meskipun, sebenarnya hitungannya relatif sama saja dengan waktu-waktu sebelumnya. Sering perasaan kita dipengaruhi oleh situasi yang kita alami. Kalau masih ada hal-hal yang belum kita jalankan, atau perjalanannya terasa sangat lambat, kita serta merta menyalahi waktu. Sudah akhir tahun, kenapa masih banyak hal yang belum kita jalankan. Kenapa berbagai rencana yang sebenarnya terlihat mudah pada waktu direncanakan, tetapi begitu sulit ketika akan dijalankan. 98 hari lagi tidak banyak yang bisa kita lakukan. Kitapun sudah tahu, ada hal-hal yang pasti dapat kita wujudkan (pasti secara relatif), tetapi ada hal-hal yang semakin menjauh dan dapat kita prediksikan, akan sulit untuk direalisasikan.
Beberapa berita yang hangat di tanah air pada akhir-akhir ini adalah;
Pertama, keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang setuju dengan gugatan Yusril Ihza Mahendra, mantan Menteri Kehakiman yang menggugat keabsahan Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung. Hendarman dinyatakan tidak sah lagi sebagai Jaksa Agung Indonesia sejak uji materi jabatan tersebut ditetapkan MK. Meskipun keputusan ini lahir dari lembaga peradilan resmi mengenai sengketa-sengketa konstitusi, tetap saja melahirkan silang pendapat yang intinya “tidak mengakui” keputusan MK dan berpendapat, Hendarman Supandji tetap sah sebagai Jaksa Agung selama Presiden belum mengeluarkan Kepres pencopotannya.
Lalu dari sisi Yusril Ihza, saya belum memahami, apakah tujuannya mengusulkan uji materi jabatan Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung hanya ingin meluruskan penerapan konstitusi di Indonesia, atau menduga, dengan ketidaksahan Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung akan menyebabkan seluruh proses hukum yang dilakukan (Kejaksaan Agung) terhadap Yusril Ihza atas tuduhan korupsi pengadaan SISMINBAKUM akan batal demi hukum. Kita tunggu saja perkembangan dan akhir dari episode ini, Kita hanya berharap, mari memperbaiki sistem dan praktek hukum yang terasa belum baik di Indonesia. Jangan sampai perjalanan pahit yang menyebabkan hukum sangat mudah diperjual-belikan dan dipolitisasi, menjadi tetap abadi dan tidak mampu kita hilangkan.
Kedua, Presiden Obama akan ke Indonesia. Demikian dikatakan Obama pada sidang Majelis Umum PBB di New York kemaren. Tentu saja bagi masyarakat Indonesia berita ini, cenderung menjadi bukan berita yang masih belum diterima kebenarannya. Barrack Obama sudah pernah membatalkan kunjungannya ke Indonesia, bahkan sebanyak 2 kali meskipun dengan persiapan yang sudah sangat matang. Walaupun kunjungan Presiden Amerika Serikat tersebut memiliki arti sangat penting bagi perkembangan global dan bagi Ekonomi dan Politik Indonesia, tetap saja, semuanya belum terlalu disambut secara serius.
Apakah hal ini akibat ketidakhadiran Presiden SBY di KTT ASEAN-US yang akan dilaksanakan hari ini di New York dimana pada pertemuan itu Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden Boediono, tidak seorangpun yang tahu. Kitapun tidak bisa langsung menyimpulkan, bahwa pembatalan kunjungan Obama ke Indonesia sebanyak 2 kali adalah akibat Obama tidak memandang Indonesia sebagai bagian penting bagi Amerika dan dunia. Banyak alasan yang dikemukakan pihak AS yang tentunya, semuanya perlu disikapi secara lebih baik. Semoga pada rencana kunjungan sebelum akhir tahun ini, benar-benar akan terealisir, bukan sekedar statement yang akan membuat bangsa Indonesia menjadi semakin tidak mengerti terhadap Amerika Serikat.
Ketiga, berita penggantian beberapa pejabat tinggi, terutama Kepala Polisi Negara (KAPOLRI), Panglima TNI, Ketua KPK, disamping Jaksa Agung. Kapolri Bambang Hendarso Danuri (BHD) akan dibanti dalam waktu dekat, dan beberapa nama yang mencuat adalah Komisaris Jendral Polisi Nanan Sukarnan, KomjenPol Imam Sudjarwo (baru dipromosikan menjadi Komjend), dan Irjen Polisi Oegroseno yang saat ini menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara. Banyak harapan yang memperlihatkan concern masyarakat yang sangat tinggi terhadap jabatan Kapolri ini. Masyarakat berharap Kapolri yang baru mampu dan semangat menjalankan program reformasi di tubuh institusi Kepolisian itu. Tentu saja, jangan sampai kita mendapatkan Kepala Polisi Negara yang memiliki rekening gendut dalam jumlah yang tidak pernah kita bayangkan.
Keempat, bagaimana jabatan Panglima TNI? Kenapa ternyata jabatan Panglima TNI tidak terlalu memunculkan banyak diskusi di masyarakat? Tidak ada yang berbicara mengenai sosok kandidat Panglima TNI. Juga tidak ada yang tertarik untuk membicarakan Reformasi di tubuh TNI. Seolah semuanya menganggap TNI sudah berjalan sesuai track-nya dan sepertinya semuanya sudah setuju untuk memilih Laksamana TNI Agus Suhartono sebagai Panglima TNI yang baru.
Kelima, paling penting adalah jabatan Ketua KPK. Ini posisi yang sangat penting. Penetapan Ketua KPK akan memperlihatkan, apakah kita masih concern terhadap upaya pemberantasan korupsi, atau justru kita mulai coba-coba untuk melindungi koruptor dengan berbagai alasan. Kita, masyarakat, hanya bisa berharap, jangan sampai program anti korupsi menjadi hilang ditelan bumi. Jangan sampai negara kita kembali harus kehilangan moment untuk menghilangkan atau mengurangi korupsi yang sudah menggurita dan susah dibrantas.
Dua calon yang sudah diusulkan untuk mengikuti Fit and Proper Test di DPR adalah Bambang Widjanarko dan Busjro Muqaddas. Ini adalah calon-calon terbaik yang selama ini dinilai memiliki komitmen tinggi untuk memberantas korupsi dan tidak mempunyai kepentingan pribadi yang bisa mengurangi independensinya.
Untuk KPK, kita perlu meniru Singapore yang mampu menjadi negara dengan tingkat korupsi yang paling kecil di dunia. Meskipun negara-negara tetangga disekelilingnya masih dihantui oleh perbuatan korupsi, Singapore tetap lahir sebagai contoh yang perlu kita pelajari. Kenapa mereka bisa? Apa yang akan kita lakukan dalam 98 hari ke depan? Hampir semua hal yang menjadi isu penting, ternyata aktivitas dan concern dalam menetapkan pemimpin bangsa.
Siapa yang pantas dan perlu didukung untuk mengendalikan lembaga-lembaga vital negara? Ya, kriterianya relatif sama. Seorang Pemimpin, atau pejabat tinggi negara yang kita inginkan terutama, bahwa mereka adalah orang-orang yang mampu melakukan proses perubahan (change management) yang sehari-harinya ditopang oleh perilaku (behavior) yang bersikap independen yang bebas dari berbagai kepentingan. Pemimpin yang kita harapkan, harus mempunyai visi kuat (visionary leadership) yang disertai oleh kemampuan dan keberanian (capable and courage) untuk mewujudkan visi. Dia sekaligus orang yang tidak tamak harta dan tidak mengejar popularitas. Dialah pemimpin yang memiliki kerendahan hati (humble), sekaligus mampu membimbing orang untuk menjadi pemimpin masa depan.
CHANGE and Leadership mengundang teman dan sahabat untuk sharing pengetahuan, informasi, atau hiburan dalam rangka memperluas wawasan dan persahabatan! CHANGE and Leadership tidak membatasi peminat pada suatu bidang keilmuan atau minat tertentu. CHANGE and Leadership adalah forum lintas pengetahuan, bisa digunakan untuk mengulas hal-hal yang berhubungan dengan praktek kepemimpinan, manajemen, SDM, sosial, ekonomi, dan politik, juga bagi penggemar sport, sastra, musik, kuliner, dan travel!
Friday, 24 September 2010
Wednesday, 22 September 2010
Menghilangkan Hambatan Birokrasi
toto zurianto
Birokrasi yang muncul sejal zamannya Max Weber, bertujuan untuk memperlancar pekerjaan, terutama pada organisasi pemerintah yang syarat pekerjaan dan banyak orangnya.
Pada perkembangannya, selanjutnya birokrasi banyak dikecam karena cenderung menghambat dan memperlama proses pekerjaan. Karena itu, munculah ide untuk memperbaiki proses bisnis pada perusahaan negara atau perusahaan swasta besar yang sudah menggurita. Tujuannya menghilangkan hambatan birokrasi yang membuat pekerjaan dan proses pengambilan keputusan berjalan tersendat.
Adalah Jack Welch salah satu penggagas utama era manajemen modern untuk menghilangkan hambatan birokrasi. Birokrasi tidak bisa ditolerir dan karena itu harus dihilangkan. Karena birokrasi, bagi Welch adalah sesuatu yang mubazir (waster), memperlama proses pengambilan keputusan, adanya persetujuan yang tidak diperlukan yang kesemuanya bisa menyumbang kepada hancurnya semangat kompetitif dari organisasi. Jack Welch telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menghilangkan hambatan birokrasi di general Electric (GE).
Selalu berusaha melakukan simplifikasi, membuang hal-hal yang kompleks yang tidak bermanfaat, dan mengurangi formalitas, demikian kata Jack Welch, ketika ditanya apa yang akan dilakukannya dalam menghadapi hambatan birokrasi.
Secara lebih tegas, ada 3 hal yang selalu harus dijalankan (lihat, Jeffrey A. Krames, The Welch Way, page 6);
Hilangkan pekerjaan yang tidak diperlukan (drop unnecessary work). Pemimpin dalam suatu organisasi, senantiasa harus melakukan kajian terhadap banyaknya aturan (rules) yang sudah dijalankan bertahun-tahun. Lihat kembali, apakah memang diperlukan, atau hanya menjadi asesoris. Atau persetujuan (atasan) yang sebenarnya tidak diperlukan lagi. Pada zaman teknologi dan dengan leadership yang kuat, hendaknya approval tidak dilakukan berulang-ulang untuk suatu pekerjaan yang sama atau bernilai relatif rendah.
Senantiasa memperbaiki proses pengambilan keputusan sehingga bisa lebih cepat (work with colleagues to streamline decision making). Jangan sampai kita suka mengekor apa yang sudah dilakukan oleh orang sebelumnya. Lihat betapa banyaknya pekerjaan kita yang menjadi “warisan masa lalu” sehingga kita tidak mengetahui, apa manfaatnya dan kenapa kita melakukan dengan cara itu? Ini bagian dari business process reengineering (BPR) untuk
Ciptakan suasana kerja yang lebih informal (make your workplace more informal). Pemimpin sekarang, perlu lebih dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya, agar tercipta suatu team work yang kuat dimana setiap orang mampu memberikan kontribusi maksimal, pemimpin bisa memantau anak buah secara cepat, dan banyak gagasan yang bisa didiskusikan secara cepat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan suasana kerja yang membuat semua orang tidak malas untuk mengungkapkan gagasan dan kritikannya. Sangat besar potensi yang ada disekeliling kita. Kalau suasana kerja tidak kondusif, maka bukan saja akan membuat orang menjadi enggan melahirkan yang terbaik dari dirinya, tetapi sekaligus akan menjadi sangat demotivated dan disenggaged.
Birokrasi memang diperlukan bagi perusahaan atau organisasi besar. Tetapi, janganlah kita pernah berhenti untuk menghilangkan sifat birokratis yang sangat menghambat.
Birokrasi yang muncul sejal zamannya Max Weber, bertujuan untuk memperlancar pekerjaan, terutama pada organisasi pemerintah yang syarat pekerjaan dan banyak orangnya.
Pada perkembangannya, selanjutnya birokrasi banyak dikecam karena cenderung menghambat dan memperlama proses pekerjaan. Karena itu, munculah ide untuk memperbaiki proses bisnis pada perusahaan negara atau perusahaan swasta besar yang sudah menggurita. Tujuannya menghilangkan hambatan birokrasi yang membuat pekerjaan dan proses pengambilan keputusan berjalan tersendat.
Adalah Jack Welch salah satu penggagas utama era manajemen modern untuk menghilangkan hambatan birokrasi. Birokrasi tidak bisa ditolerir dan karena itu harus dihilangkan. Karena birokrasi, bagi Welch adalah sesuatu yang mubazir (waster), memperlama proses pengambilan keputusan, adanya persetujuan yang tidak diperlukan yang kesemuanya bisa menyumbang kepada hancurnya semangat kompetitif dari organisasi. Jack Welch telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menghilangkan hambatan birokrasi di general Electric (GE).
Selalu berusaha melakukan simplifikasi, membuang hal-hal yang kompleks yang tidak bermanfaat, dan mengurangi formalitas, demikian kata Jack Welch, ketika ditanya apa yang akan dilakukannya dalam menghadapi hambatan birokrasi.
Secara lebih tegas, ada 3 hal yang selalu harus dijalankan (lihat, Jeffrey A. Krames, The Welch Way, page 6);
Hilangkan pekerjaan yang tidak diperlukan (drop unnecessary work). Pemimpin dalam suatu organisasi, senantiasa harus melakukan kajian terhadap banyaknya aturan (rules) yang sudah dijalankan bertahun-tahun. Lihat kembali, apakah memang diperlukan, atau hanya menjadi asesoris. Atau persetujuan (atasan) yang sebenarnya tidak diperlukan lagi. Pada zaman teknologi dan dengan leadership yang kuat, hendaknya approval tidak dilakukan berulang-ulang untuk suatu pekerjaan yang sama atau bernilai relatif rendah.
Senantiasa memperbaiki proses pengambilan keputusan sehingga bisa lebih cepat (work with colleagues to streamline decision making). Jangan sampai kita suka mengekor apa yang sudah dilakukan oleh orang sebelumnya. Lihat betapa banyaknya pekerjaan kita yang menjadi “warisan masa lalu” sehingga kita tidak mengetahui, apa manfaatnya dan kenapa kita melakukan dengan cara itu? Ini bagian dari business process reengineering (BPR) untuk
Ciptakan suasana kerja yang lebih informal (make your workplace more informal). Pemimpin sekarang, perlu lebih dekat dengan orang-orang yang dipimpinnya, agar tercipta suatu team work yang kuat dimana setiap orang mampu memberikan kontribusi maksimal, pemimpin bisa memantau anak buah secara cepat, dan banyak gagasan yang bisa didiskusikan secara cepat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan suasana kerja yang membuat semua orang tidak malas untuk mengungkapkan gagasan dan kritikannya. Sangat besar potensi yang ada disekeliling kita. Kalau suasana kerja tidak kondusif, maka bukan saja akan membuat orang menjadi enggan melahirkan yang terbaik dari dirinya, tetapi sekaligus akan menjadi sangat demotivated dan disenggaged.
Birokrasi memang diperlukan bagi perusahaan atau organisasi besar. Tetapi, janganlah kita pernah berhenti untuk menghilangkan sifat birokratis yang sangat menghambat.
Wednesday, 15 September 2010
Makanan Mandailing
toto zurianto
Kalau anda berkunjung ke Medan kini, tidaklah sulit untuk mendapatkan makanan khas Mandailing, salah satu Suku Batak yang umumnya bermukim di Tapanuli Selatan, di sekitar kota Padang Sidempuan, Panyabungan, Kotanopan, dan sekitarnya.
Banyak restaurant khusus yang menyajikan menu khas Mandailing, antara lain Gulai Ikan Sale (Ikan Asap), Ikan Asap Balado, Daun Ubi Tumbuk, atau Anyang Ayam. Rasanya, jelas sodap dan lozat!
Salah satu restaurant Mandailing yang sederhana tetapi banyak diminati, terletak di Kawasan Glugur, sekitar 2 Kilometer dari Lapangan Merdeka ke arah Pelabuhan Belawan. Namanya Tapsel Medina.
Kalau anda berkunjung ke Medan kini, tidaklah sulit untuk mendapatkan makanan khas Mandailing, salah satu Suku Batak yang umumnya bermukim di Tapanuli Selatan, di sekitar kota Padang Sidempuan, Panyabungan, Kotanopan, dan sekitarnya.
Banyak restaurant khusus yang menyajikan menu khas Mandailing, antara lain Gulai Ikan Sale (Ikan Asap), Ikan Asap Balado, Daun Ubi Tumbuk, atau Anyang Ayam. Rasanya, jelas sodap dan lozat!
Salah satu restaurant Mandailing yang sederhana tetapi banyak diminati, terletak di Kawasan Glugur, sekitar 2 Kilometer dari Lapangan Merdeka ke arah Pelabuhan Belawan. Namanya Tapsel Medina.
Tuesday, 7 September 2010
Pemimpin Harus Berani
toto zurianto
Kenapa pemimpin harus memiliki keberanian atau courage? Karena pemimpin tidak sama dengan Manajer yang sehari-harinya bertugas menjalankan SOP dan memantau bagaimana bawahannya sudah menjalankan SOP tersebut. Pemimpin, atau Leader adalah orang yang diharapkan mampu menjamin terjadinya proses perubahan, change management.
Pemimpin bukan mengulang kegiatan, seperti yang dilakukan pada waktu sebelumnya. Tetapi menjalankan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
Karena itu, Pemimpin adalah menjalankan tugas yang sangat berat, sesuatu yang harus diukur melalui visi dan keberaniannya. Karena itu, menjadi Presiden atau Kepala Polri, atau Direktur BUMN, atau sebagai seorang Menteri, harus setidaknya memenuhi 2 aspek utama, yaitu memiliki visi kuat yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya, dan adanya keberanian, atau courage untuk mewujudkan visi tersebut.
Seperti Gubernur DKI misalnya, yang kita harapkan bukanlah kemampuannya melakukan penertiban pedagang kaki lima, atau menertibkan lalu lintas, tetapi bagaimana dalam 5 tahun, Jakarta seudah memiliki MRT. Kenapa? Karena itulah impian yang diidam-idamkan oleh penduduk Jakarta.
Penduduk Jakarta bukan menginginkan pertambahan Mall atau Pusat Perbelanjaan, tetapi bagaimana menghadirkan Mal-mal yang menyebar ke luar Jakarta dengan lalu lintas yang mudah dan teratur.
Soal visi dan keberanian mewujudkan visi, adalah tantangan kepemimpinan kita dewasa ini. Sering proses pencarian pemimpin tidak diikuti oleh pemaparan visi yang bisa diwujudkan secara konkret. Banyak sekali visi yang terlihat sumir dan cenderung mengawang-awang, apalagi tanpa ukuran yang jelas. Karena itu, pemimpin adalah bagaimana seseorang memiliki keberanian mewujudkan mimpinya (visinya) dalam perhitungan yang konkrit dan masuk akal, sehingga bisa dijalankan.
Kenapa pemimpin harus memiliki keberanian atau courage? Karena pemimpin tidak sama dengan Manajer yang sehari-harinya bertugas menjalankan SOP dan memantau bagaimana bawahannya sudah menjalankan SOP tersebut. Pemimpin, atau Leader adalah orang yang diharapkan mampu menjamin terjadinya proses perubahan, change management.
Pemimpin bukan mengulang kegiatan, seperti yang dilakukan pada waktu sebelumnya. Tetapi menjalankan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
Karena itu, Pemimpin adalah menjalankan tugas yang sangat berat, sesuatu yang harus diukur melalui visi dan keberaniannya. Karena itu, menjadi Presiden atau Kepala Polri, atau Direktur BUMN, atau sebagai seorang Menteri, harus setidaknya memenuhi 2 aspek utama, yaitu memiliki visi kuat yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya, dan adanya keberanian, atau courage untuk mewujudkan visi tersebut.
Seperti Gubernur DKI misalnya, yang kita harapkan bukanlah kemampuannya melakukan penertiban pedagang kaki lima, atau menertibkan lalu lintas, tetapi bagaimana dalam 5 tahun, Jakarta seudah memiliki MRT. Kenapa? Karena itulah impian yang diidam-idamkan oleh penduduk Jakarta.
Penduduk Jakarta bukan menginginkan pertambahan Mall atau Pusat Perbelanjaan, tetapi bagaimana menghadirkan Mal-mal yang menyebar ke luar Jakarta dengan lalu lintas yang mudah dan teratur.
Soal visi dan keberanian mewujudkan visi, adalah tantangan kepemimpinan kita dewasa ini. Sering proses pencarian pemimpin tidak diikuti oleh pemaparan visi yang bisa diwujudkan secara konkret. Banyak sekali visi yang terlihat sumir dan cenderung mengawang-awang, apalagi tanpa ukuran yang jelas. Karena itu, pemimpin adalah bagaimana seseorang memiliki keberanian mewujudkan mimpinya (visinya) dalam perhitungan yang konkrit dan masuk akal, sehingga bisa dijalankan.
Saturday, 4 September 2010
The Culture of Discipline
toto zurianto
George Rahtmann menyadari bahwa fungsi utama dari birokrasi adalah untuk mengatasi adanya Pegawai yang tingkat kompetensinya cukup rendah dengan disiplin kerja yang kurang baik (hal 121). Seandainya pada organisasi anda, anda memiliki orang-orang yang sangat kompeten dan telah diduduki pada tempat yang sesuai (the Right People on the Right Place), maka birokrasi menjadi tidak diperlukan.
Sebenarnya banyak peraturan yang sangat birokratik yang diciptakan, semata-mata akibat adanya sejumlah orang yang tidak professional dan ditepatkan pada posisi yang salah (because of the wrong people on the bus).
Adanya orang-orang yang kurang pas penempatannya (the wrong people on the bus), membuat organisasi menjadi tidak nyaman, roda perjalanannya menjadi terganggu. Sebagian orang-orang yang lebih kompeten (the right people on the bus) terpaksa harus melaksanakan pekerjaan orang lain.
Apalagi apabila kebijakan reward-nya kurang atau tidak memberikan perbedaan antara pegawai yang lebih berprestasi dengan Pegawai yang biasa-biasa saja. Lama kelamaan Pegawai yang terbaik menjadi tersingkirkan yang akibatnya akan membuat semakin banyak lagi “the wrong people on the bus” yang yang membuat birokrasi menjadi semakin meningkat untuk mengatasi orang-orang yang tidak kompeten dan kurang disiplin.
Demikian seterusnya perkembangan birokrasi yang sering menjadi sulit untuk dikendalikan.
George Rahtmann menyadari bahwa fungsi utama dari birokrasi adalah untuk mengatasi adanya Pegawai yang tingkat kompetensinya cukup rendah dengan disiplin kerja yang kurang baik (hal 121). Seandainya pada organisasi anda, anda memiliki orang-orang yang sangat kompeten dan telah diduduki pada tempat yang sesuai (the Right People on the Right Place), maka birokrasi menjadi tidak diperlukan.
Sebenarnya banyak peraturan yang sangat birokratik yang diciptakan, semata-mata akibat adanya sejumlah orang yang tidak professional dan ditepatkan pada posisi yang salah (because of the wrong people on the bus).
Adanya orang-orang yang kurang pas penempatannya (the wrong people on the bus), membuat organisasi menjadi tidak nyaman, roda perjalanannya menjadi terganggu. Sebagian orang-orang yang lebih kompeten (the right people on the bus) terpaksa harus melaksanakan pekerjaan orang lain.
Apalagi apabila kebijakan reward-nya kurang atau tidak memberikan perbedaan antara pegawai yang lebih berprestasi dengan Pegawai yang biasa-biasa saja. Lama kelamaan Pegawai yang terbaik menjadi tersingkirkan yang akibatnya akan membuat semakin banyak lagi “the wrong people on the bus” yang yang membuat birokrasi menjadi semakin meningkat untuk mengatasi orang-orang yang tidak kompeten dan kurang disiplin.
Demikian seterusnya perkembangan birokrasi yang sering menjadi sulit untuk dikendalikan.
Management By Walking Around
toto zurianto
Apa aktivitas manajer paling banyak ketika dia menduduki posisi tinggi, misalnya sebagai Direktur atau CEO? Pertama menghadiri meeting (rapat), dan Kedua, menerima tamu dengan berbagai kepentingan, dan Ketiga, pergi ke luar kantor, mungkin menghubungi client, atau sekedar bersilaturahim untuk mendapatkan balasan yang setimpal.
Sementara, ketika mereka berada di ruang kerja mereka, maka kegiatan utamanya adalah menyelesaikan dokumen yang (sudah) bertumpuk.
Situasi seperti ini telah menyebabkan para manajer kehilangan waktunya untuk melakukan komunikasi dengan orang-orang yang ada di dalam organisasi sendiri. Ini adalah keadaan yang sangat potensial, menghambat upaya organisasi mewujudkan sasaran secara lebih baik. Banyak kehilangan yang seharusnya bisa dicegah apabila para manajer mulai menyusun prioritas untuk tidak lagi harus menghadiri seluruh meeting yang sebenarnya sebagiannya perlu dan bisa didelegasikan.
Kesempatan-kesempatan untuk bertemu dengan para bawahan, bukanlah suatu aktivitas yang bisa dilakukan secara sambil lalu, misalnya sekedar melalui telephone atau dengan catatan disposisi. Para manajer perlu selalu mempelajari peristiwa apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan pekerjaan bawahannya setiap saat.
Para manajer pelu mengetahui proyek-proyek apa yang sedang dikerjakan bawahannya, dan bagaimana pencapaiannya.
Juga, bagaimana para bawahan melakukan pekerjaannya, kemungkinan ada diantaranya yang benar-benar memberikan kontribusi yang luar biasa dan sangat pantas untuk dipuji dan dihargai.
Kehadiran manajer, juga diperlukan untuk memberikan coaching ketika para bawahan ternyata sedang mengalami kondisi yang kurang baik yang memerlukan jalan keluar yang sangat mungkin bisa diberikan oleh atasan.
Jadi, keterlibatan manajer yang lebih banyak terhadap pelaksanaan tugas bawahannya dan memperhatikan cara bawahannya bekerja, merupakan tuntutan yang dewasa ini, menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Inilah yang dikenal dengan istilah Management by Walking Around, atau MBWA sebagaimana yang dikatakan Peter Barron Stark dan Jane Flaherty dalam buku mereka The Only Leadership Book You’ll Ever Need, halaman 120.
Apa aktivitas manajer paling banyak ketika dia menduduki posisi tinggi, misalnya sebagai Direktur atau CEO? Pertama menghadiri meeting (rapat), dan Kedua, menerima tamu dengan berbagai kepentingan, dan Ketiga, pergi ke luar kantor, mungkin menghubungi client, atau sekedar bersilaturahim untuk mendapatkan balasan yang setimpal.
Sementara, ketika mereka berada di ruang kerja mereka, maka kegiatan utamanya adalah menyelesaikan dokumen yang (sudah) bertumpuk.
Situasi seperti ini telah menyebabkan para manajer kehilangan waktunya untuk melakukan komunikasi dengan orang-orang yang ada di dalam organisasi sendiri. Ini adalah keadaan yang sangat potensial, menghambat upaya organisasi mewujudkan sasaran secara lebih baik. Banyak kehilangan yang seharusnya bisa dicegah apabila para manajer mulai menyusun prioritas untuk tidak lagi harus menghadiri seluruh meeting yang sebenarnya sebagiannya perlu dan bisa didelegasikan.
Kesempatan-kesempatan untuk bertemu dengan para bawahan, bukanlah suatu aktivitas yang bisa dilakukan secara sambil lalu, misalnya sekedar melalui telephone atau dengan catatan disposisi. Para manajer perlu selalu mempelajari peristiwa apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan pekerjaan bawahannya setiap saat.
Para manajer pelu mengetahui proyek-proyek apa yang sedang dikerjakan bawahannya, dan bagaimana pencapaiannya.
Juga, bagaimana para bawahan melakukan pekerjaannya, kemungkinan ada diantaranya yang benar-benar memberikan kontribusi yang luar biasa dan sangat pantas untuk dipuji dan dihargai.
Kehadiran manajer, juga diperlukan untuk memberikan coaching ketika para bawahan ternyata sedang mengalami kondisi yang kurang baik yang memerlukan jalan keluar yang sangat mungkin bisa diberikan oleh atasan.
Jadi, keterlibatan manajer yang lebih banyak terhadap pelaksanaan tugas bawahannya dan memperhatikan cara bawahannya bekerja, merupakan tuntutan yang dewasa ini, menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Inilah yang dikenal dengan istilah Management by Walking Around, atau MBWA sebagaimana yang dikatakan Peter Barron Stark dan Jane Flaherty dalam buku mereka The Only Leadership Book You’ll Ever Need, halaman 120.
Leadership Relationship Challenge!
toto zurianto
Benar bahwa salah satu tugas berat seorang pemimpin adalah bagaimana mencari kesempatan ditengah persaingan pasar yang semakin tajam, bagaimana visinya mampu dilaksanakan dan mengatasi ketatnya persaingan. Tetapi, tidak pernah ada kegiatan yang bisa memenangkan persaingan pasar tanpa didukung oleh orang-orang hebat dan team work yang kuat. Inilah peran penting seorang Leaders, membuat orang-orang dan tim-tim yang berbeda bisa menghasilkan irama kerja yang serasi dan harmonis.
Seperti kata Dave Ulrich (2010), "Great Leaders help employees build skills for professional friendships between people and among teams".
Benar bahwa salah satu tugas berat seorang pemimpin adalah bagaimana mencari kesempatan ditengah persaingan pasar yang semakin tajam, bagaimana visinya mampu dilaksanakan dan mengatasi ketatnya persaingan. Tetapi, tidak pernah ada kegiatan yang bisa memenangkan persaingan pasar tanpa didukung oleh orang-orang hebat dan team work yang kuat. Inilah peran penting seorang Leaders, membuat orang-orang dan tim-tim yang berbeda bisa menghasilkan irama kerja yang serasi dan harmonis.
Seperti kata Dave Ulrich (2010), "Great Leaders help employees build skills for professional friendships between people and among teams".
Subscribe to:
Posts (Atom)