Thursday, 29 September 2016

Hillary dan Trump; Pilih Siapa?

toto zurianto

Debat calon Presiden negara Adidaya Amerika Serikat antara Hillary Clinton dengan Donald Trump menark perhatian masyarakat seluruh dunia. Tidk hanya bagi orang Amerika, tetapi kiita juga di Indonesia telah memberikan perhatian yang sama. tetapi, Menurut CNN, dengan berbagai alasan, apakah karena persiapannya sangat maksimal, atau memang karena memiliki pengalaman yang luas, sebagai Menteri Luar Negeri Amerika dan sebagai Ibu negara, Hillary dinilai telah memperoleh hasil yang lebih baik. Sekitar 62% responden menganggap Hillary memenangkan debat pertama, sedangkan Trump mendapatkan dukungan 27%. Hillary dinilai unggul pada bidang kebijakan luar negeri, penanganan terorisme. Sedangkan dalam hal kebijakan ekonomi, keduanya dinilai cukup berimbang.
Sementara itu, menurut pooling CNBC, calon Partai Demokrat ini meraup 61% suara dibandingkan 39% untuk Trump. Sejumlah analis juga menyebutkan pamor milyader properti dan hiburan tersebut, belum surut. Tetapi, “semua tahu bahwa Clinton cukup cerdas”. Trump tidak cukup bagus. Dia kelihatan kurang berhasil memenangkan pertarungan malam itu. Hillary bagus, tetapi masih memerlukan usaha besar untuk memenangkan kursi Presiden.
Pada debat pertama dari 3 debat yang direncanakan, kedua kandidat terlihat saling serang dan berbalas kritik yang saling menohok dan tajam. Tentu saja, Hillary menyebut Trump sebagai orang yang cenderung rasis, seksisme, dan tidak jujur serta berusaha menghindari pembayaran pajak ke negara.

Perjalanan masih panjang. Masih ada 2 sesi debat lagi di depan. Tetapi bagi Trump yang terlihat berusaha lebih menekan lawannya, banyak hal yang harus diperbaikinya. Masyarakat Amerika rasanya masih belum terlalu siap menghadapi model kepemimpinan yang suka nyeleneh ala Donald Trump. Peradaban kepemimpinan masih memerlukan tata cara dan sikap diplomatis yang santun. Sesuatu yang sudah dimiliki Hillary, dan selalu diejek Trump sebagai cara yang lembek dan tidak pantas bagi seorang Presiden. Apalagi Trump cenderung sangat saka menganggap remeh orang lain, merendahkan perempuan (karena dinilai mempunyai fisik yang lemah), serta menganggap orang kulit putih lebih superior dibandingkan orang lain.

Apakah sesi debat selanjutnya akan berbeda? Kita tunggu respon kubu Trump, tetap mempertahankan gaya kepemimpinan urakan dan menganggap dirinya sudah hebat, atau berusaha untuk lebih humble dan menjalin persaudaraan. Let’see. Kitapun tidak perlu hanya terpukau dengan Pilkada DKI yang cukup hangat dan melahirkan pertentangan internal yang tajam.Pemilihan Presiden Amerika Serikat adalah sesuatu yang penting yang bisa membawa kita ke suasana kedewasaan di dalam  sistem politik kita dan pola-pola kepemimpinan yang lebih baik.


No comments: