Berita
hari Rabu, Hary Tanoe, HT dan Partai miliknya Perindo , mendukung Presiden Joko
Widodo pada Pilpres 2019. Menarik, karena ini Baru Berita, atau Ini Berita
Baru. Jelas ini bukan Sandiwara, meskipun sedang menjadi panggung berita.
Beritanya baru sepenggal, belum ada kejelasan. Tetapi memang kita tidak
memerlukan penjelasan. Sepenggal cukuplah. Buat apa seribu satu alasan atau
faktor-faktor pendukung. Masyarakat tidak memerlukan penjelasan. Lawan Politik
juga tidak memerlukannya. Mari kita lihat dan tunggu. Kita nikmati juga
bagaimana perkembangan politiknya. Bagaimana alur cerita dan sandiwara yang
sedang berjalan.
Seperti
sedang menikmati alunan Ahmad Albar (Godbless) melalui Dunia Panggung
Sandiwara. Selalu dan tergantung dari peran yang sedang kita mainkan. Suatu
saat kita menjadi Juragan, juga nantinya bisa menjadi Rakyat Biasa. Atau apakah
anda sedang menjadi Badut, atau bahkan memainkan peran seorang Kesatria. Semua
boleh, tidak perlu ada yang melarang. Tidak juga perlu marah. Kesal boleh, tetapi
tidak marah. Ini bukan bicara kebenaran. Tetapi sesuatu yang boleh, bisa
dibenarkan, dan tidak perlu disalahkan.
Memang
akan ada analisis tajam dan ilmiah. Kenapa HT akhirnya memilih pilihan seperti
ini. Mungkin HT punya semangat dan idealism untuk membangun bangsa. Hal ini
tidak mungkin dia lakukan di luar pemerintahan. Meskipun dia memiliki semuanya,
banyak yang sudah dimiliki. Tetapi tetap menjadi pribadi dan partai “oposisi”. Sebuah partai
baru yang menjadi oposisi, sangat tidak mudah. HT merasakan penderitaan fisik
dan batin yang hebat selama ini. Dia bisa menjadi Presiden Perindo dengan
pengikut luar biasa. Dia punya massa, punya orang-orang yang memberikan
“penghormatan”, punya lagu kebangsaan yang berkumandang setiap saat melalui
jaringan Televisi Indovision yang luas, punya jaringan Koran (Sindo) yang luas
yang kualitasnya tidak jelek, bahkan punya jaringan radio dangdut yang bisa
membuat masyarakat bergoyang penuh semangat. Pokoknya HT selama ini layaknya
seorang Presiden juga yang dihormati pengikutnya.
Tetapi
HT tidak punya kawan di pemerintahan. Bahkan HT punya musuh. Bahkan dia, paling tidak merasa ditekan
hebat selama setahun terakhir. Musuh pertama HT Kejaksaan. Paling tidak ini
versi HT. Karena kejaksaan pasti tidak menganggap HT sebagai musuh. Kejaksaan
pasti hanya “sedang menjalankan tugas”. Apalagi karena Jaksa Agung kebetulan
berasal dari Partai Nasdem yang menjadi pendukung partai pemerintah, maka, HT
merasa disikat disana dan disini. HT menganggap, semuanya persoalan politik dan
politisasi kasus.
Untuk menghadapi musuh pertama ini, yang berawal dari kasus
perselisihan Mobile 8, HT harus berjibaku kiri-kanan. Tentu saja kawan-kawannya
sesama oposisi tidak mungkin bisa membantu. HT sangat lelah, meskipun selalu
kampanye di media-nya sendiri. Masyarakat penonton Indovision dibuat “bosan”
dengan “iklan” HT dan MNC Group yang kampanye terus menerus tentang “kebenaran”
dalam kasus Mobile 8. HT melalui medianya, termasuk Koran Sindo Group tidak bosan-bosan
melakukan penyerangan. Bahkan bila perlu dengan “menggunakan mulut” para expert
hukum atau politisi tertentu.
Lalu
siapa musuh kedua HT? Tetap saja kejaksaan. Mungkin masih berhubungan dengan
kasus pertama. Tetapi disini lebih kepada kasus ancam mengancam. Seorang atau
beberapa oknum jaksa mengadukan HT yang dinilainya telah mengancam tugas-tugas jaksa. Wah menjadi berabeh.
Sebenarnya
masih ada beberapa musuh HT yang lain. Tetapi yang sering dianggapnya musuh
tentu saja “pemerintah”. Sebagai sesama partai oposisi, Partai
Perindo dan HT perlu melakukan kritik secara terus menerus. Beda dengan Partai
Gerindra yang lebih banyak mengangkat isu politik dan bermain pada tatanan
Undang-undang yang lebih berpengaruh pada pelaksanaan pemilihan umum. HT terus menerus memainkan peran oposisi kepada pemerintah. Biasanya menyangkut pembangunan
ekonomi yang dinilainya “sangat tidak merata” dan tidak memberikan porsi yang
baik kepada masyarakat miskin. Pembangunan Ekonomi Presiden dinilai “tidak
adil” dan tidak mampu mengurangi ketimpangan di masyarakat. Jargon ekonomi
seperti ini dinilai memberikan pengaruh yang luar biasa.
Akhirnya memang Jadi Pusing
Seperti biasanya, pemerintah acuh tak acuh saja pada kritikan-kritikan HT. Bukan tidak
penting, tetapi, mungkin gaungnya dinilai terlalu pribadi, sanga lokal, dan tidak menggema.
Pemerintah atau masyarakat melihat, apa yang dilakukan HT tidak sesuai dengan
kehidupan Group Usaha HT (MNC Group) yang juga semakin menggurita. Jadi
istilahnya “anjing menggonggong, khafilah
berlalu”. Jadi, musuh ketiga ini, juga berlalu begitu saja.
HT
bingung, apa salah saya sebenarnya? "Saya sudah memberikan banyak hal kepada
bangsa ini. Tetapi kenapa saya terus menjadi sasaran tembak yang tidak selesai".
HT merasa hidupnya tetap tidak nyaman. Tiap hari melewati penderitaan, meskipun
ditengah keglamouran Partai Perindo dan kekuatan bisnis MNC Group. Jadi, kepalanya Pusing. Akhirnya, mungkin dengan menjadi pendukung partai pemerintah, tekanan menjadi hilang dan hidup menjadi nyaman. Kita tidak tahu akhir dari cerita ini. Kita tunggu Serial Sandiwara selanjutnya. Semoga Pak Sutradara tetap semangat memberikan peran kepada para pemainnya.
-->
No comments:
Post a Comment