toto zurianto
Kalau anda lahir antara 1950 - 1970, mungkin anda salah seorang penggemar Koes Plus. Bahkan sebelumnya ketika mereka masih bernama Koes Bersaudara. Sebuah Pemusik Indonesia asli yang tercatat sebagai salah satu yang terbesar di zamannya. Bahkan sampai sekarang, apa yang dicapai Koes Plus, tercatat sebagai yang terbesar dan menjadi Legenda.
Saya tidak menceritakan semua hal tentang Koes Plus. Tetapi ingin mengajak siapa saja yang pernah menikmati Album Volume 4 yang menurut saya salah satu album terbaik Koes Plus. Album ini dimulai melalui lagu Malam Ini dengan gebrakan Drum Murry yang khas, dan ketika itu mulai menunjukkan cirinya. Lalu nomor lain yang juga luar biasa; berturut-turut Djeritan hati, Krontjong Pertemuan, Why Do you Love me dan Bunga Di Tepi Djalan. Setidaknya Nomor Krontjong Pertemuan muncul menjadi hit langka di mana sebuah Band panggung yang sedikit berwarna Pop Rock, mampu membawakan nomor Krontjong yang tetap indah dinikmati. Lalu Why Do You Love me, mampu menjadi salah satu Hit berbahasa Inggris Koes Plus yang tetap abadi selama hampir 50 tahun sampai sekarang. Lagu Bunga di Tepi Djalan sendiri memberikan warna sedikit Rock dengan mengandalkan gebukan Drum yang hebat.
Kalau anda belum pernah mendengar Koes Plus Volume 4, silahkan mendengarnya melalui Youtube. Saya yakin anda akan suka dan terpesona, juga mengakui bahwa 50 tahun yang lalu, band Indonesia Asli, Koes Plus sudah mampu melahirkan hit-hit yang luar biasa. Beberapa nomor lain yang juga menjadi hit adalah; Bertemu untuk Berpisah, Djangan Sedih, Djangan Berulang Lagi, Termenung Lesu, dan Hati orang Siapa Tahu.
Memang berbeda dengan komposisi musik modern yang mengandalkan alat-alat musik yang sangat canggih, teknologi sound system yang hebat, serta pemusik kelas sekolahan yang luar biasa. Dulu, semuanya serba sederhana, alat band terbatas, tanpa guru, dan tentunya pekerjaan sambi-sambi.
CHANGE and Leadership mengundang teman dan sahabat untuk sharing pengetahuan, informasi, atau hiburan dalam rangka memperluas wawasan dan persahabatan! CHANGE and Leadership tidak membatasi peminat pada suatu bidang keilmuan atau minat tertentu. CHANGE and Leadership adalah forum lintas pengetahuan, bisa digunakan untuk mengulas hal-hal yang berhubungan dengan praktek kepemimpinan, manajemen, SDM, sosial, ekonomi, dan politik, juga bagi penggemar sport, sastra, musik, kuliner, dan travel!
Monday, 25 February 2019
Monday, 18 February 2019
CAFE JUMA TANAH KARO
toto zurianto
Kalau berkunjung ke Berastagi dan Kabanjahe, sempatkan ke Cafe Juma. Tempatnya dekat Kecamatan Tiga Panah, Jalan menuju Kutacane, hanya sekitar 30 menit dari Kabanjahe. Bagi pengemar jalan-jalan, terutama yang suka kopi, bolehlah datang. Cafe Juma yang didirikan oleh pemiliknya (Antony Bangun), tidak sekedar Cafe. Ini sebuah idealisme yang meliputi perkebunan Kopi Arabika Karo (Kopi Bru Karo), Wisata Alam yang Indah, dan Cafe.
Pada akhir Juni 2018, beberapa hari setelah Lebaran, kami sekeluarga terbang langsung dari Jakarta menuju Banda Silangit di Siborong-borong. Lalu menginap semalam di Tepi Danau Toba yang indah (saat itu terjadi peristiwa tenggelamnya Kapal Wisata Danau Toba), bersama keluarga besar yang datang dari Medan, dan kemudian langsung melakukan perjalanan ke Kabanjahe, juga menginap semalam.
Sebelum meninggalkan Jakarta, kami sudah menempatkan Cafe Juma sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi (a must visit), selama kami liburan di Sumatera Utara. Jadilah pada sekitar jam 10.00 kami meninggalkan Rumah Kabanjahe menuju arah Tiga Panah jalan raya menuju Kutacane. Hanya sekitar 1/2 jam kami sudah menikmati alam Cafe Juma yang indah. Di belakang bangunan Cafe, Bang Antony menanam Kopi Arabika Karo dan Bunga bunga yang indah khas Tanah Karo. Ada juga Bibit Kopi Arabika Gayo yang dikembangkan disini. Sebuah upaya kreatif untuk mendapatkan hasil yang paling baik.
Memang saat ini tanaman Kopi mulai mendapat perhatian para petani dan masyarakat Tanah Karo. Sebelumnya selama puluhan tahun, Tanah Karo dikenal sebagai salah satu sentra penghasil sayuran terbesar di Indonesia, bahkan sebagian memenuhi kebutuhan ekspor ke Singapore dan Malaysia. Tapi dalam 10-20 tahun terakhir, hasil dari sayuran, semakin mengecil. terutama sejak adanya ketidakpastian abu vulkanik Gunung Sinabung yang sangat mengganggu tanaman sayur para petani. Termasuk juga buah-buahan semacam Jeruk, Markisah, dan Terong Belanda.
Kita tetap harus mempertahankan pentingnya dataran tinggi Karo sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan untuk keperluan dalam negeri dan ekspor. Tetapi mulai berkembangnya perkebunan Kopi Karo, perlu kita antisipasi secara cepat. Kopi Arabika tampaknya mulai memainkan peran yang semakin penting di masa yang akan datang. Pada dataran yang lebih tinggi, antara 1000 sampai 1400 meter di atas permukaan laut, tanaman Kopi Arabika diperkirakan akan memberikan hasil yang sangat baik bagi para petani kopi. Apalagi sebagaimana yang disampaikan seorang penggiat dan pengusaha tanaman kopi Karo, Antony Bangun, setiap hektar tanah, dapat ditanam sekitar 1300 batang Kopi Arabika Karo. Pada masa panen, setiap tahun setiap batang akan menghasilkan sekitar 5 kg buah matang (green beans) yang disebut cherry setiap panen. Karena setiap tahun bisa dilakukan 2 kali panen, maka setiap batang akan menghasilkan green beans sebanyak 10 kg. Hasil penjualan petani saat ini mencapai Rp10.000 per kg. Jadi untuk 1 hektar tanah, setiap tahun akan memberikan hasil sebesar 1300 (batang) x 10 kg x Rp10.000/kg, yaitu Rp130 juta setahun per hektar (kotor). Tentu aja, hasil yang lebih banyak kalau kita bisa meningkatkan value added dari tanaman Kopi Arabika Karo ini, seperti dalam bentuk Roasted, Ground, atau diekspor ke luar negeri. Termasuk dengan membuka Cafe-cafe.
Kalau berkunjung ke Berastagi dan Kabanjahe, sempatkan ke Cafe Juma. Tempatnya dekat Kecamatan Tiga Panah, Jalan menuju Kutacane, hanya sekitar 30 menit dari Kabanjahe. Bagi pengemar jalan-jalan, terutama yang suka kopi, bolehlah datang. Cafe Juma yang didirikan oleh pemiliknya (Antony Bangun), tidak sekedar Cafe. Ini sebuah idealisme yang meliputi perkebunan Kopi Arabika Karo (Kopi Bru Karo), Wisata Alam yang Indah, dan Cafe.
Pada akhir Juni 2018, beberapa hari setelah Lebaran, kami sekeluarga terbang langsung dari Jakarta menuju Banda Silangit di Siborong-borong. Lalu menginap semalam di Tepi Danau Toba yang indah (saat itu terjadi peristiwa tenggelamnya Kapal Wisata Danau Toba), bersama keluarga besar yang datang dari Medan, dan kemudian langsung melakukan perjalanan ke Kabanjahe, juga menginap semalam.
Sebelum meninggalkan Jakarta, kami sudah menempatkan Cafe Juma sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi (a must visit), selama kami liburan di Sumatera Utara. Jadilah pada sekitar jam 10.00 kami meninggalkan Rumah Kabanjahe menuju arah Tiga Panah jalan raya menuju Kutacane. Hanya sekitar 1/2 jam kami sudah menikmati alam Cafe Juma yang indah. Di belakang bangunan Cafe, Bang Antony menanam Kopi Arabika Karo dan Bunga bunga yang indah khas Tanah Karo. Ada juga Bibit Kopi Arabika Gayo yang dikembangkan disini. Sebuah upaya kreatif untuk mendapatkan hasil yang paling baik.
Memang saat ini tanaman Kopi mulai mendapat perhatian para petani dan masyarakat Tanah Karo. Sebelumnya selama puluhan tahun, Tanah Karo dikenal sebagai salah satu sentra penghasil sayuran terbesar di Indonesia, bahkan sebagian memenuhi kebutuhan ekspor ke Singapore dan Malaysia. Tapi dalam 10-20 tahun terakhir, hasil dari sayuran, semakin mengecil. terutama sejak adanya ketidakpastian abu vulkanik Gunung Sinabung yang sangat mengganggu tanaman sayur para petani. Termasuk juga buah-buahan semacam Jeruk, Markisah, dan Terong Belanda.
Kita tetap harus mempertahankan pentingnya dataran tinggi Karo sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan untuk keperluan dalam negeri dan ekspor. Tetapi mulai berkembangnya perkebunan Kopi Karo, perlu kita antisipasi secara cepat. Kopi Arabika tampaknya mulai memainkan peran yang semakin penting di masa yang akan datang. Pada dataran yang lebih tinggi, antara 1000 sampai 1400 meter di atas permukaan laut, tanaman Kopi Arabika diperkirakan akan memberikan hasil yang sangat baik bagi para petani kopi. Apalagi sebagaimana yang disampaikan seorang penggiat dan pengusaha tanaman kopi Karo, Antony Bangun, setiap hektar tanah, dapat ditanam sekitar 1300 batang Kopi Arabika Karo. Pada masa panen, setiap tahun setiap batang akan menghasilkan sekitar 5 kg buah matang (green beans) yang disebut cherry setiap panen. Karena setiap tahun bisa dilakukan 2 kali panen, maka setiap batang akan menghasilkan green beans sebanyak 10 kg. Hasil penjualan petani saat ini mencapai Rp10.000 per kg. Jadi untuk 1 hektar tanah, setiap tahun akan memberikan hasil sebesar 1300 (batang) x 10 kg x Rp10.000/kg, yaitu Rp130 juta setahun per hektar (kotor). Tentu aja, hasil yang lebih banyak kalau kita bisa meningkatkan value added dari tanaman Kopi Arabika Karo ini, seperti dalam bentuk Roasted, Ground, atau diekspor ke luar negeri. Termasuk dengan membuka Cafe-cafe.
Pose di depan cafe Juma dengan latar belakang Gunung
Sinabung yang mengeluarkan asap perdamaian dan tenang.
|
Photo bersama Owner Cafe Juma Bang Antony Bangun, sebuah idealisme
membangun era baru Kopi Karo yang memiliki prospek dan masa depan.
|
Penikmat Kopi bisa memesan dengan cara penyajian yang
diinginkan. Apakah V-60 atau Kopi Tubruk? Pasti Nikmat.
|
Mari membeli Kopi Bru Karo, Asli Kopi Arabika Tanah Karo |
Cafe Juma cukup luas, terbuka memandang Gunung Sinabung, sejuk dengan
dominasi kayu. Tempat yang nyaman menikmati Kopi dan Pisang Goreng.
|
Pasar Senen Terbakar
toto zurianto
Sejarah Pasar Senen sangat melekat dengan perkembangan masyarakat Jakarta. Beberapa mengalami pasang surut, dan terbakar hebat. Tahun 1974, bersamaan dengan peristiwa Malari, Pasar Senen mengalami kebakaran. Ketika itu api menghabiskan Blok II.
Kini, tepatnya kemaren, 19 Januari 2017, api kembali tidak bersahabat dengan Pasar yang banyak menyimpan kenangan itu. Hampir semua kawasan di Blok I sampai VI dan di lantai dasar sampai lantai 4, habis dimakan api. Ini sebuah kebakaran besar yang membuat para pedagang kembali harus memulai dari awal.
Pasar Senen, iconic Jakarta yang sudah ada sejak zaman Belanda. Namanya Pasar Snees atau Pasar Senen yang awalnya beroperasi setiap pekan pada hari Senin. Mungkin usianya hampir sama dengan Pasar Tanah Abang yang sudah ada sejak 1735. Pasar Senen yang buka setiap Senin, mulai menjadi pasar benaran sekitar tahun 1766 yang buka setiap hari dan ramai dikunjungi masyarakat.
Pada era kemerdekaan, ketika pejuang tanah air banyak membahas upaya kemerdekaan, pasar Senen banyak dikunjungi para pejuang kita. Pare penggerak kemerdekaan antara lain, intelektual muda Stovia, Chairul Saleh, Adam Malik. Termasuk Soekarno dan Hatta yang sering hadir dan menggelar pertemuan di kawasan Senen.
Para seniman juga suka berkumpul di Pasar Senen. Di era Jepang, tahun 1942 sampai dengan tahun 50-an, banyak berkumpula para seniman era Pujangga Baru. Juga para seniman Senen, antara lain; Ajib Rosadi, Sukarno M. Noor, Wim Umboh, dan H.B. Yasin.
Kawasan Pasar Senen menjadi lebih besar di tahun 1970-an sampai dengan tahun 1990-an. Di sini pernah ada 2 Gedung Bioskop, Rex dan Grand yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta. Pasar Senen juga menjadi tujuan wisata pendatang dari daerah yang paling terkenal. Pengunjung bisa menikmati restaurant atau membeli oleh-oleh untuk di bawa ke daerah. Gubernur Ali Sadikin menjadikan Pasar Senen sebagai Pusat Perbelanjaan, Pusat Perekonomian dan untuk Kunjungan Wisata masyarakat Indonesia. Era fasilitas parkir di atas dengan jalan melingkar, pertama kali dibangun di Pasar Senen menjadi yang pertama di Jakarta dan di Indonesia. Setelah keurusuhan 1998, pasar Senen mulai ditinggalkan. Tidak tahu, kapan kita bisa menikmati Pasar Senen yang Legenda itu.
Tulisan 15 Maret 2017, sekedar nostalgia masa lalu
Sejarah Pasar Senen sangat melekat dengan perkembangan masyarakat Jakarta. Beberapa mengalami pasang surut, dan terbakar hebat. Tahun 1974, bersamaan dengan peristiwa Malari, Pasar Senen mengalami kebakaran. Ketika itu api menghabiskan Blok II.
Kini, tepatnya kemaren, 19 Januari 2017, api kembali tidak bersahabat dengan Pasar yang banyak menyimpan kenangan itu. Hampir semua kawasan di Blok I sampai VI dan di lantai dasar sampai lantai 4, habis dimakan api. Ini sebuah kebakaran besar yang membuat para pedagang kembali harus memulai dari awal.
Pasar Senen, iconic Jakarta yang sudah ada sejak zaman Belanda. Namanya Pasar Snees atau Pasar Senen yang awalnya beroperasi setiap pekan pada hari Senin. Mungkin usianya hampir sama dengan Pasar Tanah Abang yang sudah ada sejak 1735. Pasar Senen yang buka setiap Senin, mulai menjadi pasar benaran sekitar tahun 1766 yang buka setiap hari dan ramai dikunjungi masyarakat.
Pada era kemerdekaan, ketika pejuang tanah air banyak membahas upaya kemerdekaan, pasar Senen banyak dikunjungi para pejuang kita. Pare penggerak kemerdekaan antara lain, intelektual muda Stovia, Chairul Saleh, Adam Malik. Termasuk Soekarno dan Hatta yang sering hadir dan menggelar pertemuan di kawasan Senen.
Para seniman juga suka berkumpul di Pasar Senen. Di era Jepang, tahun 1942 sampai dengan tahun 50-an, banyak berkumpula para seniman era Pujangga Baru. Juga para seniman Senen, antara lain; Ajib Rosadi, Sukarno M. Noor, Wim Umboh, dan H.B. Yasin.
Kawasan Pasar Senen menjadi lebih besar di tahun 1970-an sampai dengan tahun 1990-an. Di sini pernah ada 2 Gedung Bioskop, Rex dan Grand yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta. Pasar Senen juga menjadi tujuan wisata pendatang dari daerah yang paling terkenal. Pengunjung bisa menikmati restaurant atau membeli oleh-oleh untuk di bawa ke daerah. Gubernur Ali Sadikin menjadikan Pasar Senen sebagai Pusat Perbelanjaan, Pusat Perekonomian dan untuk Kunjungan Wisata masyarakat Indonesia. Era fasilitas parkir di atas dengan jalan melingkar, pertama kali dibangun di Pasar Senen menjadi yang pertama di Jakarta dan di Indonesia. Setelah keurusuhan 1998, pasar Senen mulai ditinggalkan. Tidak tahu, kapan kita bisa menikmati Pasar Senen yang Legenda itu.
Tulisan 15 Maret 2017, sekedar nostalgia masa lalu
Nonton Bioskop Tahun 70-an
toto zurianto
Sangat beda suasana nonton bioskop tahun 70-an dengan saat ini. Sejak era jaringan bioskop 21 (Twenty-One), di Jakarta dan juga di kota-kota besar bermunculan bioskop multiplex. Artinya, satu bioskop dengan beberapa studio, paling kurang 4 studio atau theatre dengan film yang bisa sama bisa berbeda. Bahkan ada juga kelas Premier, atau Super Vip.
Dulu, bioskop hanya tunggal, dan tidak berlokasi di Mall. Kalau di Jakarta, ada Bioskop Megaria, atau Djakarta Theatre, atau Bioskop yang berlokasi di kawasan Senen yang umumnya memutar film India. Ada juga yang sudah agak modern, President Theatre di kawasan Monas, sebelah Djakarta Fair, atau dekat Taman Ria Monas.
Sekitar akhir 80-an, kalau tidak salah (awal) tahun 1988, dimulailah era Bioskop Multiplex. Dimulai dengan Bioskop Studio 21 Twenty-One di Jalan Thamrin (lokasinya tidak jauh dari Sarinah). Ada 4 studio ketika itu yang berlokasi di lantai 2. Sedangkan Lantai 1 diisi dengan Restoran Bakmi GM dan Toko Bakery Delicious. Sukses studio 21, lalu dilanjutkan dengan beberapa cineplex lain, ada Bioskop Ratu 21 di Ratu Plaza, Odeon 21 di kawasan Monas dekat Bowling Monas dan President Theater, dan di banyak tempat yang lain. Termasuk di Bandung, Surabaya, Medan, dan kota besar lain.
Kalau kita balik ke tahun 70-an, situasinya sangatlah berbeda. Sangat jarang Bioskop yang dilengkapi fasilitas AC. Kebanyakan mengandalkan Kipas Angin yang dulu terasa sudah cukup nyaman. Beberapa bioskop di daerah, banyak yang mengalami waktu jeda. Jadi pada saat pertengahan Film, terpaksa berhenti, dan lampu dinyalain. Katanya Roll Film-nya belum datang. Pengantar Film belum sampai dari Bioskop lain yang kebetulan memutar Film yang sama. Nah, tidak jarang pada saat Jeda, penonton pergi ke Toilet, juga ke kantin Bioskop untuk membeli Minuman atau makanan kecil ala kadarnya. Tentu saja pada tahun 70-an, kita belum menikmati Pop Corn yang lezat seperti sekarang. Dulu juga tidak ada penjual Coffee Cappuccino ala Cafe seperti sekarang.
Memang tetap enak menonton, tidka saja sekarang. Dulupun tetap enak.
(Tulisan lama Date #29 Desember 2016)
Sangat beda suasana nonton bioskop tahun 70-an dengan saat ini. Sejak era jaringan bioskop 21 (Twenty-One), di Jakarta dan juga di kota-kota besar bermunculan bioskop multiplex. Artinya, satu bioskop dengan beberapa studio, paling kurang 4 studio atau theatre dengan film yang bisa sama bisa berbeda. Bahkan ada juga kelas Premier, atau Super Vip.
Dulu, bioskop hanya tunggal, dan tidak berlokasi di Mall. Kalau di Jakarta, ada Bioskop Megaria, atau Djakarta Theatre, atau Bioskop yang berlokasi di kawasan Senen yang umumnya memutar film India. Ada juga yang sudah agak modern, President Theatre di kawasan Monas, sebelah Djakarta Fair, atau dekat Taman Ria Monas.
Sekitar akhir 80-an, kalau tidak salah (awal) tahun 1988, dimulailah era Bioskop Multiplex. Dimulai dengan Bioskop Studio 21 Twenty-One di Jalan Thamrin (lokasinya tidak jauh dari Sarinah). Ada 4 studio ketika itu yang berlokasi di lantai 2. Sedangkan Lantai 1 diisi dengan Restoran Bakmi GM dan Toko Bakery Delicious. Sukses studio 21, lalu dilanjutkan dengan beberapa cineplex lain, ada Bioskop Ratu 21 di Ratu Plaza, Odeon 21 di kawasan Monas dekat Bowling Monas dan President Theater, dan di banyak tempat yang lain. Termasuk di Bandung, Surabaya, Medan, dan kota besar lain.
Kalau kita balik ke tahun 70-an, situasinya sangatlah berbeda. Sangat jarang Bioskop yang dilengkapi fasilitas AC. Kebanyakan mengandalkan Kipas Angin yang dulu terasa sudah cukup nyaman. Beberapa bioskop di daerah, banyak yang mengalami waktu jeda. Jadi pada saat pertengahan Film, terpaksa berhenti, dan lampu dinyalain. Katanya Roll Film-nya belum datang. Pengantar Film belum sampai dari Bioskop lain yang kebetulan memutar Film yang sama. Nah, tidak jarang pada saat Jeda, penonton pergi ke Toilet, juga ke kantin Bioskop untuk membeli Minuman atau makanan kecil ala kadarnya. Tentu saja pada tahun 70-an, kita belum menikmati Pop Corn yang lezat seperti sekarang. Dulu juga tidak ada penjual Coffee Cappuccino ala Cafe seperti sekarang.
Memang tetap enak menonton, tidka saja sekarang. Dulupun tetap enak.
(Tulisan lama Date #29 Desember 2016)
Terminal 3 Soekarno Hatta, Megah miskin konsep
toto zurianto
Beberapa waktu yang lalu kita Bangga ketika berkesempatan menikmati Bandara baru Terminal 3 Soekarno Hatta. Kini semakin hari, bandara yang katanya bisa mengalahin Singapore, cenderung hanya seperti utopia saja. Baru tapi semrawut. Kenapa semrawut? Karena semula terlihat bagus, lalu ditambal sulam hingga konsepnya menjadi tidak teratur. Sekarang disepanjang koridor tengah, dibangun Toko dan restaurant yang membuat ruang tunggu menjadi sempit dan jalanan menjadi terbatas. Apalagi fasilitas “Jalan berjalan” yang dibuat, sangat jelek, tidak cukup cepat, pendek-pendek, dan jarak antar Jalan Berjalan, cukup Jauh. Akibatnya penumpang yang ingin ke Gate 17-27 terpaksa menggunakan Mobile Golf. Jadilah Terminal 3 seperti stasion Bis dan Terminal Bus saja. Terlalu jauh untuk mencapai Gate 20-27. Apalagi pada saat kedatangan, maka kalau anda Mausk di gate 20-27, terpaksa jalan dengan sangat jauh. Tentu saja ada fasilitas Mobile Golf, tetapi tentu prioritas bagi yang memerlukan dengan frekuensi yang sangat jarang.
Bagi yang berkepentingan, ayo jadikan Terminal 3 sebagai yang terbaik sesuai cita-cita. Biayanya terlalu mahal kalau hanya untuk penghasilan yang sedikit tetapi mengurangi tingkat kenyamanan sebagai first class airport yang dicita-citakan.
(sebenarnya tulisan ini dibuat pada 17 Juli 2017)
Beberapa waktu yang lalu kita Bangga ketika berkesempatan menikmati Bandara baru Terminal 3 Soekarno Hatta. Kini semakin hari, bandara yang katanya bisa mengalahin Singapore, cenderung hanya seperti utopia saja. Baru tapi semrawut. Kenapa semrawut? Karena semula terlihat bagus, lalu ditambal sulam hingga konsepnya menjadi tidak teratur. Sekarang disepanjang koridor tengah, dibangun Toko dan restaurant yang membuat ruang tunggu menjadi sempit dan jalanan menjadi terbatas. Apalagi fasilitas “Jalan berjalan” yang dibuat, sangat jelek, tidak cukup cepat, pendek-pendek, dan jarak antar Jalan Berjalan, cukup Jauh. Akibatnya penumpang yang ingin ke Gate 17-27 terpaksa menggunakan Mobile Golf. Jadilah Terminal 3 seperti stasion Bis dan Terminal Bus saja. Terlalu jauh untuk mencapai Gate 20-27. Apalagi pada saat kedatangan, maka kalau anda Mausk di gate 20-27, terpaksa jalan dengan sangat jauh. Tentu saja ada fasilitas Mobile Golf, tetapi tentu prioritas bagi yang memerlukan dengan frekuensi yang sangat jarang.
Bagi yang berkepentingan, ayo jadikan Terminal 3 sebagai yang terbaik sesuai cita-cita. Biayanya terlalu mahal kalau hanya untuk penghasilan yang sedikit tetapi mengurangi tingkat kenyamanan sebagai first class airport yang dicita-citakan.
(sebenarnya tulisan ini dibuat pada 17 Juli 2017)
Sunday, 17 February 2019
PEMIMPIN INDONESIA; KINI DAN ESOK
toto zurianto
Dalam menyongsong pemilihan Presiden 2019 beberapa waktu lagi, di samping kita sendiri-sendiri sudah mempunyai pilihan kita sendiri yang kita cintai dan sepertinya tidak bisa berubah, tidak ada salahnya saya tampilkan kembali beberapa kriteria yang mungkin berguna bagi Indonesia ke depan. Sosok pemimpin seperti apa lebih pas untuk Indonesia yang sampai kini masih memiliki tantangan luas. Kita masih punya PR besar agar menjadi sebuah negara (besar) yang independen mampu memaksimalkan potensi sumber daya nya secara baik. Kita ingin perekonomian kita menjadi kuat, mempunyai basis ekspor yang besar sehingga neraca perdagangan menjadi tidak lagi defisit. Kita ingin uang kita tidak selalu up and down akibat yang dilakukan negara lain. Kita ingin tanah air kita yang kaya sebagai basis ekonomi pertanian dan perkebunan, menjadi hebat. Juga potensi laut bisa dikelola secara maksimal. Kita ingin tidak hanya pintar membakar kapal asing pencuri ikan, tetapi benar-benar menjadi menghasil ikan terbesar di kawasan. Kita juga sangat ingin tanah air kita yang indah ini, bisa dikunjungi tourist sebagai salah satu destination terbesar di dunia. Pemandangan yang indah serta budaya yang kaya, adalah potensi ekonomi yang sampai kini belum mampu kita kelola secara profesional.
Lalu bagaimana mewujudkan keinginan keingan itu? Kalau menurut Alyssa
Chumbley (2017), sedikitnya ada 5 kriteria utama pemimpin yang kita perlukan. Semua jajaran kepemimpinan Indonesia perlu memiliki beberapa unsur penting ini. Pertama, kita
memerlukan Pemimpin yang selalu membuka pintu komunikasi, they leave the door
open! Sederhananya, membuat semua orang merasa aman untuk menyampaikan
pandangannya. Orang yang sederhana sekalipun, tidak merasa “bodoh”, tetapi
justru seperti diberi ruang, dan dianggap memberikan kontribusi. Orang biasa
tidak terbiasa berbicara, apalagi memberikan ide dan pemikiran. Tapi mereka
punya pengalaman yang cukup lama. Sering pandangannya sangat genuine, asli.
Sering pemimpin besar, sering selalu merasa terlalu besar, sehingga tidak
menaruh perhatian pada orang kecil dengan ide-ide yang biasanya kecil. Pemimpin
perlu menghadirkan rasa nyaman bagi anak buahnya untuk kelahiran ide-ide yang
brilliant. Bahkan sering terlebih dahulu melewati hal-hal yang sulit, termasuk
kritik tajam. Tetapi ketika situasi ini tercipta, maka kita akan merasa mudah
memenangi kepercayaan dan kehormatan. Ini yang kita sebut A Trust and Respected
Leadership.
Hal kedua yang kita bangun adalah menjaga konsistensi. Konsisten dalam
ucapan dan tindakan adalah harta penting seorang pemimpin. Kalau kita suka berubah-ubah,
lain sore lain pagi, orang-orang kan sulit memprediksi kita. Lingkungan kita,
akan selalu menunggu sikap akhir kita. Mereka khawatir, kita akan berubah
pandangan. Tentu saja, konsistensi biasanya erat hubungannya dengan kapasitas,
kemampuan, keilmuan dan pengalaman seorang pemimpin.
Faktor ketiga yang diperhatikan banyak orang adalah keterlibatan dan
tanggung jawab. Jangan pernah selalu ingin “bersih sendiri”. Pemimpin harus
berada di depan dan menjadi pioneer, bukan omong doang. Terutama untuk hal-hal
yang sensitive, sering kita perlu tampil dan menunjukkan, memang kita hadir.
Ini menjadi symbol kebersamaan dan kesatuan.
Selanjutnya yang keempat, seorang pemimpin harus memberikan keputusan
yang memiliki level terbaik. Jangan mencla-mencle dan coba-coba. Tantangan
penting disini, knowledge, pengalaman dan keluasan pandangan adalah kunci.
Jangan pernah berkompromi dengan faktor kompetensi. Ketika kita tidak bisa
konsisten menjaga kapasitas kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita, maka
akan banyak keputusan yang liar. Keputusan yang Wishy-washy membuat perjalanan
kita menjadi seperti sandiwara. Banyak keputusan tetapi nilainya rendah. Tujuan
organisasi menjadi semakin jauh terwujud. Orang-orang semakin tidak menghargai
kita.
Terakhir, pemimpin harus memahami bahwa semua aktivitas yang
dilakukannnya adalah dalam rangka pembentukan legacy. Kita pada dasarnya sedang
menjadi pusat perhatian para generasi akan datang. Jadi jangan berhenti
berpikir untuk memberikan hal-hal baik yang nanti bisa menjadi pegangan. Kalau
kita ingin trust dan respect tidak ada pilihan, maka sampaikan ucapan dan
pikiran cerdas, bukan sekedar kekuasaan.
Tuesday, 12 February 2019
MENCARI PEMIMPIN
toto zurianto
Indonesia saat ini sedang berada pada masa penting, menetapkan Pemimpin Nasional yang akan menghela negara pada 5 tahun ke depan (2019-2024). Masih banyak hal yang perlu kita kerjakan. Kita perlu membawa sebagian masyarakat kita yang masih berada pada kondisi miskin, menjadi lebih baik keadaannya. Gap antara kelompok sangat kaya yang menguasai ekonomi, perlu lebih mendistribusikan kekayaannya sehingga bisa dinikmati kelompok masyarakat yang masih kekurangan.
Indonesia saat ini sedang berada pada masa penting, menetapkan Pemimpin Nasional yang akan menghela negara pada 5 tahun ke depan (2019-2024). Masih banyak hal yang perlu kita kerjakan. Kita perlu membawa sebagian masyarakat kita yang masih berada pada kondisi miskin, menjadi lebih baik keadaannya. Gap antara kelompok sangat kaya yang menguasai ekonomi, perlu lebih mendistribusikan kekayaannya sehingga bisa dinikmati kelompok masyarakat yang masih kekurangan.
Kita perlu mengadirkan pemimpin yang
memiliki visi cemerlang. Di bidang perekonomian, sektor pertanian yang dihuni
kelompok masyarakat paling besar, perlu diarahkan untuk memainkan perannya. Sistem
Pertanian dan Perkebunan kita perlu dikelola lebih baik. Tentu saja, termasuk
kehutanan, peternakan dan perikanan yang tercatat sebagai kekayaan bangsa yang
sangat luar biasa.
Di samping itu, perdagangan dan industri
yang juga harus mampu berkembang, ditandai dengan semakin besarnya hasil-hasil
kita yang dapat diekspor ke luar. Neraca Perdagangan perlu mendapatkan
perhatian khusus. Kita harus tidak puas dengan kondisi saat ini yang belum
mampu membangun basis ekspor secara terus menerus. Difisit perdagangan,
lemahnya ekspor, sering mengganggu perekonomian kita. Terutama tekanan terhadap
neraca pembayaran dan tekanan terhadap Rupiah.
Oleh karena itu, kita memerlukan
banyak pemimpin yang tidak saja kompeten, juga sekaligus visioner dengan kemampuan
inovasi dan kreativitas yang terukur. Indonesia memerlukan orang-orang kreatif,
yang mampu melakukan perubahan secara lebih substansial dan mendasar.
Sosok
pemimpin seperti apa?
Kalau menurut Alyssa Chumbley (2017),
ada 5 kriteria utama yang kita perlukan. Pertama, kita memerlukan Pemimpin yang
selalu membuka pintu komunikasi, they leave the door open! Sederhananya,
membuat semua orang merasa aman untuk menyampaikan pandangannya. Orang yang
sederhana sekalipun, tidak merasa “bodoh”, tetapi justru seperti diberi ruang,
dan dianggap memberikan kontribusi. Orang biasa tidak terbiasa berbicara,
apalagi memberikan ide dan pemikiran. Tapi mereka punya pengalaman yang cukup
lama. Sering pandangannya sangat genuine, asli. Pemimpin besar, sering
selalu merasa terlalu besar, sehingga tidak menaruh perhatian pada orang kecil
dengan ide-ide yang biasanya kecil. Pemimpin perlu menghadirkan rasa nyaman
bagi anak buahnya untuk kelahiran ide-ide yang brilliant. Bahkan sering
terlebih dahulu melewati hal-hal yang sulit, termasuk kritik tajam. Tetapi
ketika situasi ini tercipta, maka kita akan merasa mudah memenangi kepercayaan
dan kehormatan. Ini yang kita sebut A Trust and Respected Leadership.
Hal kedua yang kita bangun adalah
menjaga konsistensi. Konsisten dalam ucapan dan tindakan adalah harta penting dari
seorang pemimpin. Kalau kita suka berubah-ubah, lain sore lain pagi,
orang-orang akan sulit memprediksi kita. Lingkungan kita, akan selalu menunggu ucapan
akhir kita. Mereka khawatir, kita akan berubah pandangan. Tentu saja,
konsistensi biasanya erat hubungannya dengan kapasitas, kemampuan, keilmuan dan
pengalaman seorang pemimpin.
Faktor ketiga yang diperhatikan banyak
orang adalah keterlibatan dan tanggung jawab. Jangan pernah selalu ingin
“bersih sendiri”. Pemimpin harus berada di depan dan menjadi pioneer, bukan
omong doang. Terutama untuk hal-hal yang sensitif, sering kita perlu tampil dan
menunjukkan, memang kita hadir. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kesatuan.
Jangan pernah hanya sekedar tampil untuk menunjukkan personality saja. Kita
perlu memberikan peran pada hal-hal yang memang menjadi kapasitas kita. Tidak
semua hal menjadi tugas kita. Kita memang harus berbagi. Ada hal-hal yang
menjadi tanggung jawab kita, tetapi kita perlu memberikan kesempatan kepada
orang lain sesuai dengan tugas dan kapasitasnya.
Selanjutnya yang keempat, seorang
pemimpin harus memberikan keputusan dengan kualitas yang terbaik. Jangan
mencla-mencle dan coba-coba. Tantangan penting disini, knowledge, pengalaman dan keluasan pandangan adalah kunci. Jangan
pernah berkompromi dengan faktor kompetensi. Ketika kita tidak bisa konsisten
menjaga kapasitas kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita, maka akan banyak
keputusan yang liar. Keputusan yang Wishy-washy membuat perjalanan kita menjadi
seperti sandiwara. Banyak keputusan tetapi nilainya rendah. Tujuan organisasi
menjadi semakin jauh terwujud. Orang-orang semakin tidak menghargai kita.
Terakhir, pemimpin harus memahami
bahwa semua aktivitas yang dilakukannnya adalah dalam rangka pembentukan legacy. Kita pada dasarnya sedang
menjadi pusat perhatian para generasi akan datang. Jadi jangan berhenti
berpikir untuk memberikan hal-hal baik yang nanti bisa menjadi pegangan. Kalau
kita ingin trust dan respect tidak ada pilihan, maka
sampaikan ucapan dan pikiran cerdas, bukan sekedar kekuasaan.
Karena itu kepada para Pemimpin,
jangan berhenti meng-upgrade diri. Jangan berpuas hati. Masih banyak hal yang perlu
diperbaiki. Perbaiki cara komunikasi kita, please open door. Tingkatkan kapasitas,
libatkan banyak orang, jadilah teladan generasi depan. Jangan suka grusu-grusu. Pemimpin selalu terbuka pada banyak pandangan.
Friday, 8 February 2019
Menikmati Perjalanan Medan Takengon
toto zurianto
Cerita tentang perjalanan 430 Kilometer dari Medan ke Takengon di Kabupaten Aceh tengah Provinsi Aceh. Pokoknya, tidak hanya dengan pesawat terbang, mari menikmati perjalanan Jet darat, apakah dengan Mesin dan Chasis Mercedes Benz OC500 RF 2542, atau SCANIA K410 1B yang sama -sama dilengkapi sistem 3 axle. Keinginan lama untuk mengulang perjalanan sekitar 40 tahun yang lalu, akhirnya kesampaian. Senin 4 Februari 2019, kami sudah mem-booking ticket Medan ke Takengon perjalanan malam hari pukul 20.00. Kami mencoba salah satu perusahaan otobis yang paling terkenal, Sempati Star yang berangkat dari Pool/Kantornya di Jalan Pinang Baris Medan.
Satu jam sebelum berangkat, kami sudah hadir di Pool Bus. Ada beberapa bus yang parkir dan siap untuk berangkat. Sebagian sedang memuat barang/packet untuk dibawa ke Aceh. Rupanya di samping memuat penumpang, Bus-bus Aceh juga banyak memuat barang-barang dagangan para pengusaha Aceh, atau sekedar kiriman Paket yang jumlahnya cukup banyak. Penumpang banyak yang duduk-duduk di tempat istirahat (ruang tunggu) yang dilengkapi AC tetapi sangat ala kadarnya saja. Terlalu sederhana untuk Bus yang harganya sangat mahal dan kelihatannya mewah. Suasana pool bisa dikatakan sangat ramai, crowded. Di bagian yang lain, tersedia Restaurant yang dipadati pengunjung calon penumpang. Tentu saja menu yang disajikan lebih banyak menu Aceh yang terkenal itu, mulai dari Mie Aceh, Nasi Goreng Aceh, Nasi Bebek, sampai Teh Tarik dan Kopi Aceh.
Bagi yang ingin Sholat, tersedia Mushola dan Toilet. Tapi, maaf, semuanya sangat kurang bersih. Berbeda dengan Bus Sempati Star Double Decker atau Higher Decker yang mewah, bersih dan harum, maka suasana Pool Bus benar-benar alakadarnya, berantakan, kotor, sangat tidak rapi. Pokoknya memerlukan banyak perhatian Manajemen dan Owner Bus hebat ini.
Tepat jam 20.00, ternyata tidak ada tanda-tanda keberangkatan. Bahkan Bus yang direncanakan akan berangkat, belum parkir di pool. Katanya sedang dalam perjalanan, sebentar lagi sampai. Banyak alasan yang disampaikan. Tetapi akhirnya Bus benar-benar berangkat sekitar 15 menit menjelang Pukul 22.00. Masalahnya tidak banyak penumpang yang complaint.
Mobil Hebat
Mobil Medan Aceh ini bukan hanya hebat, tetapi sangat bisa dihandalkan. Menggunakan Chassis Scania K410 1B, tentu saja sangat mumpuni. Bukan saja kekuatannya yang mencapai 410 horse power yang seimbang dengan Mercedes Benz OC500 RF 2542 yang memiliki tenaga 420 horse power. Apalagi melalui dukungan suspensi udara yang luar biasa, bus Scania sangat cocok digunakan pada kondisi jalanan Indonesia yang belum sepenuhnya bagus. Meskipun secara umum jalan-jalan di Aceh sudah sangat bagus.
Pemilik perusahaan Otobis Sempati Star tidak ragu melengkapi dan memanjakan penumpang melalui sistem audio dan video yang tersedia bagi setiap seat. Sudah sama seperti pada pesawat udara yang lebih modern. Melalui konfigurasi tempat duduk 2-2 single cabin, Scania memang sebuah pilihan tepat. Hanya saja beberapa penumpang merasa "kesempitan" akibat jok 2-2 yang ada pada Bus Sempati Star ini begitu tebal dengan pembatas kepala membuat gerakan penumpang terasa kurang nyaman dan tidak fleksibel. Tidak hanya bagi penumpang yang berbadan besar, bahkan orang-orang yang "lebih normal" tidak gemukpun, merasa sangat sulit untuk bergerak pada aisle (gang) antara tempat duduk yang sempit.
Rindu Seperti Bus "Masa Lalu"
Apakah Bus modern saat ini sama dengan bus-bus tahun 70-an sampai tahun 2000-an? Dari sisi kekuatan, kecanggihan dan kenyamanan, memang berbeda. Bus masa kini yang lebih banyak menempatkan mesin di bagian belakang dan dengan peredaman yang terbaik, membuat kabin terasa senyap dan hening. Hampir semua penumpang sudah tertidur ketika bus berjalan 1 jam meninggalkan Medan. Lampu penerangan yang diatur redup, membuat semua orang mencoba tidur. Apalagi sistem pendingin Bus (AC) berfungsi dengan sangat baik. Semua penumpang disediakan Selimut cukup Tebal dan Bantal Kecil untuk bermimpi seiring Bus berjalan semakin cepat.
Sayang, Bus beberapa kali berhenti untuk menaikkan penumpang. Meskipun Bus ini dirancang Non Stop, tetapi selalu berhenti di beberapa tempat, apakah di Terminal, atau di tempat tertentu dimana beberapa penumpang sudah menunggu untuk naik Bus. Banyak juga penumpang yang turun, bahkan masih di kawasan Sumatera Utara tepatnya di kota Besitang, sekitar 100 km dari Medan. Artinya, Bus ini juga melayani penumpang dengan jarak sangat pendek. Untuk Bus Non Stop seharusnya Bus hanya menerima penumpang untuk jarak yang cukup jauh, misalnya minimal Medan sampai Panton Labu, Lhoksukun, atau Lhokseumawe. Karena untuk jarak dekat, bisanya perusahaan Otobis menyediakan Bus lain yang Non Patas, atau Bus AC Ekonomi.
Tidak Singgah di Restaurant.
Pada masa lalu, setelah berjalan 4-6 jam, biasanya Bus berhenti di Restaurant tertentu, atau di Terminal yang banyak sepanjang jalan Medan Banda Aceh, atau Medan Takengon. Saya sempat bertanya, "dimana Bus akan berhenti untuk minum/makan?" Ternyata, Kondektur Bus (Bus Staf) menjawab untuk Bus Non Stop kita tidak berhenti. Jadi akan jalan terus langsung tanpa berhenti istirahat. Maksud hati ingin menikmati suasana malam di Aceh sambil Minum Kopi (Aceh) atau Teh Tarik, jadi gagal. Mungkin perlu dipikirkan untuk berhenti sekitar 30 menit mengaso sambil minum kopi atau makan.
Beberapa Kota yang dilewati pada Perjalanan Medan Takengon
Setelah meninggalkan Kota Medan dan Sumatera Utara, sekitar 2,5 jam perjalanan, Bus sudah memasuki kawasan Daerah Istimewa Aceh, mula-mula Kabupaten Aceh Tamiang (Kota Kuala Simpang) dan Kabupaten Aceh Timur (Kota Langsa) sekitar 168 kilometer dari Medan. jalan-jalan yang mulai sepi, kecuali Bus-Bus lain yang sama-sama menuju Aceh, sungguh suasana menarik bagi Bus malam eksekutif ini. Scania K410 1 B memang benar-benar mumpuni dengan mesin hampir 13000 cc meluncur cepat tanpa bisa diimbangi oleh Bus-Bus lain. Berbeda dengan kondisi di Jawa, Bus-Bus Sumatera, juga Bus-Bus Aceh umumnya tidak saling mendahului atau mengebut, tetapi memberikan kesempatan bagi yang ingin duluan. Kita sangat jarang menemukan Supir Bus (driver) yang ngebut tanpa memperhatikan keselamatan penumpang.
Sekitar Pukul 04.00 pagi, Bus Sempati Star sudah melewati Kota Lhoksukun dan Lhokseumawe Aceh Utara. Jadi Bus sudah berjalan sekitar 335 Kilometer selama 5,5 jam. Sampai Lhokseumawe, Driver punya 2 pilihan, apakah melalui Kota Bireuen dan Lampahan (158 kilometer), atau melalui jalur jalan KKA lewat kota Pondok Baru dan Simpang Tiga Redelong (109 kilometer).
Rupanya Bus Sempati Star Medan Takengon hanya lewat Simpang Tiga Redelong (109 Kilometer). Jalan KKA ini termasuk jalur baru yang dikembangkan dalam 15 tahun terakhir. Kondisi jalan sangat bagus tetapi tetap berkelok-kelok. Tidak terlalu tajam dibandingkan jalur Bireuen Takengon yang memiliki belokan tajam dengan pendakian yang curam dan sempit. tetapi Mesin Scania K410 1B memang luar biasa. Jalur pendakian Lhokseumawe Takengon dihajar sekitar 1,5 jam. Sekitar jam 05.30, Sempati Star merapat di Terminal Bus Paya Ilang Takengon dalam suasana pagi yang gelap, dan dingin sekitar 14 derajat Celcius. Perjalanan kurang dari 8 jam dari Medan, akhirnya selesai di Takengon. Belum ada Bus antar kota yang sampai Takengon pada pagi itu. Penumpang mempunyai beberapa pilihan Bus Antar Kota Medan Takengon. Di samping Bus Sempati Star (2 Bus), kita juga bisa memilih Bus Kurnia (6 Bus), CV Putra Pelangi (6 Bus), Bus CV Harapan Indah (2 Bus), dan Bus FA. PMTOH, Legenda Bus Aceh (2 Unit). Juga ada Bus asli asal Tanah Gayo, PT Aceh Tengah yang kembali melayani penumpang tujuan Takengon Medan pulang pergi.
Mari menikmati Indonesia, Aceh dan Kota dingin Takengon. Ayo nikmati secangkir Kopi Arabika Gayo yang terkenal.
Cerita tentang perjalanan 430 Kilometer dari Medan ke Takengon di Kabupaten Aceh tengah Provinsi Aceh. Pokoknya, tidak hanya dengan pesawat terbang, mari menikmati perjalanan Jet darat, apakah dengan Mesin dan Chasis Mercedes Benz OC500 RF 2542, atau SCANIA K410 1B yang sama -sama dilengkapi sistem 3 axle. Keinginan lama untuk mengulang perjalanan sekitar 40 tahun yang lalu, akhirnya kesampaian. Senin 4 Februari 2019, kami sudah mem-booking ticket Medan ke Takengon perjalanan malam hari pukul 20.00. Kami mencoba salah satu perusahaan otobis yang paling terkenal, Sempati Star yang berangkat dari Pool/Kantornya di Jalan Pinang Baris Medan.
Satu jam sebelum berangkat, kami sudah hadir di Pool Bus. Ada beberapa bus yang parkir dan siap untuk berangkat. Sebagian sedang memuat barang/packet untuk dibawa ke Aceh. Rupanya di samping memuat penumpang, Bus-bus Aceh juga banyak memuat barang-barang dagangan para pengusaha Aceh, atau sekedar kiriman Paket yang jumlahnya cukup banyak. Penumpang banyak yang duduk-duduk di tempat istirahat (ruang tunggu) yang dilengkapi AC tetapi sangat ala kadarnya saja. Terlalu sederhana untuk Bus yang harganya sangat mahal dan kelihatannya mewah. Suasana pool bisa dikatakan sangat ramai, crowded. Di bagian yang lain, tersedia Restaurant yang dipadati pengunjung calon penumpang. Tentu saja menu yang disajikan lebih banyak menu Aceh yang terkenal itu, mulai dari Mie Aceh, Nasi Goreng Aceh, Nasi Bebek, sampai Teh Tarik dan Kopi Aceh.
Bagi yang ingin Sholat, tersedia Mushola dan Toilet. Tapi, maaf, semuanya sangat kurang bersih. Berbeda dengan Bus Sempati Star Double Decker atau Higher Decker yang mewah, bersih dan harum, maka suasana Pool Bus benar-benar alakadarnya, berantakan, kotor, sangat tidak rapi. Pokoknya memerlukan banyak perhatian Manajemen dan Owner Bus hebat ini.
Tepat jam 20.00, ternyata tidak ada tanda-tanda keberangkatan. Bahkan Bus yang direncanakan akan berangkat, belum parkir di pool. Katanya sedang dalam perjalanan, sebentar lagi sampai. Banyak alasan yang disampaikan. Tetapi akhirnya Bus benar-benar berangkat sekitar 15 menit menjelang Pukul 22.00. Masalahnya tidak banyak penumpang yang complaint.
Cookpit untuk Pilot (Driver) keren dengan batasan Kaca ke ruang penumpang tetapi lebih rendah dibandingkan posisi duduk penumpang. |
Mobil Medan Aceh ini bukan hanya hebat, tetapi sangat bisa dihandalkan. Menggunakan Chassis Scania K410 1B, tentu saja sangat mumpuni. Bukan saja kekuatannya yang mencapai 410 horse power yang seimbang dengan Mercedes Benz OC500 RF 2542 yang memiliki tenaga 420 horse power. Apalagi melalui dukungan suspensi udara yang luar biasa, bus Scania sangat cocok digunakan pada kondisi jalanan Indonesia yang belum sepenuhnya bagus. Meskipun secara umum jalan-jalan di Aceh sudah sangat bagus.
Pemilik perusahaan Otobis Sempati Star tidak ragu melengkapi dan memanjakan penumpang melalui sistem audio dan video yang tersedia bagi setiap seat. Sudah sama seperti pada pesawat udara yang lebih modern. Melalui konfigurasi tempat duduk 2-2 single cabin, Scania memang sebuah pilihan tepat. Hanya saja beberapa penumpang merasa "kesempitan" akibat jok 2-2 yang ada pada Bus Sempati Star ini begitu tebal dengan pembatas kepala membuat gerakan penumpang terasa kurang nyaman dan tidak fleksibel. Tidak hanya bagi penumpang yang berbadan besar, bahkan orang-orang yang "lebih normal" tidak gemukpun, merasa sangat sulit untuk bergerak pada aisle (gang) antara tempat duduk yang sempit.
Tempat Duduk Mewah yang terlalu tebal membuat Aisle (gang)
untuk lewat penumpang terasa sangat sempit. Gerakan untuk
duduk dan berdiri juga menjadi tidak fleksibel.
|
Rindu Seperti Bus "Masa Lalu"
Apakah Bus modern saat ini sama dengan bus-bus tahun 70-an sampai tahun 2000-an? Dari sisi kekuatan, kecanggihan dan kenyamanan, memang berbeda. Bus masa kini yang lebih banyak menempatkan mesin di bagian belakang dan dengan peredaman yang terbaik, membuat kabin terasa senyap dan hening. Hampir semua penumpang sudah tertidur ketika bus berjalan 1 jam meninggalkan Medan. Lampu penerangan yang diatur redup, membuat semua orang mencoba tidur. Apalagi sistem pendingin Bus (AC) berfungsi dengan sangat baik. Semua penumpang disediakan Selimut cukup Tebal dan Bantal Kecil untuk bermimpi seiring Bus berjalan semakin cepat.
Sayang, Bus beberapa kali berhenti untuk menaikkan penumpang. Meskipun Bus ini dirancang Non Stop, tetapi selalu berhenti di beberapa tempat, apakah di Terminal, atau di tempat tertentu dimana beberapa penumpang sudah menunggu untuk naik Bus. Banyak juga penumpang yang turun, bahkan masih di kawasan Sumatera Utara tepatnya di kota Besitang, sekitar 100 km dari Medan. Artinya, Bus ini juga melayani penumpang dengan jarak sangat pendek. Untuk Bus Non Stop seharusnya Bus hanya menerima penumpang untuk jarak yang cukup jauh, misalnya minimal Medan sampai Panton Labu, Lhoksukun, atau Lhokseumawe. Karena untuk jarak dekat, bisanya perusahaan Otobis menyediakan Bus lain yang Non Patas, atau Bus AC Ekonomi.
Tidak Singgah di Restaurant.
Pada masa lalu, setelah berjalan 4-6 jam, biasanya Bus berhenti di Restaurant tertentu, atau di Terminal yang banyak sepanjang jalan Medan Banda Aceh, atau Medan Takengon. Saya sempat bertanya, "dimana Bus akan berhenti untuk minum/makan?" Ternyata, Kondektur Bus (Bus Staf) menjawab untuk Bus Non Stop kita tidak berhenti. Jadi akan jalan terus langsung tanpa berhenti istirahat. Maksud hati ingin menikmati suasana malam di Aceh sambil Minum Kopi (Aceh) atau Teh Tarik, jadi gagal. Mungkin perlu dipikirkan untuk berhenti sekitar 30 menit mengaso sambil minum kopi atau makan.
Gunung Burni Telong, Icon Tanah Gayo. Terlihat jelas dari Kota
Lampahan dan Kota Pondok Baru Simpang Tiga Redelong.
|
Setelah meninggalkan Kota Medan dan Sumatera Utara, sekitar 2,5 jam perjalanan, Bus sudah memasuki kawasan Daerah Istimewa Aceh, mula-mula Kabupaten Aceh Tamiang (Kota Kuala Simpang) dan Kabupaten Aceh Timur (Kota Langsa) sekitar 168 kilometer dari Medan. jalan-jalan yang mulai sepi, kecuali Bus-Bus lain yang sama-sama menuju Aceh, sungguh suasana menarik bagi Bus malam eksekutif ini. Scania K410 1 B memang benar-benar mumpuni dengan mesin hampir 13000 cc meluncur cepat tanpa bisa diimbangi oleh Bus-Bus lain. Berbeda dengan kondisi di Jawa, Bus-Bus Sumatera, juga Bus-Bus Aceh umumnya tidak saling mendahului atau mengebut, tetapi memberikan kesempatan bagi yang ingin duluan. Kita sangat jarang menemukan Supir Bus (driver) yang ngebut tanpa memperhatikan keselamatan penumpang.
Sekitar Pukul 04.00 pagi, Bus Sempati Star sudah melewati Kota Lhoksukun dan Lhokseumawe Aceh Utara. Jadi Bus sudah berjalan sekitar 335 Kilometer selama 5,5 jam. Sampai Lhokseumawe, Driver punya 2 pilihan, apakah melalui Kota Bireuen dan Lampahan (158 kilometer), atau melalui jalur jalan KKA lewat kota Pondok Baru dan Simpang Tiga Redelong (109 kilometer).
Rupanya Bus Sempati Star Medan Takengon hanya lewat Simpang Tiga Redelong (109 Kilometer). Jalan KKA ini termasuk jalur baru yang dikembangkan dalam 15 tahun terakhir. Kondisi jalan sangat bagus tetapi tetap berkelok-kelok. Tidak terlalu tajam dibandingkan jalur Bireuen Takengon yang memiliki belokan tajam dengan pendakian yang curam dan sempit. tetapi Mesin Scania K410 1B memang luar biasa. Jalur pendakian Lhokseumawe Takengon dihajar sekitar 1,5 jam. Sekitar jam 05.30, Sempati Star merapat di Terminal Bus Paya Ilang Takengon dalam suasana pagi yang gelap, dan dingin sekitar 14 derajat Celcius. Perjalanan kurang dari 8 jam dari Medan, akhirnya selesai di Takengon. Belum ada Bus antar kota yang sampai Takengon pada pagi itu. Penumpang mempunyai beberapa pilihan Bus Antar Kota Medan Takengon. Di samping Bus Sempati Star (2 Bus), kita juga bisa memilih Bus Kurnia (6 Bus), CV Putra Pelangi (6 Bus), Bus CV Harapan Indah (2 Bus), dan Bus FA. PMTOH, Legenda Bus Aceh (2 Unit). Juga ada Bus asli asal Tanah Gayo, PT Aceh Tengah yang kembali melayani penumpang tujuan Takengon Medan pulang pergi.
Mari menikmati Indonesia, Aceh dan Kota dingin Takengon. Ayo nikmati secangkir Kopi Arabika Gayo yang terkenal.
Pagi Indah dan Dingin di Tanah Gayo dengan secangkir
Kopi Panas Gayo Arabika.
|
Thursday, 7 February 2019
Tanah Gayo, Sejuk Damai dan Indah
toto zurianto
Udara pagi dingin kota Takengon, membuat kita tetap semangat memulai aktivitas. Ini pagi kedua kami di kota di tepi Danau Laut Tawar di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, sungguh indah dan sangat menawan. Memandang dari Lantai 2 belakang rumah sahabat kami Dr. Munadi, seorang ahli jantung anak asli Lampahan, langsung ke arah Danau Laut Tawar, sungguh membuat hati kita damai. Memang setiap berbicara tentang Tanah Gayo, Kota Lampahan, Kota Takengon, PN Perkebunan 1, dan Kopi Arabika Gayo, membuat kami tidak bisa berhenti untuk bercerita.
Inilah Tano Gayo, di kawasan Tengah Provinsi Aceh, tempat kami pernah bermukim cukup lama, tahun 1971 sampai 1979, membuat perasaan kembali ke era itu. Era ketika kami menikmati masa kecil, masa Sekolah Dasar dan SMP yang begitu luar biasa. Kami berada di sini, karena mengikuti kepindahan orang tua yang bertugas di PN Perkebunan 1 di kota kecil Lampahan. Lampahan sendiri sebagai pusat aktivitas kegiatan perkebuhan yang mengelola pohon Pinus Merkusi menjadi Damar dan Minyak Terpentine. Lampahan juga sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Timang Gajah, dulu termasuk wilayah Kabupaten Aceh Tengah, tetapi sekarang berada di Kabupaten Bener Meriah, salah satu kabupaten pemekaran disamping Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Luwes.
Sejuk dan Damai
Hal pertama yang perlu kita nikmati ketika berada di Tanah Gayo adalah hawanya yang sejuk, dingin dan tentunya membuat kita terasa lebih nyaman. Pegunungan dan pohon-pohon yang lebat, tumbuhan hijau sejauh-sejauh mata memandang. Inilah salah satu surga Indonesia. Puluhan tahun yang lalu ketika kami pertama kali kemari, hanya ada 1 Kabupaten, Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibukotanya Takengon yang berada di tepi Danau Laut Tawar. Kini sudah menjadi 3 kabupaten. Lampahan adalah sebuah kota kecamatan, tetapi lebih berkembang karena disini pemerintah membangun sebuah perkebunan, melalui Perusahaan Negara Perkebunan 1, PNP 1 yang berkantor pusat di Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur. Perkebunan Lampahan dimiliki oleh PNP 1 mengelola perkebunan Pinus Merkusi yang getahnya diolah pada sebuah Pabrik di Lampahan menjadi Damar dan Minyak Terpentin. Kemungkinan pada saat itu, 50% dari tanah Gayo merupakan areal perkebunan Pinus Merkusi dibawah kekuasaan PNP 1 Kebon Takengon.
Kopi Arabika Gayo
Kini salah satu kekayaan penting dari Tanah Gayo adalah Kopi Arabika Gayo. Kawasan ini tercatat sebagai salah satu daerah penghasil kopi Arabika terpenting di Indonesia. Kopi lain yang juga sangat dikenal adalah Kopi Arabika Bali Kintamani, Kopi Papua Wamena, Kopi Ijen, Kopi Mandailing. Kopi Arabika Gayo bukan saja menjadi permintaan banyak orang di luar negeri, juga menjadi trending penggemar kopi Indonesia. Banyak Kedai Kopi Indonesia yang tidak ragu menempatkan Kopi Arabika Gayo sebagai salah satu sajian yang paling penting.
Kebersamaan Kota Lampahan
Atas prakarsa beberapa "anak Lampahan" yang ada di Lampahan, di Tanah Gayo, dan yang jauh di perantauan, pada tanggal 5 Februari 2019 dilaksanakan Temu Kangen Reuni Anak SMP PNP 1 Lampahan. Ini adalah hal yang pertama dalam 30-50 tahun ini. Banyak para alumni anak Lampahan yang tidak pernah bertemu dalam 30-40 tahun. Meskipun acaranya sederhana, tetapi pertemuan selalu melahirkan suasana batin yang indah, haru dan luar biasa.
Medan ke Takengon dengan Bus Eksekutif Cepat
Udara pagi dingin kota Takengon, membuat kita tetap semangat memulai aktivitas. Ini pagi kedua kami di kota di tepi Danau Laut Tawar di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, sungguh indah dan sangat menawan. Memandang dari Lantai 2 belakang rumah sahabat kami Dr. Munadi, seorang ahli jantung anak asli Lampahan, langsung ke arah Danau Laut Tawar, sungguh membuat hati kita damai. Memang setiap berbicara tentang Tanah Gayo, Kota Lampahan, Kota Takengon, PN Perkebunan 1, dan Kopi Arabika Gayo, membuat kami tidak bisa berhenti untuk bercerita.
Inilah Tano Gayo, di kawasan Tengah Provinsi Aceh, tempat kami pernah bermukim cukup lama, tahun 1971 sampai 1979, membuat perasaan kembali ke era itu. Era ketika kami menikmati masa kecil, masa Sekolah Dasar dan SMP yang begitu luar biasa. Kami berada di sini, karena mengikuti kepindahan orang tua yang bertugas di PN Perkebunan 1 di kota kecil Lampahan. Lampahan sendiri sebagai pusat aktivitas kegiatan perkebuhan yang mengelola pohon Pinus Merkusi menjadi Damar dan Minyak Terpentine. Lampahan juga sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Timang Gajah, dulu termasuk wilayah Kabupaten Aceh Tengah, tetapi sekarang berada di Kabupaten Bener Meriah, salah satu kabupaten pemekaran disamping Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Luwes.
Sejuk dan Damai
Hal pertama yang perlu kita nikmati ketika berada di Tanah Gayo adalah hawanya yang sejuk, dingin dan tentunya membuat kita terasa lebih nyaman. Pegunungan dan pohon-pohon yang lebat, tumbuhan hijau sejauh-sejauh mata memandang. Inilah salah satu surga Indonesia. Puluhan tahun yang lalu ketika kami pertama kali kemari, hanya ada 1 Kabupaten, Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibukotanya Takengon yang berada di tepi Danau Laut Tawar. Kini sudah menjadi 3 kabupaten. Lampahan adalah sebuah kota kecamatan, tetapi lebih berkembang karena disini pemerintah membangun sebuah perkebunan, melalui Perusahaan Negara Perkebunan 1, PNP 1 yang berkantor pusat di Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur. Perkebunan Lampahan dimiliki oleh PNP 1 mengelola perkebunan Pinus Merkusi yang getahnya diolah pada sebuah Pabrik di Lampahan menjadi Damar dan Minyak Terpentin. Kemungkinan pada saat itu, 50% dari tanah Gayo merupakan areal perkebunan Pinus Merkusi dibawah kekuasaan PNP 1 Kebon Takengon.
Pagi hari ke arah Danau Laut Tawar, ada sawah dan rumah-rumah penduduk |
Di samping tanaman Pinus Merkusi, kawasan Tanah Gayo yang berada pada ketinggian 500 sampai 2000 meter di atas permukaan Laut, menjadi areal penting bagi tanaman Kopi. Ada 2 jenis kopi yang dikembangkan disini, kopi Robusta yang tumbuh pada ketinggian 400 - 700 meter, dan kopi Arabika yang subur diketinggian 700 sampai 1500 meter di atas permukaan laut. Tanaman lain yang bagus di samping Sayuran dan Buah adalah Tembakau dan Daun Teh. Sayang pada saat ini, usaha Tembakau dan Daun Teh tidak lagi menarik perhatian. Masyarakat lebih banyak yang berusaha menanam Kopi Arabika yang harganya sangat menjanjikan dan menjadi kekayaan luar biasa. Sedangkan PNP 1, yang berubah menjadi PT Perkebunan 1 (PTP-1) sudah lama mundur dari usaha pengolahan Damar dan Minyak Terpentin. Sejak sekitar tahun 1990, pemerintah mengalihkan konsensi perkebunan Pinus Merkusi, tidak lagi mengolah getahnya (Getah Pohon Pinus) menjadi Damar dan Terpentin, tetapi batangnya ditebang dan dihancurkan menjadi bahan baku Kertas yang dikelola PT Kertas Kraft Aceh (PT KKA) yang membuat hutan-hutan di Aceh Tengah menjadi gundul.
Takengon, Aceh Tengah, Gayo Highland dengan Tumbuhan Pinus, pemandangan dari Puncak Pantan Terong |
Kini salah satu kekayaan penting dari Tanah Gayo adalah Kopi Arabika Gayo. Kawasan ini tercatat sebagai salah satu daerah penghasil kopi Arabika terpenting di Indonesia. Kopi lain yang juga sangat dikenal adalah Kopi Arabika Bali Kintamani, Kopi Papua Wamena, Kopi Ijen, Kopi Mandailing. Kopi Arabika Gayo bukan saja menjadi permintaan banyak orang di luar negeri, juga menjadi trending penggemar kopi Indonesia. Banyak Kedai Kopi Indonesia yang tidak ragu menempatkan Kopi Arabika Gayo sebagai salah satu sajian yang paling penting.
Segelas Kopi Tubruk Arabika Gayo, tidak bisa dijelaskan Nikmatnya! |
Kebersamaan Kota Lampahan
Atas prakarsa beberapa "anak Lampahan" yang ada di Lampahan, di Tanah Gayo, dan yang jauh di perantauan, pada tanggal 5 Februari 2019 dilaksanakan Temu Kangen Reuni Anak SMP PNP 1 Lampahan. Ini adalah hal yang pertama dalam 30-50 tahun ini. Banyak para alumni anak Lampahan yang tidak pernah bertemu dalam 30-40 tahun. Meskipun acaranya sederhana, tetapi pertemuan selalu melahirkan suasana batin yang indah, haru dan luar biasa.
Kami sempat bertemu dengan beberapa Guru yang lama tidak pernah berjumpa, baik guru SD Negeri 1, 2 dan 3 Lampahan, juga Guru SMP PNP 1 Lampahan. Aku sendiri sempat bertemu dengan 2 Guruku, Ibu Siti Ali'ah, Guru Kelas VI SD Negeri 2 dan Bapak Teruna Jaya, Guru Pendidikan Kewargaan Negara (Civics), Sejarah dan Olahraga SMP PNP 1 Lampahan. Di samping acara formal sambutan-sambutan, hiburan dan makan siang, serta berbincang sesama alumni yang lama tidak berjumpa, berbicara bersama Guru SD dan Guru SMP, sungguh sebuah keharuan yang tidak tergantikan.
Dengan Ibu Siti Ali'ah, Guru Kelas VI SD Negeri 2 Lampahan (1972), bertemu setelah 47 tahun. Guru yang hebat, tetap ingat, dan masih ingat. |
Dengan Pak Teruna Jaya, Guru SMP PNP 1 Lampahan, beliau mengajar Pendidikan Kewargaan Negara (CIVICS), Sejarah Dunia dan Olah Raga (tahun 1973-1975). |
Bandara Rembele Simpang Tiga
Sejak dulu Lampahan dan wilayah Tanah Gayo telah menarik perhatian banyak orang. Tidak heran pemerintah dan usahawan Belanda tidak ragu membangun perkebunan Pinus Merkusi, perkebunan Kopi, dan perkebunan Teh di wilayah ini. Karena itu keberadaan Bandara Rembele jelas sebuah kebutuhan yang diperlukan oleh tanah subur di pegunungan ini. Kini, siapa saja akan lebih mudah dan cepat untuk berkunjung ke Tanah Gayo, ke Takengon atau ke Lampahan. Dari Medan, melalui Bandara Kuala Namu, setiap hari ada pesawat Wings Air yang terbang menggunakan pesawat ATR 72-600 dengan kapasitas 72 tempat duduk. Dari Kualanamu take off jam 08.00 dan sebelum jam 09.00 sudah mendarat di Bandara Rembele di kota Simpang Tiga, Bener Meriah. Kemudian pesawat yang sama kembali ke Medan pada pukul 09.20, tiba 1 jam kemudian di Kualanamu. Tiket pesawat sekitar Rp450.000.
Sejak dulu Lampahan dan wilayah Tanah Gayo telah menarik perhatian banyak orang. Tidak heran pemerintah dan usahawan Belanda tidak ragu membangun perkebunan Pinus Merkusi, perkebunan Kopi, dan perkebunan Teh di wilayah ini. Karena itu keberadaan Bandara Rembele jelas sebuah kebutuhan yang diperlukan oleh tanah subur di pegunungan ini. Kini, siapa saja akan lebih mudah dan cepat untuk berkunjung ke Tanah Gayo, ke Takengon atau ke Lampahan. Dari Medan, melalui Bandara Kuala Namu, setiap hari ada pesawat Wings Air yang terbang menggunakan pesawat ATR 72-600 dengan kapasitas 72 tempat duduk. Dari Kualanamu take off jam 08.00 dan sebelum jam 09.00 sudah mendarat di Bandara Rembele di kota Simpang Tiga, Bener Meriah. Kemudian pesawat yang sama kembali ke Medan pada pukul 09.20, tiba 1 jam kemudian di Kualanamu. Tiket pesawat sekitar Rp450.000.
Bandara Rembele di Simpang Tiga Redelong, Kabupaten Bener Meriah |
Inilah Puncak Gunung Burni Telong, di sisi sebelah sini Kota Pondok Baru dan di sisi sebelah sana, Kota Lampahan. Icon Tanah Gayo |
Medan ke Takengon dengan Bus Eksekutif Cepat
Di samping menumpang pesawat yang cepat, kalau anda tidak terburu-buru, banyak Bus Malam yang berangkat dari Medan ke Takengon setiap malam sekitar Jam 20.00 - 22.00 WIB. Kini tinggal memilih, ada Bus Simpati Star, Kurnia, PMTOH, Pelangi, atau PT Aceh Tengah dari Medan ke Takengon dan sebaliknya. Mungkin ada sekitar 10 Bus, jadi jangan khawatir, sangat mudah transportasi kalau anda ingin ke Tanah Gayo. Cuam hampir semua bus berangkat malam, tidak ada bus pagi/siang. Kecuali Bus Kecil atau Bus Ekonomi jarak pendek.
Medan Takengon dengan Sempati Star Scania |
Subscribe to:
Posts (Atom)