Cerita tentang perjalanan 430 Kilometer dari Medan ke Takengon di Kabupaten Aceh tengah Provinsi Aceh. Pokoknya, tidak hanya dengan pesawat terbang, mari menikmati perjalanan Jet darat, apakah dengan Mesin dan Chasis Mercedes Benz OC500 RF 2542, atau SCANIA K410 1B yang sama -sama dilengkapi sistem 3 axle. Keinginan lama untuk mengulang perjalanan sekitar 40 tahun yang lalu, akhirnya kesampaian. Senin 4 Februari 2019, kami sudah mem-booking ticket Medan ke Takengon perjalanan malam hari pukul 20.00. Kami mencoba salah satu perusahaan otobis yang paling terkenal, Sempati Star yang berangkat dari Pool/Kantornya di Jalan Pinang Baris Medan.
Satu jam sebelum berangkat, kami sudah hadir di Pool Bus. Ada beberapa bus yang parkir dan siap untuk berangkat. Sebagian sedang memuat barang/packet untuk dibawa ke Aceh. Rupanya di samping memuat penumpang, Bus-bus Aceh juga banyak memuat barang-barang dagangan para pengusaha Aceh, atau sekedar kiriman Paket yang jumlahnya cukup banyak. Penumpang banyak yang duduk-duduk di tempat istirahat (ruang tunggu) yang dilengkapi AC tetapi sangat ala kadarnya saja. Terlalu sederhana untuk Bus yang harganya sangat mahal dan kelihatannya mewah. Suasana pool bisa dikatakan sangat ramai, crowded. Di bagian yang lain, tersedia Restaurant yang dipadati pengunjung calon penumpang. Tentu saja menu yang disajikan lebih banyak menu Aceh yang terkenal itu, mulai dari Mie Aceh, Nasi Goreng Aceh, Nasi Bebek, sampai Teh Tarik dan Kopi Aceh.
Bagi yang ingin Sholat, tersedia Mushola dan Toilet. Tapi, maaf, semuanya sangat kurang bersih. Berbeda dengan Bus Sempati Star Double Decker atau Higher Decker yang mewah, bersih dan harum, maka suasana Pool Bus benar-benar alakadarnya, berantakan, kotor, sangat tidak rapi. Pokoknya memerlukan banyak perhatian Manajemen dan Owner Bus hebat ini.
Tepat jam 20.00, ternyata tidak ada tanda-tanda keberangkatan. Bahkan Bus yang direncanakan akan berangkat, belum parkir di pool. Katanya sedang dalam perjalanan, sebentar lagi sampai. Banyak alasan yang disampaikan. Tetapi akhirnya Bus benar-benar berangkat sekitar 15 menit menjelang Pukul 22.00. Masalahnya tidak banyak penumpang yang complaint.
Cookpit untuk Pilot (Driver) keren dengan batasan Kaca ke ruang penumpang tetapi lebih rendah dibandingkan posisi duduk penumpang. |
Mobil Medan Aceh ini bukan hanya hebat, tetapi sangat bisa dihandalkan. Menggunakan Chassis Scania K410 1B, tentu saja sangat mumpuni. Bukan saja kekuatannya yang mencapai 410 horse power yang seimbang dengan Mercedes Benz OC500 RF 2542 yang memiliki tenaga 420 horse power. Apalagi melalui dukungan suspensi udara yang luar biasa, bus Scania sangat cocok digunakan pada kondisi jalanan Indonesia yang belum sepenuhnya bagus. Meskipun secara umum jalan-jalan di Aceh sudah sangat bagus.
Pemilik perusahaan Otobis Sempati Star tidak ragu melengkapi dan memanjakan penumpang melalui sistem audio dan video yang tersedia bagi setiap seat. Sudah sama seperti pada pesawat udara yang lebih modern. Melalui konfigurasi tempat duduk 2-2 single cabin, Scania memang sebuah pilihan tepat. Hanya saja beberapa penumpang merasa "kesempitan" akibat jok 2-2 yang ada pada Bus Sempati Star ini begitu tebal dengan pembatas kepala membuat gerakan penumpang terasa kurang nyaman dan tidak fleksibel. Tidak hanya bagi penumpang yang berbadan besar, bahkan orang-orang yang "lebih normal" tidak gemukpun, merasa sangat sulit untuk bergerak pada aisle (gang) antara tempat duduk yang sempit.
Tempat Duduk Mewah yang terlalu tebal membuat Aisle (gang)
untuk lewat penumpang terasa sangat sempit. Gerakan untuk
duduk dan berdiri juga menjadi tidak fleksibel.
|
Rindu Seperti Bus "Masa Lalu"
Apakah Bus modern saat ini sama dengan bus-bus tahun 70-an sampai tahun 2000-an? Dari sisi kekuatan, kecanggihan dan kenyamanan, memang berbeda. Bus masa kini yang lebih banyak menempatkan mesin di bagian belakang dan dengan peredaman yang terbaik, membuat kabin terasa senyap dan hening. Hampir semua penumpang sudah tertidur ketika bus berjalan 1 jam meninggalkan Medan. Lampu penerangan yang diatur redup, membuat semua orang mencoba tidur. Apalagi sistem pendingin Bus (AC) berfungsi dengan sangat baik. Semua penumpang disediakan Selimut cukup Tebal dan Bantal Kecil untuk bermimpi seiring Bus berjalan semakin cepat.
Sayang, Bus beberapa kali berhenti untuk menaikkan penumpang. Meskipun Bus ini dirancang Non Stop, tetapi selalu berhenti di beberapa tempat, apakah di Terminal, atau di tempat tertentu dimana beberapa penumpang sudah menunggu untuk naik Bus. Banyak juga penumpang yang turun, bahkan masih di kawasan Sumatera Utara tepatnya di kota Besitang, sekitar 100 km dari Medan. Artinya, Bus ini juga melayani penumpang dengan jarak sangat pendek. Untuk Bus Non Stop seharusnya Bus hanya menerima penumpang untuk jarak yang cukup jauh, misalnya minimal Medan sampai Panton Labu, Lhoksukun, atau Lhokseumawe. Karena untuk jarak dekat, bisanya perusahaan Otobis menyediakan Bus lain yang Non Patas, atau Bus AC Ekonomi.
Tidak Singgah di Restaurant.
Pada masa lalu, setelah berjalan 4-6 jam, biasanya Bus berhenti di Restaurant tertentu, atau di Terminal yang banyak sepanjang jalan Medan Banda Aceh, atau Medan Takengon. Saya sempat bertanya, "dimana Bus akan berhenti untuk minum/makan?" Ternyata, Kondektur Bus (Bus Staf) menjawab untuk Bus Non Stop kita tidak berhenti. Jadi akan jalan terus langsung tanpa berhenti istirahat. Maksud hati ingin menikmati suasana malam di Aceh sambil Minum Kopi (Aceh) atau Teh Tarik, jadi gagal. Mungkin perlu dipikirkan untuk berhenti sekitar 30 menit mengaso sambil minum kopi atau makan.
Gunung Burni Telong, Icon Tanah Gayo. Terlihat jelas dari Kota
Lampahan dan Kota Pondok Baru Simpang Tiga Redelong.
|
Setelah meninggalkan Kota Medan dan Sumatera Utara, sekitar 2,5 jam perjalanan, Bus sudah memasuki kawasan Daerah Istimewa Aceh, mula-mula Kabupaten Aceh Tamiang (Kota Kuala Simpang) dan Kabupaten Aceh Timur (Kota Langsa) sekitar 168 kilometer dari Medan. jalan-jalan yang mulai sepi, kecuali Bus-Bus lain yang sama-sama menuju Aceh, sungguh suasana menarik bagi Bus malam eksekutif ini. Scania K410 1 B memang benar-benar mumpuni dengan mesin hampir 13000 cc meluncur cepat tanpa bisa diimbangi oleh Bus-Bus lain. Berbeda dengan kondisi di Jawa, Bus-Bus Sumatera, juga Bus-Bus Aceh umumnya tidak saling mendahului atau mengebut, tetapi memberikan kesempatan bagi yang ingin duluan. Kita sangat jarang menemukan Supir Bus (driver) yang ngebut tanpa memperhatikan keselamatan penumpang.
Sekitar Pukul 04.00 pagi, Bus Sempati Star sudah melewati Kota Lhoksukun dan Lhokseumawe Aceh Utara. Jadi Bus sudah berjalan sekitar 335 Kilometer selama 5,5 jam. Sampai Lhokseumawe, Driver punya 2 pilihan, apakah melalui Kota Bireuen dan Lampahan (158 kilometer), atau melalui jalur jalan KKA lewat kota Pondok Baru dan Simpang Tiga Redelong (109 kilometer).
Rupanya Bus Sempati Star Medan Takengon hanya lewat Simpang Tiga Redelong (109 Kilometer). Jalan KKA ini termasuk jalur baru yang dikembangkan dalam 15 tahun terakhir. Kondisi jalan sangat bagus tetapi tetap berkelok-kelok. Tidak terlalu tajam dibandingkan jalur Bireuen Takengon yang memiliki belokan tajam dengan pendakian yang curam dan sempit. tetapi Mesin Scania K410 1B memang luar biasa. Jalur pendakian Lhokseumawe Takengon dihajar sekitar 1,5 jam. Sekitar jam 05.30, Sempati Star merapat di Terminal Bus Paya Ilang Takengon dalam suasana pagi yang gelap, dan dingin sekitar 14 derajat Celcius. Perjalanan kurang dari 8 jam dari Medan, akhirnya selesai di Takengon. Belum ada Bus antar kota yang sampai Takengon pada pagi itu. Penumpang mempunyai beberapa pilihan Bus Antar Kota Medan Takengon. Di samping Bus Sempati Star (2 Bus), kita juga bisa memilih Bus Kurnia (6 Bus), CV Putra Pelangi (6 Bus), Bus CV Harapan Indah (2 Bus), dan Bus FA. PMTOH, Legenda Bus Aceh (2 Unit). Juga ada Bus asli asal Tanah Gayo, PT Aceh Tengah yang kembali melayani penumpang tujuan Takengon Medan pulang pergi.
Mari menikmati Indonesia, Aceh dan Kota dingin Takengon. Ayo nikmati secangkir Kopi Arabika Gayo yang terkenal.
Pagi Indah dan Dingin di Tanah Gayo dengan secangkir
Kopi Panas Gayo Arabika.
|
1 comment:
Saya punya rencana mengunjungi Takengon tgl 30 Juni 2019. Kalo naik dari terminal bus Binjai bisa gak?
Post a Comment