Indonesia saat ini sedang berada pada masa penting, menetapkan Pemimpin Nasional yang akan menghela negara pada 5 tahun ke depan (2019-2024). Masih banyak hal yang perlu kita kerjakan. Kita perlu membawa sebagian masyarakat kita yang masih berada pada kondisi miskin, menjadi lebih baik keadaannya. Gap antara kelompok sangat kaya yang menguasai ekonomi, perlu lebih mendistribusikan kekayaannya sehingga bisa dinikmati kelompok masyarakat yang masih kekurangan.
Kita perlu mengadirkan pemimpin yang
memiliki visi cemerlang. Di bidang perekonomian, sektor pertanian yang dihuni
kelompok masyarakat paling besar, perlu diarahkan untuk memainkan perannya. Sistem
Pertanian dan Perkebunan kita perlu dikelola lebih baik. Tentu saja, termasuk
kehutanan, peternakan dan perikanan yang tercatat sebagai kekayaan bangsa yang
sangat luar biasa.
Di samping itu, perdagangan dan industri
yang juga harus mampu berkembang, ditandai dengan semakin besarnya hasil-hasil
kita yang dapat diekspor ke luar. Neraca Perdagangan perlu mendapatkan
perhatian khusus. Kita harus tidak puas dengan kondisi saat ini yang belum
mampu membangun basis ekspor secara terus menerus. Difisit perdagangan,
lemahnya ekspor, sering mengganggu perekonomian kita. Terutama tekanan terhadap
neraca pembayaran dan tekanan terhadap Rupiah.
Oleh karena itu, kita memerlukan
banyak pemimpin yang tidak saja kompeten, juga sekaligus visioner dengan kemampuan
inovasi dan kreativitas yang terukur. Indonesia memerlukan orang-orang kreatif,
yang mampu melakukan perubahan secara lebih substansial dan mendasar.
Sosok
pemimpin seperti apa?
Kalau menurut Alyssa Chumbley (2017),
ada 5 kriteria utama yang kita perlukan. Pertama, kita memerlukan Pemimpin yang
selalu membuka pintu komunikasi, they leave the door open! Sederhananya,
membuat semua orang merasa aman untuk menyampaikan pandangannya. Orang yang
sederhana sekalipun, tidak merasa “bodoh”, tetapi justru seperti diberi ruang,
dan dianggap memberikan kontribusi. Orang biasa tidak terbiasa berbicara,
apalagi memberikan ide dan pemikiran. Tapi mereka punya pengalaman yang cukup
lama. Sering pandangannya sangat genuine, asli. Pemimpin besar, sering
selalu merasa terlalu besar, sehingga tidak menaruh perhatian pada orang kecil
dengan ide-ide yang biasanya kecil. Pemimpin perlu menghadirkan rasa nyaman
bagi anak buahnya untuk kelahiran ide-ide yang brilliant. Bahkan sering
terlebih dahulu melewati hal-hal yang sulit, termasuk kritik tajam. Tetapi
ketika situasi ini tercipta, maka kita akan merasa mudah memenangi kepercayaan
dan kehormatan. Ini yang kita sebut A Trust and Respected Leadership.
Hal kedua yang kita bangun adalah
menjaga konsistensi. Konsisten dalam ucapan dan tindakan adalah harta penting dari
seorang pemimpin. Kalau kita suka berubah-ubah, lain sore lain pagi,
orang-orang akan sulit memprediksi kita. Lingkungan kita, akan selalu menunggu ucapan
akhir kita. Mereka khawatir, kita akan berubah pandangan. Tentu saja,
konsistensi biasanya erat hubungannya dengan kapasitas, kemampuan, keilmuan dan
pengalaman seorang pemimpin.
Faktor ketiga yang diperhatikan banyak
orang adalah keterlibatan dan tanggung jawab. Jangan pernah selalu ingin
“bersih sendiri”. Pemimpin harus berada di depan dan menjadi pioneer, bukan
omong doang. Terutama untuk hal-hal yang sensitif, sering kita perlu tampil dan
menunjukkan, memang kita hadir. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kesatuan.
Jangan pernah hanya sekedar tampil untuk menunjukkan personality saja. Kita
perlu memberikan peran pada hal-hal yang memang menjadi kapasitas kita. Tidak
semua hal menjadi tugas kita. Kita memang harus berbagi. Ada hal-hal yang
menjadi tanggung jawab kita, tetapi kita perlu memberikan kesempatan kepada
orang lain sesuai dengan tugas dan kapasitasnya.
Selanjutnya yang keempat, seorang
pemimpin harus memberikan keputusan dengan kualitas yang terbaik. Jangan
mencla-mencle dan coba-coba. Tantangan penting disini, knowledge, pengalaman dan keluasan pandangan adalah kunci. Jangan
pernah berkompromi dengan faktor kompetensi. Ketika kita tidak bisa konsisten
menjaga kapasitas kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita, maka akan banyak
keputusan yang liar. Keputusan yang Wishy-washy membuat perjalanan kita menjadi
seperti sandiwara. Banyak keputusan tetapi nilainya rendah. Tujuan organisasi
menjadi semakin jauh terwujud. Orang-orang semakin tidak menghargai kita.
Terakhir, pemimpin harus memahami
bahwa semua aktivitas yang dilakukannnya adalah dalam rangka pembentukan legacy. Kita pada dasarnya sedang
menjadi pusat perhatian para generasi akan datang. Jadi jangan berhenti
berpikir untuk memberikan hal-hal baik yang nanti bisa menjadi pegangan. Kalau
kita ingin trust dan respect tidak ada pilihan, maka
sampaikan ucapan dan pikiran cerdas, bukan sekedar kekuasaan.
Karena itu kepada para Pemimpin,
jangan berhenti meng-upgrade diri. Jangan berpuas hati. Masih banyak hal yang perlu
diperbaiki. Perbaiki cara komunikasi kita, please open door. Tingkatkan kapasitas,
libatkan banyak orang, jadilah teladan generasi depan. Jangan suka grusu-grusu. Pemimpin selalu terbuka pada banyak pandangan.
No comments:
Post a Comment