Thursday 7 February 2019

Tanah Gayo, Sejuk Damai dan Indah

toto zurianto


Udara pagi dingin kota Takengon, membuat kita tetap semangat memulai aktivitas. Ini pagi kedua kami di kota di tepi Danau Laut Tawar di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, sungguh indah dan sangat menawan. Memandang dari Lantai 2 belakang rumah sahabat kami Dr. Munadi, seorang ahli jantung anak asli Lampahan, langsung ke arah Danau Laut Tawar, sungguh membuat hati kita damai. Memang setiap berbicara tentang Tanah Gayo, Kota Lampahan, Kota Takengon, PN Perkebunan 1, dan Kopi Arabika Gayo, membuat kami tidak bisa berhenti untuk bercerita.
Inilah Tano Gayo, di kawasan Tengah Provinsi Aceh, tempat kami pernah bermukim cukup lama, tahun 1971 sampai 1979, membuat perasaan kembali ke era itu. Era ketika kami menikmati masa kecil, masa Sekolah Dasar dan SMP yang begitu luar biasa. Kami berada di sini, karena mengikuti kepindahan orang tua yang bertugas di PN Perkebunan 1 di kota kecil Lampahan. Lampahan sendiri sebagai pusat aktivitas kegiatan perkebuhan yang mengelola pohon Pinus Merkusi menjadi Damar dan Minyak Terpentine. Lampahan juga sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Timang Gajah, dulu termasuk wilayah Kabupaten Aceh Tengah, tetapi sekarang berada di Kabupaten Bener Meriah, salah satu kabupaten pemekaran disamping Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Gayo Luwes.

Sejuk dan Damai
Hal pertama yang perlu kita nikmati ketika berada di Tanah Gayo adalah hawanya yang sejuk, dingin dan tentunya membuat kita terasa lebih nyaman. Pegunungan dan pohon-pohon yang lebat, tumbuhan hijau sejauh-sejauh mata memandang. Inilah salah satu surga Indonesia. Puluhan tahun yang lalu ketika kami pertama kali kemari, hanya ada 1 Kabupaten, Kabupaten Aceh Tengah dengan Ibukotanya Takengon yang berada di tepi Danau Laut Tawar. Kini sudah menjadi 3 kabupaten. Lampahan adalah sebuah kota kecamatan, tetapi lebih berkembang karena disini pemerintah membangun sebuah perkebunan, melalui Perusahaan Negara Perkebunan 1, PNP 1 yang berkantor pusat di Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur. Perkebunan Lampahan dimiliki oleh PNP 1 mengelola perkebunan Pinus Merkusi yang getahnya diolah pada sebuah Pabrik di Lampahan menjadi Damar dan Minyak Terpentin. Kemungkinan pada saat itu, 50% dari tanah Gayo merupakan areal perkebunan Pinus Merkusi dibawah kekuasaan PNP 1 Kebon Takengon.



Pagi hari ke arah Danau Laut Tawar, ada sawah dan rumah-rumah penduduk
Di samping tanaman Pinus Merkusi, kawasan Tanah Gayo yang berada pada ketinggian 500 sampai 2000 meter di atas permukaan Laut, menjadi areal penting bagi tanaman Kopi. Ada 2 jenis kopi yang dikembangkan disini, kopi Robusta yang tumbuh pada ketinggian 400 - 700 meter, dan kopi Arabika yang subur diketinggian 700 sampai 1500 meter di atas permukaan laut. Tanaman lain yang bagus di samping Sayuran dan Buah adalah Tembakau dan Daun Teh. Sayang pada saat ini, usaha Tembakau dan Daun Teh tidak lagi menarik perhatian. Masyarakat lebih banyak yang berusaha menanam Kopi Arabika yang harganya sangat menjanjikan dan menjadi kekayaan luar biasa. Sedangkan PNP 1, yang berubah menjadi PT Perkebunan 1 (PTP-1) sudah lama mundur dari usaha pengolahan Damar dan Minyak Terpentin. Sejak sekitar tahun 1990, pemerintah mengalihkan konsensi perkebunan Pinus Merkusi, tidak lagi mengolah getahnya (Getah Pohon Pinus) menjadi Damar dan Terpentin, tetapi batangnya ditebang dan dihancurkan menjadi bahan baku Kertas yang dikelola PT Kertas Kraft Aceh (PT KKA) yang membuat hutan-hutan di Aceh Tengah menjadi gundul.


Takengon, Aceh Tengah, Gayo Highland dengan Tumbuhan Pinus,
pemandangan dari Puncak Pantan Terong

Kopi Arabika Gayo
Kini salah satu kekayaan penting dari Tanah Gayo adalah Kopi Arabika Gayo. Kawasan ini tercatat sebagai salah satu daerah penghasil kopi Arabika terpenting di Indonesia. Kopi lain yang juga sangat dikenal adalah Kopi Arabika Bali Kintamani, Kopi Papua Wamena, Kopi Ijen, Kopi Mandailing. Kopi Arabika Gayo bukan saja menjadi permintaan banyak orang di luar negeri, juga menjadi trending penggemar kopi Indonesia. Banyak Kedai Kopi Indonesia yang tidak ragu menempatkan Kopi Arabika Gayo sebagai salah satu sajian yang paling penting.



Segelas Kopi Tubruk Arabika Gayo,
tidak bisa dijelaskan Nikmatnya!


Kebersamaan Kota Lampahan
Atas prakarsa beberapa "anak Lampahan" yang ada di Lampahan, di Tanah Gayo, dan yang jauh di perantauan, pada tanggal 5 Februari 2019 dilaksanakan Temu Kangen Reuni Anak SMP PNP 1 Lampahan. Ini adalah hal yang pertama dalam 30-50 tahun ini. Banyak para alumni anak Lampahan yang tidak pernah bertemu dalam 30-40 tahun. Meskipun acaranya sederhana, tetapi pertemuan selalu melahirkan suasana batin yang indah, haru dan luar biasa. 
Kami sempat bertemu dengan beberapa Guru yang lama tidak pernah berjumpa, baik guru SD Negeri 1, 2 dan 3 Lampahan, juga Guru SMP PNP 1 Lampahan. Aku sendiri sempat bertemu dengan 2 Guruku, Ibu Siti Ali'ah, Guru Kelas VI SD Negeri 2 dan Bapak Teruna Jaya, Guru Pendidikan Kewargaan Negara (Civics), Sejarah dan Olahraga SMP PNP 1 Lampahan. Di samping acara formal sambutan-sambutan, hiburan dan makan siang, serta berbincang sesama alumni yang lama tidak berjumpa, berbicara bersama Guru SD dan Guru SMP, sungguh sebuah keharuan yang tidak tergantikan.

Dengan Ibu Siti Ali'ah, Guru Kelas VI SD Negeri 2 Lampahan (1972),
bertemu setelah 47 tahun. Guru yang hebat, tetap ingat, dan masih ingat. 

Dengan Pak Teruna Jaya, Guru SMP PNP 1 Lampahan, beliau mengajar Pendidikan
Kewargaan Negara (CIVICS), Sejarah Dunia dan Olah Raga (tahun 1973-1975).

Bandara Rembele Simpang Tiga
Sejak dulu Lampahan dan wilayah Tanah Gayo telah menarik perhatian banyak orang. Tidak heran pemerintah dan usahawan Belanda tidak ragu membangun perkebunan Pinus Merkusi, perkebunan Kopi, dan perkebunan Teh di wilayah ini. Karena itu keberadaan Bandara Rembele jelas sebuah kebutuhan yang diperlukan oleh tanah subur di pegunungan ini. Kini, siapa saja akan lebih mudah dan cepat untuk berkunjung ke Tanah Gayo, ke Takengon atau ke Lampahan. Dari Medan, melalui Bandara Kuala Namu, setiap hari ada pesawat Wings Air yang terbang menggunakan pesawat ATR 72-600 dengan kapasitas 72 tempat duduk. Dari Kualanamu take off jam 08.00 dan sebelum jam 09.00 sudah mendarat di Bandara Rembele di kota Simpang Tiga, Bener Meriah. Kemudian pesawat yang sama kembali ke Medan pada pukul 09.20, tiba 1 jam kemudian di Kualanamu. Tiket pesawat sekitar Rp450.000.


Bandara Rembele di Simpang Tiga Redelong, Kabupaten Bener Meriah

Inilah Puncak Gunung Burni Telong, di sisi sebelah sini Kota Pondok Baru
dan di sisi sebelah sana, Kota Lampahan. Icon Tanah Gayo


Medan ke Takengon dengan Bus Eksekutif Cepat
Di samping menumpang pesawat yang cepat, kalau anda tidak terburu-buru,  banyak Bus Malam yang berangkat dari Medan ke Takengon setiap malam sekitar Jam 20.00 - 22.00 WIB. Kini tinggal memilih, ada Bus Simpati Star, Kurnia, PMTOH, Pelangi, atau PT Aceh Tengah dari Medan ke Takengon dan sebaliknya. Mungkin ada sekitar 10 Bus, jadi jangan khawatir, sangat mudah transportasi kalau anda ingin ke Tanah Gayo. Cuam hampir semua bus berangkat malam, tidak ada bus pagi/siang. Kecuali Bus Kecil atau Bus Ekonomi jarak pendek.



Medan Takengon dengan Sempati Star Scania

No comments: