toto zurianto
Salah satu ahli Strategi termashur around the World adalah Kenichi Ohmae, yang salah satu bukunya pernah dan selalu menjadi Best Seller sepanjang masa, The Mind of Strategies (McGraw-Hill). Saya lupa kapan persis terbitnya, tetapi saya membacanya sekitar tahun 1992. Ohmae yang sudah berbicara di banyak tempat sebagai ahli Manajemen Strategi dan penasehat ekonomi Presiden di beberapa negara itu, tercatat sebagai salah satu Management Guru asal Jepang yang paling terkenal. Bahkan dia pernah dipilih majalah The Economist (1994) sebagai satu dari lima Management Guru terbaik di dunia.
Ohmae sudah membuat lebih dari 140 buku dan artikel yang diterbitkan berbagai publisher terkenal dunia, seperti Harvard Business Review, Foreign Affairs, Wall Street Journal, dan New York Times.
Buku-bukunya banyak berbicara mengenai persoalan management, business, dan analisis sosial politik, antara lain yang terkenal adalah; The Mind of Strategist (McGraw-Hill), Triad Power (Free Press), Beyond National Borders (Dow Jones Irwin), The Borderless World (Harper Business), The End of the Nation State (Free Press), The Evolving Global Economy (editor, Harvard Business School Press), and The Invisible Continent - Four Strategic Imperatives of New Economy (HarperCollins/Nicholas Brealey Publishing),dan yang terakhir pemikirannya mengenai globalisasi, The Next Global Stage yang diterbitkan oleh Wharton School Publishing.
Bagi para peminat Ekonomi dan Globalisasi, saya menyarankan untuk tidak lupa membaca buku-bukunya Ohmae yang luar biasa kayanya.
CHANGE and Leadership mengundang teman dan sahabat untuk sharing pengetahuan, informasi, atau hiburan dalam rangka memperluas wawasan dan persahabatan! CHANGE and Leadership tidak membatasi peminat pada suatu bidang keilmuan atau minat tertentu. CHANGE and Leadership adalah forum lintas pengetahuan, bisa digunakan untuk mengulas hal-hal yang berhubungan dengan praktek kepemimpinan, manajemen, SDM, sosial, ekonomi, dan politik, juga bagi penggemar sport, sastra, musik, kuliner, dan travel!
Monday, 27 April 2009
KEADAAN DARURAT FLU BABI
toto zurianto
(berita dari detik.com)
Washington DC - Amerika Serikat (AS) menetapkan keadaan darurat atas terjadinya kasus suspect flu babi di negara tersebut. Hingga kini terdapat 20 kasus yang sudah terdeteksi antara lain di Ohio (1), Kansas (2), dan New York (8).
Status darurat ditetapkan setelah digelarnya pertemuan di Gedung Putih yang diikuti oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Demikian seperti dilaporkan reuters, Minggu (26/4/2009). Pertemuan tersebut juga menghasilkan beberapa butir kesimpulan sebagai respons terhadap merebaknya flu babi, yang telah menjadi ketakutan global. Di AS sendiri, belum ada penderita suspect flu babi yang meninggal dunia. Virus itu tergolong baru dan belum ada vaksin untuk mematikannya. CDC merekomendasikan adanya rencana untuk menutup sekolah-sekolah yang potensial bagi penyebaran virus flu babi.
Menteri Dalam Negeri Janet Napolitano mengatakan pemeriksaan penumpang pesawat dari Meksiko tidak menjamin dapat mencegah penularan virus flu babi. Karenanya, pemerintah juga akan melakukan pengawasan secara pasif. AS akan menggelontorkan dana US$ 50 juta untuk pengadaan Tamiflu dan Relanza sebagai stok obat-obatan yang strategis. Pemerintah tidak akan mengaitkan wabah flu babi ini dengan kemungkinan percobaan aksi terorisme dan tidak akan melakukan investigasi mengenai hal itu.
(berita dari detik.com)
Washington DC - Amerika Serikat (AS) menetapkan keadaan darurat atas terjadinya kasus suspect flu babi di negara tersebut. Hingga kini terdapat 20 kasus yang sudah terdeteksi antara lain di Ohio (1), Kansas (2), dan New York (8).
Status darurat ditetapkan setelah digelarnya pertemuan di Gedung Putih yang diikuti oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Demikian seperti dilaporkan reuters, Minggu (26/4/2009). Pertemuan tersebut juga menghasilkan beberapa butir kesimpulan sebagai respons terhadap merebaknya flu babi, yang telah menjadi ketakutan global. Di AS sendiri, belum ada penderita suspect flu babi yang meninggal dunia. Virus itu tergolong baru dan belum ada vaksin untuk mematikannya. CDC merekomendasikan adanya rencana untuk menutup sekolah-sekolah yang potensial bagi penyebaran virus flu babi.
Menteri Dalam Negeri Janet Napolitano mengatakan pemeriksaan penumpang pesawat dari Meksiko tidak menjamin dapat mencegah penularan virus flu babi. Karenanya, pemerintah juga akan melakukan pengawasan secara pasif. AS akan menggelontorkan dana US$ 50 juta untuk pengadaan Tamiflu dan Relanza sebagai stok obat-obatan yang strategis. Pemerintah tidak akan mengaitkan wabah flu babi ini dengan kemungkinan percobaan aksi terorisme dan tidak akan melakukan investigasi mengenai hal itu.
Saturday, 25 April 2009
ACHIEVING TARGET, Are You Success?
toto zurianto
Selalu menjadi perdebatan pada kalangan publik atau bahkan diperusahaan-perusahaan, apakah seorang pemimpin atau pejabat itu berhasil atau tidak. Contohnya, misalnya kalau kita me-refers kepada mantan Gubernur DKI Sutijoso pada masa jabatannya, "Apakah Sutijoso berhasil atau tidak?". Jawaban dari sepuluh orang untuk bertanyaan seperti ini akan sangat bervariasi. Banyak yang mengatakan Sutijoso tidak berhasil, misalnya ybs dianggap tidak mampu mengatasi masalah banjir, kemacetan lalu lintas, atau semrawutnya pedagang kaki lima. Tapi ada juga yang mengatakan Sutijoso berhasil, misalnya, melalui kekuatannya menerapkan proyek transportasi Jalan Bus "Bus Way" yang saat ini sudah beroperasi pada berbagai jalur di ibukota. Lalu sebenarnya, apakah Sutijoso berhasil? Begitu juga dengan performance pemimpin yang lain, bahkan Presiden SBY juga sangat bisa diperdebatkan.
Ukuran performance atau keberhasilan seseorang memang sering mendapatkan perdebatan masyarakat. Kenapa? Karena ada beberapa elemen pengukuran keberhasilan yang tidak kita lakukan. Paling penting adalah menyetujui bentuk target yang akan digunakan sebagai alat ukur sebelum pelaksanaan kegiatan. Kalau target tersebut tidak kita definisikan, bagaimana kita atau orang lain bisa meng-klaim bahwa kita berhasil atau gagal. Bahkan misalnya, urusan BusWay saja, akan bermacam-macam kesimpulan yang bisa kita berikan. Bisa berhasil karena cukup konsisten dijalankan dan lumayan perannya memberikan manfaat bagi masyarakat. Tapi bisa juga tidak karena masih banyak yang tidak efektif pelaksanaannya, mungkin proses pengadaannya tidak berlangsung baik, atau masih sering melanggar peraturan lalu lintas. Setelah target ditetapkan, alat ukur juga harus jelas. Seberapa besar pencapaiannya, dan bagaimana cara mengukurnya. Selalulah melakukan penetapan atau kesepakatan terlebih dahulu, antara orang yang melaksanakan (pelaksana) dengan pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk melakukan pengukuran. Tidak semua orang bisa atau boleh menyatakan apakah seseorang itu berhasil atau sukses.
Kita sering menyaksikan atau membaca berita-berita kurang pas di media massa. Cukup banyak masyarakat, atau kelompok masyarakat, atau para pejabat negara, atau terlebih lagi para politisi yang melakukan penilaian performance seorang pejabat dengan ukurannya sendiri-sendiri. Kalau dia menyukainya, dia bilang pejabat itu sukses, sebaliknya kalau dia kurang suka, dia katakan pejabat itu mempunyai banyak kelemahan dan tidak berhasil.
Hal lain yang juga sering tidak proporsional dalam konteks kinerja adalah soal siapa yang harus bertanggung jawab apa. Pada lembaga publik, kita cenderung menghakimi pejabat paling atas saja. Kalau ada kecelakaan pesawat, langsung yang kita anggap salah adalah Menteri Perhubungan. Kalau Jakarta banjir, Gubernur-lah yang kita kritik. Tentu saja ada yang menjadi porsi para pejabat puncak, tetapi ada juga yang menjadi tanggung jawab orang lain sesuai kesepakatan target yang sudah disusun pada masing-masing pihak yang berkepentingan. Sangat penting untuk membuat kejelasan dan memutuskan siapa melakukan apa dan siapa bertanggung jawab apa!
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempunyai suatu alat ukur yang disepakati dengan parameter pengukuran yang jelas dan siapa yang melaksanakannya. Jangan sampai kita mengabadikan pola pemberian judgment tanpa ada alat ukur dan evaluasi yang jelas.
Selalu menjadi perdebatan pada kalangan publik atau bahkan diperusahaan-perusahaan, apakah seorang pemimpin atau pejabat itu berhasil atau tidak. Contohnya, misalnya kalau kita me-refers kepada mantan Gubernur DKI Sutijoso pada masa jabatannya, "Apakah Sutijoso berhasil atau tidak?". Jawaban dari sepuluh orang untuk bertanyaan seperti ini akan sangat bervariasi. Banyak yang mengatakan Sutijoso tidak berhasil, misalnya ybs dianggap tidak mampu mengatasi masalah banjir, kemacetan lalu lintas, atau semrawutnya pedagang kaki lima. Tapi ada juga yang mengatakan Sutijoso berhasil, misalnya, melalui kekuatannya menerapkan proyek transportasi Jalan Bus "Bus Way" yang saat ini sudah beroperasi pada berbagai jalur di ibukota. Lalu sebenarnya, apakah Sutijoso berhasil? Begitu juga dengan performance pemimpin yang lain, bahkan Presiden SBY juga sangat bisa diperdebatkan.
Ukuran performance atau keberhasilan seseorang memang sering mendapatkan perdebatan masyarakat. Kenapa? Karena ada beberapa elemen pengukuran keberhasilan yang tidak kita lakukan. Paling penting adalah menyetujui bentuk target yang akan digunakan sebagai alat ukur sebelum pelaksanaan kegiatan. Kalau target tersebut tidak kita definisikan, bagaimana kita atau orang lain bisa meng-klaim bahwa kita berhasil atau gagal. Bahkan misalnya, urusan BusWay saja, akan bermacam-macam kesimpulan yang bisa kita berikan. Bisa berhasil karena cukup konsisten dijalankan dan lumayan perannya memberikan manfaat bagi masyarakat. Tapi bisa juga tidak karena masih banyak yang tidak efektif pelaksanaannya, mungkin proses pengadaannya tidak berlangsung baik, atau masih sering melanggar peraturan lalu lintas. Setelah target ditetapkan, alat ukur juga harus jelas. Seberapa besar pencapaiannya, dan bagaimana cara mengukurnya. Selalulah melakukan penetapan atau kesepakatan terlebih dahulu, antara orang yang melaksanakan (pelaksana) dengan pihak-pihak yang mempunyai otoritas untuk melakukan pengukuran. Tidak semua orang bisa atau boleh menyatakan apakah seseorang itu berhasil atau sukses.
Kita sering menyaksikan atau membaca berita-berita kurang pas di media massa. Cukup banyak masyarakat, atau kelompok masyarakat, atau para pejabat negara, atau terlebih lagi para politisi yang melakukan penilaian performance seorang pejabat dengan ukurannya sendiri-sendiri. Kalau dia menyukainya, dia bilang pejabat itu sukses, sebaliknya kalau dia kurang suka, dia katakan pejabat itu mempunyai banyak kelemahan dan tidak berhasil.
Hal lain yang juga sering tidak proporsional dalam konteks kinerja adalah soal siapa yang harus bertanggung jawab apa. Pada lembaga publik, kita cenderung menghakimi pejabat paling atas saja. Kalau ada kecelakaan pesawat, langsung yang kita anggap salah adalah Menteri Perhubungan. Kalau Jakarta banjir, Gubernur-lah yang kita kritik. Tentu saja ada yang menjadi porsi para pejabat puncak, tetapi ada juga yang menjadi tanggung jawab orang lain sesuai kesepakatan target yang sudah disusun pada masing-masing pihak yang berkepentingan. Sangat penting untuk membuat kejelasan dan memutuskan siapa melakukan apa dan siapa bertanggung jawab apa!
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mempunyai suatu alat ukur yang disepakati dengan parameter pengukuran yang jelas dan siapa yang melaksanakannya. Jangan sampai kita mengabadikan pola pemberian judgment tanpa ada alat ukur dan evaluasi yang jelas.
Wednesday, 22 April 2009
Leadership Series (MEMIMPIN ITU TIDAK MUDAH)
toto zurianto
Menurut Dave Ulrich (the Leadership Code), ada 5 hal yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin yang tangguh, yaitu; (i) kemampuan untuk berpikir strategis, (ii) bisa menjadi eksekutor yang hebat, (iii) kemampuan menciptakan Talent, (iiii) bisa menetapkan siapa-siapa yang tinggal dan siapa-siapa yang harus pergi, dan (iiiii) selalu meng-upgrade kemampuan pribadi.
Mampu berpikir STRATEGIS adalah kekuatan visi yang harus ditunjukkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mewujudkan masa depan (shape the future). Tanpa kemampuan berpikir strategis, organisasi pada dasarnya sedang tidak memerlukan leaders karena semua pengikut akan dengan mudah menjalankan misi organisasi dengan melihat hal-hal yang sudah dijalankan selama ini.
Menjadi Eksekutor (make things happen) adalah bagian penting yang sering tidak terlalu dianggap sebagai pekerjaan leaders. Seolah-olah, seorang leader, hanyalah seorang pemikir yang hanya tangguh pada tataran konsep dan membuat workplan saja. Eksekutor tangguh adalah menterjemahkan sesuatu dari yang kita ketahui menjadi suatu realita yang kita kerjakan (turn what we know into what we do). Hal penting yang harus dimiliki bagi seorang Pemimpin Eksekusi adalah kemampuan mengambil keputusan (tidak ragu dan tidak lemah atas intervensi), membuat proses perubahan sebagai hal yang biasa-biasa saja, dan berkeinginan untuk selalui melakukan monitoring dan belajar!
Mampu menjadi seorang Talent Manager (engaged today’s talent), biasa dibangun dengan keyakinan bahwa, SDM yang ada tidak perlu diberlakukan secara sama. Seorang leader harus bisa melakukan diferensiasi Pegawai sehingga orang-orang yang berbeda, diberikan pola pengelolaan yang berbeda-beda. Pemahaman mengenai demography dan kultur setiap generasi, perlu diketahui dan dipahami, dan tentunya diperlakukan secara berbeda-beda.
Bisa melahirkan generasi pengganti (build the next generation), leaders dituntut untuk membangun generasi akan datang. Leaders, pertama-tama harus melakukan mapping Pegawai, biasanya dengan menggunakan 2 parameter penting, memperhatikan Performance (result) dan Leadership (competency). Selanjutnya jangan lupa untuk menciptakan (mengarahkan) pola pengembangan (karir) yang paling sesuai bagi Pegawai sesuai profil-nya masing-masing. Leaders harus biasa dengan tools seperti performance management system, forced ranking, Map-Matirx Pegawai, Replacement Chart, Individual Development Plan.
Selalu meng-up-grade diri (invest in yourself), pertanyaan pertama, what are my strengths? Apakah kemampuan leadership, atau punya visi kuat, integritas teruji? Atau love of learning? Kedua, kita harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, lebih mampu, lebih bisa melakukan sesuatu. Ketiga, penting untuk didapat jawabannya, sebenarnya kita ingin menjadi apa? Di samping itu, sangat penting bagi kita untuk selalu suka belajar. Kenapa? Karena belajar biasanya, bisa membuat kita merasa selalu kurang.
Jadi pesan penting bagi seorang pemimpin adalah, rupanya kita (pemimpin) tidak boleh ongkang-ongkang kaki seolah-olah target sudah kita capai, dan mencoba menikmati keberhasilan. Kita akan digilas, kalau tidak mampu melahirkan pemikiran yang strategis (visionary), atau kalau kita selalu gagal meng-eksekusi, atau menganggap remeh peran seorang talent manager, atau tidak punya kapasitas dalam membangun generasi pengganti, atau apalagi kalau keinginan belajar kita nyatakan sudah tamat dalam kehidupan kita.
Menurut Dave Ulrich (the Leadership Code), ada 5 hal yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin yang tangguh, yaitu; (i) kemampuan untuk berpikir strategis, (ii) bisa menjadi eksekutor yang hebat, (iii) kemampuan menciptakan Talent, (iiii) bisa menetapkan siapa-siapa yang tinggal dan siapa-siapa yang harus pergi, dan (iiiii) selalu meng-upgrade kemampuan pribadi.
Mampu berpikir STRATEGIS adalah kekuatan visi yang harus ditunjukkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mewujudkan masa depan (shape the future). Tanpa kemampuan berpikir strategis, organisasi pada dasarnya sedang tidak memerlukan leaders karena semua pengikut akan dengan mudah menjalankan misi organisasi dengan melihat hal-hal yang sudah dijalankan selama ini.
Menjadi Eksekutor (make things happen) adalah bagian penting yang sering tidak terlalu dianggap sebagai pekerjaan leaders. Seolah-olah, seorang leader, hanyalah seorang pemikir yang hanya tangguh pada tataran konsep dan membuat workplan saja. Eksekutor tangguh adalah menterjemahkan sesuatu dari yang kita ketahui menjadi suatu realita yang kita kerjakan (turn what we know into what we do). Hal penting yang harus dimiliki bagi seorang Pemimpin Eksekusi adalah kemampuan mengambil keputusan (tidak ragu dan tidak lemah atas intervensi), membuat proses perubahan sebagai hal yang biasa-biasa saja, dan berkeinginan untuk selalui melakukan monitoring dan belajar!
Mampu menjadi seorang Talent Manager (engaged today’s talent), biasa dibangun dengan keyakinan bahwa, SDM yang ada tidak perlu diberlakukan secara sama. Seorang leader harus bisa melakukan diferensiasi Pegawai sehingga orang-orang yang berbeda, diberikan pola pengelolaan yang berbeda-beda. Pemahaman mengenai demography dan kultur setiap generasi, perlu diketahui dan dipahami, dan tentunya diperlakukan secara berbeda-beda.
Bisa melahirkan generasi pengganti (build the next generation), leaders dituntut untuk membangun generasi akan datang. Leaders, pertama-tama harus melakukan mapping Pegawai, biasanya dengan menggunakan 2 parameter penting, memperhatikan Performance (result) dan Leadership (competency). Selanjutnya jangan lupa untuk menciptakan (mengarahkan) pola pengembangan (karir) yang paling sesuai bagi Pegawai sesuai profil-nya masing-masing. Leaders harus biasa dengan tools seperti performance management system, forced ranking, Map-Matirx Pegawai, Replacement Chart, Individual Development Plan.
Selalu meng-up-grade diri (invest in yourself), pertanyaan pertama, what are my strengths? Apakah kemampuan leadership, atau punya visi kuat, integritas teruji? Atau love of learning? Kedua, kita harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, lebih mampu, lebih bisa melakukan sesuatu. Ketiga, penting untuk didapat jawabannya, sebenarnya kita ingin menjadi apa? Di samping itu, sangat penting bagi kita untuk selalu suka belajar. Kenapa? Karena belajar biasanya, bisa membuat kita merasa selalu kurang.
Jadi pesan penting bagi seorang pemimpin adalah, rupanya kita (pemimpin) tidak boleh ongkang-ongkang kaki seolah-olah target sudah kita capai, dan mencoba menikmati keberhasilan. Kita akan digilas, kalau tidak mampu melahirkan pemikiran yang strategis (visionary), atau kalau kita selalu gagal meng-eksekusi, atau menganggap remeh peran seorang talent manager, atau tidak punya kapasitas dalam membangun generasi pengganti, atau apalagi kalau keinginan belajar kita nyatakan sudah tamat dalam kehidupan kita.
Tuesday, 21 April 2009
A LEADER'S LEGACY
toto zurianto
Sebuah buku yang ditulis 2 ahli leadership kawakan James M. Kouzes dan Barry Z. Posner berjudul A Leader’s Legacy, berisikan petunjuk-petunjuk bagus bagi anda para profesional atau siapa saja yang sedang mengasah kemampuan kepemimpinannya. Penulis yang 15 tahun yang lalu (1995) telah menerbitkan buku Best Sellers dan menjadi pegangan para Leaders di seluruh dunia The Leadership Challenge; How to Keep Getting Extraordinary Things Done in Organizations, kembali memaparkan pemikirannya yang sangat brilliant dan perlu kita pelajari.
Buku yang dibagi atas 4 Bagian ini, yaitu (i) Significance, (ii) Relationships, (iii) Aspirations, dan (iv) Courage pada dasarnya meberikan kita tools untuk mempersiapkan capability kita agar “masa-masa” kepemimpinan yang kita jalankan, tidak saja memberikan manfaat besar bagi suatu organisasi, tetapi sekaligus akan meninggalkan semangat bagi para pegawai yang ditinggalkan.
Tentu saja menjadi Pemimpin dan berkeinginan untuk meninggalkan Legacy adalah pilihan. Banyak pemimpin yang terlalu formalistis yang cenderung menyederhanakan suatu “job description”. Pemimpin sejenis ini suka merasa-rasa bahwa kepemimpinannya hanya sementara, dan masa kepemimpinan itu hanya terminal pemberhentian untuk selanjutnya pergi menempuh perjalanan yang lain. Tapi, kalau anda memilih untuk meninggalkan sesuatu yang akan dikenang orang dan relatif berusia panjang, anda perlu mempunyai destini yang lebih bersifat long-term. Inilah visi dari seorang pemimpin yang akan meninggalkan legacy.
Memilih menjadi pemimpin yang meninggalkan legacy, jelas memerlukan kerja keras yang didukung oleh nilai (values) dan keberanian. Kenapa? Karena Legacy adalah sesuatu yang bukan saja abadi dan akan dikenang lebih lama. Tetapi, sesuatu yang tidak sama dengan biasanya. Sesuatu yang berbeda yang lahir akibat adanya keberanian untuk melahirkan hal-hal baru yang bermanfaat.
Sebuah buku yang ditulis 2 ahli leadership kawakan James M. Kouzes dan Barry Z. Posner berjudul A Leader’s Legacy, berisikan petunjuk-petunjuk bagus bagi anda para profesional atau siapa saja yang sedang mengasah kemampuan kepemimpinannya. Penulis yang 15 tahun yang lalu (1995) telah menerbitkan buku Best Sellers dan menjadi pegangan para Leaders di seluruh dunia The Leadership Challenge; How to Keep Getting Extraordinary Things Done in Organizations, kembali memaparkan pemikirannya yang sangat brilliant dan perlu kita pelajari.
Buku yang dibagi atas 4 Bagian ini, yaitu (i) Significance, (ii) Relationships, (iii) Aspirations, dan (iv) Courage pada dasarnya meberikan kita tools untuk mempersiapkan capability kita agar “masa-masa” kepemimpinan yang kita jalankan, tidak saja memberikan manfaat besar bagi suatu organisasi, tetapi sekaligus akan meninggalkan semangat bagi para pegawai yang ditinggalkan.
Tentu saja menjadi Pemimpin dan berkeinginan untuk meninggalkan Legacy adalah pilihan. Banyak pemimpin yang terlalu formalistis yang cenderung menyederhanakan suatu “job description”. Pemimpin sejenis ini suka merasa-rasa bahwa kepemimpinannya hanya sementara, dan masa kepemimpinan itu hanya terminal pemberhentian untuk selanjutnya pergi menempuh perjalanan yang lain. Tapi, kalau anda memilih untuk meninggalkan sesuatu yang akan dikenang orang dan relatif berusia panjang, anda perlu mempunyai destini yang lebih bersifat long-term. Inilah visi dari seorang pemimpin yang akan meninggalkan legacy.
Memilih menjadi pemimpin yang meninggalkan legacy, jelas memerlukan kerja keras yang didukung oleh nilai (values) dan keberanian. Kenapa? Karena Legacy adalah sesuatu yang bukan saja abadi dan akan dikenang lebih lama. Tetapi, sesuatu yang tidak sama dengan biasanya. Sesuatu yang berbeda yang lahir akibat adanya keberanian untuk melahirkan hal-hal baru yang bermanfaat.
Monday, 20 April 2009
Mencari Format Kepemimpinan Bangsaku
toto zurianto
Sampai dengan hari ini Senin 20 April 2009, hasil pemilu Legislatif tetap memperlihatkan komposisi yang tidak berubah pada urutan pemenang Pemilu legislatif yang dilakukan 11 hari sebelumnya (9April 2009). Urutan 10 besar, apakah versi Quick Count ataupun versi KPU, masih tetap diduduki oleh Partai Demokrat, Golkar, PDI-P, PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, Hanura, dan PBB.
Langkah berikut dari Pemilu Legislatif ini tentunya upaya mempersiapkan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Juli mendatang, mulai dari rencana-rencana koalisi antar partai, penetapan CaPres/CaWaPres, maupun pelaksanaan kampanye dan Pemilu sendiri.
Harapan masyarakat selanjutnya adalah lahirnya para pemimpin bangsa yang mumpuni, mampu mengajak masyarakat untuk menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya. Pemimpin yang Mumpuni, memiliki kapabilitas (kompetensi) yang kuat, memiliki integritas yang teruji, punya visi yang berpikir jauh ke depan (visioner), dan adanya kemampuan dan keberanian untuk mewujudkan cita-citanya menjadi realitas (have courage to execute the vision).
Lalu, seperti apa pemimpin yang kita harapkan bisa kita miliki?
Pertama, kita menginginkan hadirnya pemimpin yang tidak saja mampu melahirkan visi, tetapi telah mewarnai kehidupannya dalam visi itu sendiri. Bahkan nafas dan langkahnya diwarnai oleh cita-citanya melalui visi itu.
Kedua, kita mengharapkan hadirnya pemimpin yang punya keberanian untuk menciptakan keputusan-keputusan yang tidak populer. Kita sudah tidak mempunyai keinginan untuk mentolerir hadirnya pemimpin sekedar wacana visi dengan daya eksekusi terbata-bata.
Ketiga, kita selalu merindukan hadirnya pemimpin yang bisa bekerja sama, mementingkan keperluan negara dibandingkan dengan keperluan individu.
Sampai dengan hari ini Senin 20 April 2009, hasil pemilu Legislatif tetap memperlihatkan komposisi yang tidak berubah pada urutan pemenang Pemilu legislatif yang dilakukan 11 hari sebelumnya (9April 2009). Urutan 10 besar, apakah versi Quick Count ataupun versi KPU, masih tetap diduduki oleh Partai Demokrat, Golkar, PDI-P, PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, Hanura, dan PBB.
Langkah berikut dari Pemilu Legislatif ini tentunya upaya mempersiapkan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada bulan Juli mendatang, mulai dari rencana-rencana koalisi antar partai, penetapan CaPres/CaWaPres, maupun pelaksanaan kampanye dan Pemilu sendiri.
Harapan masyarakat selanjutnya adalah lahirnya para pemimpin bangsa yang mumpuni, mampu mengajak masyarakat untuk menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya. Pemimpin yang Mumpuni, memiliki kapabilitas (kompetensi) yang kuat, memiliki integritas yang teruji, punya visi yang berpikir jauh ke depan (visioner), dan adanya kemampuan dan keberanian untuk mewujudkan cita-citanya menjadi realitas (have courage to execute the vision).
Lalu, seperti apa pemimpin yang kita harapkan bisa kita miliki?
Pertama, kita menginginkan hadirnya pemimpin yang tidak saja mampu melahirkan visi, tetapi telah mewarnai kehidupannya dalam visi itu sendiri. Bahkan nafas dan langkahnya diwarnai oleh cita-citanya melalui visi itu.
Kedua, kita mengharapkan hadirnya pemimpin yang punya keberanian untuk menciptakan keputusan-keputusan yang tidak populer. Kita sudah tidak mempunyai keinginan untuk mentolerir hadirnya pemimpin sekedar wacana visi dengan daya eksekusi terbata-bata.
Ketiga, kita selalu merindukan hadirnya pemimpin yang bisa bekerja sama, mementingkan keperluan negara dibandingkan dengan keperluan individu.
Sunday, 12 April 2009
SRIKANDI INDONESIA, HEBAT!
toto zurianto
KEKAGUMANKU PADA SRIKANDI INDONESIA
Saya begitu menikmati Kick Andy Jum’at malam 10 April 2009 kemaren. Saya kagum pada srikandi Indonesia yang bekerja pada jenis pekerjaan yang selama ini kebanyakan didominasi oleh para lelaki. Ada operator alat berat (mobil keruk) di pertambangan di Newmont. Saya tidak tahu berapa berat mobil itu, mungkin 50 ton lebih. Ada juga Kapten Kapal Patroli (kapal Tunda) yang beroperasi di perairan (pelabuhan) di Jayapura, namanya Ibu Nelce. Acara itu juga menampilkan seorang bintang Tamu, Ibu Entin, mantan Kapten Kapal Pelni yang pernah menakhnodai Kapal Penumpang Pelni dalam perjalanan dari pabriknya di Jerman ke Indonesia yang berlangsung selama 29 hari 9 jam. Acara itu juga menampilkan Ibu Ida Fiqria, satu-satunya wanita yang berprofesi sebagai pesawat komersial berbadan sedang. Ia saat ini sebagai pilot pesawat Garuda jenis Airbus A-330 dan sudah memiliki 5500 jam terbang.
Seorang Jenderal polisi wanita, tepatnya sebagai seorang Kapolda Propinsi Banten, Ibu Brigjend Polisi Rumiah, telah menampilkan kebanggaan kita akan para srikandi Indonesia yang mengepalai para polisi di propinsi itu. Ada juga seorang Perwira Tinggi dari Angkatan Laut, Ibu Christina Rantetetana. Ia adalah seorang dan satu-satunya Laksamana (Pertama) di TNI AL yang pernah kita miliki. Saat ini ybs sebagai Staf Ahli pada Menko Polsuskam. Acara Kick Andy juga menampilkan seorang wanita muda yang juga terlihat tangguh dan pemberani, seorang petugas pemadam kebakaran wanita, Yossi Anita namanya. Dia berasal dari Kota Padang dan berpengalaman tidak saja untuk memadamkan api, tetapi termasuk pula sebagai Anggota Tim SAR dengan tugas yang bervariasi. Saya juga terpesona pada kehebatan Letnan Dua Fariana Dewi yang tidak saja terlihat tetap feminin, tetapi juga tetap menggambarkan seorang penerbang pesawat Helicopter tempur yang luar biasa.
Sungguh sangat banyak profesi yang secara umum lebih banyak dilakukan para pria, saat ini mulai diemban oleh para srikandi dengan hasil yang sama hebatnya, bahkan bisa menjadi bintang untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Saat ini hampir semua profesi sudah sangat terbuka dan bisa dilakukan oleh para wanita dengan tetap melakukan pekerjaan-pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Lihat juga para pengemudi Bus Way TransJakarta yang banyak dilakukan oleh para wanita, para ibu-bu yang juga tangguh.
Memang sudah tidak asing lagi. Kita sudah terbiasa dan sering menyaksikan para wanita Indonesia yang menduduki jabatan tinggi dan strategis di negara ini, termasuk yang paling terkenal saat ini adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga merangkap sebagai Menko Perekonomian. Tentu saja Megawati yang pernah menjadi wakil Presiden di era Gusdur dan selanjutnya sebagai Presiden yang menggantikannya. Demikian juga Menteri Perdagangan dan Menteri kesehatan. Semuanya adalah para srikandi yang tangguh dan hebat.
Kita bergembira karena saat ini di Indonesia, sudah tidak ada lagi perbedaan antara pria dan wanita untuk menjadi Leader dan mencapai posisi puncak. Meskipun tidak mudah, tetapi sangat penting untuk dipahami bahwa, bekerja tidak mengenal diskriminasi. Semua orang punya hak dan kesempatan yang sama luasnya untuk menjalankan karirnya. Dimulai dari kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya, selanjutnya adalah kekuatan dan komitmen yang harus dipelihara terus menerus dalam rangka mewujudkan cita-cita. Wanita, juga tidak perlu untuk mendapatkan “belas kasihan” dari para pria karena semuanya bisa ditaklukkan melalui iklim kompetisi yang wajar. Tentu saja ada juga beberapa hal yang perlu disepakati dengan para pria, terutama untuk pekerjaan rumah tangga dalam mengurus anak bagi yang berkeluarga. Sepakat dengan pengertian, perlunya pembagian pekerjaan yang wajar yang sebenarnya bukanlah sebagai pekerjaan yang hanya harus dilakukan oleh para wanita. Beberapa pekerjaan, seperti mengurus anak dan menyiapkan makanan bagi keluarga, bukanlah pekerjaan para ibu-ibu atau kaum wanita saja, tetapi sebagai pekerjaan bersama yang harus juga dilakukan secara seimbang oleh kaum pria. Pekerjaan-pekerjaan seperti ini perlu mendapatkan pemahaman yang benar sehingga bisa dijalankan secara baik. Hanya melalui itu, kita dapat mendapatkan para srikandi tangguh Indonesia yang hebat dan kuat!
KEKAGUMANKU PADA SRIKANDI INDONESIA
Saya begitu menikmati Kick Andy Jum’at malam 10 April 2009 kemaren. Saya kagum pada srikandi Indonesia yang bekerja pada jenis pekerjaan yang selama ini kebanyakan didominasi oleh para lelaki. Ada operator alat berat (mobil keruk) di pertambangan di Newmont. Saya tidak tahu berapa berat mobil itu, mungkin 50 ton lebih. Ada juga Kapten Kapal Patroli (kapal Tunda) yang beroperasi di perairan (pelabuhan) di Jayapura, namanya Ibu Nelce. Acara itu juga menampilkan seorang bintang Tamu, Ibu Entin, mantan Kapten Kapal Pelni yang pernah menakhnodai Kapal Penumpang Pelni dalam perjalanan dari pabriknya di Jerman ke Indonesia yang berlangsung selama 29 hari 9 jam. Acara itu juga menampilkan Ibu Ida Fiqria, satu-satunya wanita yang berprofesi sebagai pesawat komersial berbadan sedang. Ia saat ini sebagai pilot pesawat Garuda jenis Airbus A-330 dan sudah memiliki 5500 jam terbang.
Seorang Jenderal polisi wanita, tepatnya sebagai seorang Kapolda Propinsi Banten, Ibu Brigjend Polisi Rumiah, telah menampilkan kebanggaan kita akan para srikandi Indonesia yang mengepalai para polisi di propinsi itu. Ada juga seorang Perwira Tinggi dari Angkatan Laut, Ibu Christina Rantetetana. Ia adalah seorang dan satu-satunya Laksamana (Pertama) di TNI AL yang pernah kita miliki. Saat ini ybs sebagai Staf Ahli pada Menko Polsuskam. Acara Kick Andy juga menampilkan seorang wanita muda yang juga terlihat tangguh dan pemberani, seorang petugas pemadam kebakaran wanita, Yossi Anita namanya. Dia berasal dari Kota Padang dan berpengalaman tidak saja untuk memadamkan api, tetapi termasuk pula sebagai Anggota Tim SAR dengan tugas yang bervariasi. Saya juga terpesona pada kehebatan Letnan Dua Fariana Dewi yang tidak saja terlihat tetap feminin, tetapi juga tetap menggambarkan seorang penerbang pesawat Helicopter tempur yang luar biasa.
Sungguh sangat banyak profesi yang secara umum lebih banyak dilakukan para pria, saat ini mulai diemban oleh para srikandi dengan hasil yang sama hebatnya, bahkan bisa menjadi bintang untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Saat ini hampir semua profesi sudah sangat terbuka dan bisa dilakukan oleh para wanita dengan tetap melakukan pekerjaan-pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Lihat juga para pengemudi Bus Way TransJakarta yang banyak dilakukan oleh para wanita, para ibu-bu yang juga tangguh.
Memang sudah tidak asing lagi. Kita sudah terbiasa dan sering menyaksikan para wanita Indonesia yang menduduki jabatan tinggi dan strategis di negara ini, termasuk yang paling terkenal saat ini adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang juga merangkap sebagai Menko Perekonomian. Tentu saja Megawati yang pernah menjadi wakil Presiden di era Gusdur dan selanjutnya sebagai Presiden yang menggantikannya. Demikian juga Menteri Perdagangan dan Menteri kesehatan. Semuanya adalah para srikandi yang tangguh dan hebat.
Kita bergembira karena saat ini di Indonesia, sudah tidak ada lagi perbedaan antara pria dan wanita untuk menjadi Leader dan mencapai posisi puncak. Meskipun tidak mudah, tetapi sangat penting untuk dipahami bahwa, bekerja tidak mengenal diskriminasi. Semua orang punya hak dan kesempatan yang sama luasnya untuk menjalankan karirnya. Dimulai dari kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya, selanjutnya adalah kekuatan dan komitmen yang harus dipelihara terus menerus dalam rangka mewujudkan cita-cita. Wanita, juga tidak perlu untuk mendapatkan “belas kasihan” dari para pria karena semuanya bisa ditaklukkan melalui iklim kompetisi yang wajar. Tentu saja ada juga beberapa hal yang perlu disepakati dengan para pria, terutama untuk pekerjaan rumah tangga dalam mengurus anak bagi yang berkeluarga. Sepakat dengan pengertian, perlunya pembagian pekerjaan yang wajar yang sebenarnya bukanlah sebagai pekerjaan yang hanya harus dilakukan oleh para wanita. Beberapa pekerjaan, seperti mengurus anak dan menyiapkan makanan bagi keluarga, bukanlah pekerjaan para ibu-ibu atau kaum wanita saja, tetapi sebagai pekerjaan bersama yang harus juga dilakukan secara seimbang oleh kaum pria. Pekerjaan-pekerjaan seperti ini perlu mendapatkan pemahaman yang benar sehingga bisa dijalankan secara baik. Hanya melalui itu, kita dapat mendapatkan para srikandi tangguh Indonesia yang hebat dan kuat!
PEMILU 2009 dan harapan Kita!
toto zurianto
Sampai dengan Sabtu pagi (11 April 2009), Partai Demokrat pimpinan Presiden SBY masih tercatat sebagai pemenang Pemilu Indonesia versi Quick Count beberapa lembaga survei (Lingkaran, LSI, LSN, CIRUS dan LP3ES) dengan meraih 20,4% suara, lebih tinggi dari PDI Perjuangan (14,8%) dan Partai Golkar (14,4%). Khusus posisi 2 dan 3, ada perbedaan diantara lembaga-lembaga survei yang ada tetapi dengan persentase sekitar 14,2 sampai dengan 14,8%. Kadang-kadang PDI-P di peringkat 2 ada juga yang diperingkat 3. Partai lain yang masuk kelompok 10 besar adalah PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, Hanura dan PBB (lihat Tabel).
1 Partai Demokrat 20,4
2 Partai Golkar 14,8
3 PDI Perjuangan 14,4
4 PKS 8,6
5 PAN 5,8
6 PPP 5,4
7 PKB 5,1
8 Gerindra 4,5
9 Hanura 3,8
10 PBB 1,7
Peningkatan suara Partai Demokrat (PD) yang sangat siknifikan pada Pemilu 2009 dibandingkan Pemilu 2004, sungguh sangat luar biasa. Banyak pengamat yang menyebutkan hal itu terjadi akibat adanya Faktor SBY pada peristiwa ini. Pribadinya yang tidak meledak-ledak dan antikorupsi, antara lain tidak pandang bulu dengan menegakkan korupsi, disebut-sebut sebagai faktor penting yang menyebabkan kesuksesan PD. Hal ini dapat dimengerti mengingat tokoh lain di PD, saat ini bukan saja tidak terkenal tetapi dirasakan kurang menonjol, kecuali nama-nama seperti Andi Malarangeng dan Anas Urbaningrum.
Lalu kenapa Partai Golkar (PG) dan PDI Perjuangan (PDI-P) kini terseok-seok? Tentu akan banyak alasan yang bisa dikemukakan, antara lain akibat tuntutan perubahan yang gencar disampaikan para pemilih, juga “dosa-dosa masa lalu” yang sering begitu kejam tidak mengenal ampun. Memang masyarakat belum mempunyai referensi yang cukup mengenai profesional yang ada di PD. Masyarakat belum melihat para ahli yang cukup pada jajaran PD, terutama dukungan ahli ekonomi dan politik yang cukup memadai seperti yang kini banyak terdapat di PG dan PDI-P.
Kemenangan PD memang belum final dan masih menunggu hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang baru resmi sekitar 2 minggu setelah Pemilu. Persentasenya juga belum cukup kuat, baru sekitar seperempat dari suara yang ikut memilih. Tetap saja PD belum bisa melangkah santai untuk menuju Senayan, apalagi menjamin bahwa Presiden SBY sudah pasti menjadi presiden pada pemilihan Presiden/Wapes pada bulan Oktober 2009 yang akan datang. Pertentangan yang lebi dahsyat tetap akan terjadi di depan, dan tugas para kader pemenang Pemilu masih sangat berat, terutama dalam rangka menjalin koalisi awal paska Pemilu Legislatif ini.
Sampai saat ini, koalisisi PD pada Pemilu 2004, kelihatannya masih tetap prospektif dan cukup solid, seperti PKS, PAN, PPP dan PBB. Sementara 2 partai pendatang baru yang cukup menggelora, Partai Gerindra Pimpinan Prabowo dan Partai Hanura Pimpinan Wiranto sudah menyatakan tidak ke Partai demokrat dan terlihat mulai dekat dengan PDI Perjuangan yang nyata-nyata menolak untuk berkoalisi dengan PD. Kalau aliansi PG dan PDI-P serta beberapa partai lain membentuk kekuatan sendiri yang berbeda dengan lingkaran PD cs, sangat menarik untuk mengamati perkembangan peta politik nasional Paska Pemilu Legislatif 2009 ini. Kedua kubu ini sama-sama akan didukung oleh kekuatan yang cukup berimbang pada kisaran antara 40 sampai dengan 45% suara. Tentu saja, kegiatan menjelang Pemilu Presiden pada bulan Oktober mendatang akan semakin menarik dan menggairahkan.
Kita tentu saja berharap, para legislator pada periode 2009 – 2014, benar-benar mampu menjalankan profesi legislator secara profesional. Masyarakat sudah muak dengan legislator yang rakus kepada uang dan memainkan sidang-sidang DPR dalam rangka memaksa untuk mendapatkan uang. Masyarakat tidak lagi bisa dibutakan oleh para pemeras yang hanya berharap bisa mendapatkan uang hasil Fit and Proper Test yang selama ini bergentayangan sedemikian bebas. Kita perlu terpesona dengan sidang-sidang DPR yang ditampilkan oleh legislator yang berbobot. Hari ini, para pimpinan partai politik perlu mempunyai agenda untuk meningkatkan derajat anggotanya dengan selalu melakukan up-grading terhadap kualitas anggotanya secara terus menerus. Suasana persidangan yang sepi karena para anggota melaksanakan objek lain di luar sidang, sangat memalukan kalau ke depannya masih tetap terjadi dan dianggap kejadian biasa-biasa saja. Pemenuhan daftar hadir anggota sekedar formalitas, terlalu memuakkan untuk terus dipertahankan. Pimpinan partai politik perlu melakukan pemantauan akan aktivitas dan kualitas angotanya yang duduk di kursi DPR tanpa pandang bulu. Para anggota DPR, termasuk DPRD I, II dan DPD, perlu mempertanggungjawabkan amanat masyarakat yang telah diberikan kepadanya melalui pencontrengan dalam Pemilihan Umum. Apalagi biaya gaji (honor) yang diberikan kepadanya juga tidak sedikit.
Permintaan kami tidaklah muluk-muluk. Berikan kami kebanggaan kepada anda karena anda adalah wakil kami yang terhormat, yang intelek, punya integritas dan reputasi.
Sampai dengan Sabtu pagi (11 April 2009), Partai Demokrat pimpinan Presiden SBY masih tercatat sebagai pemenang Pemilu Indonesia versi Quick Count beberapa lembaga survei (Lingkaran, LSI, LSN, CIRUS dan LP3ES) dengan meraih 20,4% suara, lebih tinggi dari PDI Perjuangan (14,8%) dan Partai Golkar (14,4%). Khusus posisi 2 dan 3, ada perbedaan diantara lembaga-lembaga survei yang ada tetapi dengan persentase sekitar 14,2 sampai dengan 14,8%. Kadang-kadang PDI-P di peringkat 2 ada juga yang diperingkat 3. Partai lain yang masuk kelompok 10 besar adalah PKS, PAN, PPP, PKB, Gerindra, Hanura dan PBB (lihat Tabel).
1 Partai Demokrat 20,4
2 Partai Golkar 14,8
3 PDI Perjuangan 14,4
4 PKS 8,6
5 PAN 5,8
6 PPP 5,4
7 PKB 5,1
8 Gerindra 4,5
9 Hanura 3,8
10 PBB 1,7
Peningkatan suara Partai Demokrat (PD) yang sangat siknifikan pada Pemilu 2009 dibandingkan Pemilu 2004, sungguh sangat luar biasa. Banyak pengamat yang menyebutkan hal itu terjadi akibat adanya Faktor SBY pada peristiwa ini. Pribadinya yang tidak meledak-ledak dan antikorupsi, antara lain tidak pandang bulu dengan menegakkan korupsi, disebut-sebut sebagai faktor penting yang menyebabkan kesuksesan PD. Hal ini dapat dimengerti mengingat tokoh lain di PD, saat ini bukan saja tidak terkenal tetapi dirasakan kurang menonjol, kecuali nama-nama seperti Andi Malarangeng dan Anas Urbaningrum.
Lalu kenapa Partai Golkar (PG) dan PDI Perjuangan (PDI-P) kini terseok-seok? Tentu akan banyak alasan yang bisa dikemukakan, antara lain akibat tuntutan perubahan yang gencar disampaikan para pemilih, juga “dosa-dosa masa lalu” yang sering begitu kejam tidak mengenal ampun. Memang masyarakat belum mempunyai referensi yang cukup mengenai profesional yang ada di PD. Masyarakat belum melihat para ahli yang cukup pada jajaran PD, terutama dukungan ahli ekonomi dan politik yang cukup memadai seperti yang kini banyak terdapat di PG dan PDI-P.
Kemenangan PD memang belum final dan masih menunggu hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang baru resmi sekitar 2 minggu setelah Pemilu. Persentasenya juga belum cukup kuat, baru sekitar seperempat dari suara yang ikut memilih. Tetap saja PD belum bisa melangkah santai untuk menuju Senayan, apalagi menjamin bahwa Presiden SBY sudah pasti menjadi presiden pada pemilihan Presiden/Wapes pada bulan Oktober 2009 yang akan datang. Pertentangan yang lebi dahsyat tetap akan terjadi di depan, dan tugas para kader pemenang Pemilu masih sangat berat, terutama dalam rangka menjalin koalisi awal paska Pemilu Legislatif ini.
Sampai saat ini, koalisisi PD pada Pemilu 2004, kelihatannya masih tetap prospektif dan cukup solid, seperti PKS, PAN, PPP dan PBB. Sementara 2 partai pendatang baru yang cukup menggelora, Partai Gerindra Pimpinan Prabowo dan Partai Hanura Pimpinan Wiranto sudah menyatakan tidak ke Partai demokrat dan terlihat mulai dekat dengan PDI Perjuangan yang nyata-nyata menolak untuk berkoalisi dengan PD. Kalau aliansi PG dan PDI-P serta beberapa partai lain membentuk kekuatan sendiri yang berbeda dengan lingkaran PD cs, sangat menarik untuk mengamati perkembangan peta politik nasional Paska Pemilu Legislatif 2009 ini. Kedua kubu ini sama-sama akan didukung oleh kekuatan yang cukup berimbang pada kisaran antara 40 sampai dengan 45% suara. Tentu saja, kegiatan menjelang Pemilu Presiden pada bulan Oktober mendatang akan semakin menarik dan menggairahkan.
Kita tentu saja berharap, para legislator pada periode 2009 – 2014, benar-benar mampu menjalankan profesi legislator secara profesional. Masyarakat sudah muak dengan legislator yang rakus kepada uang dan memainkan sidang-sidang DPR dalam rangka memaksa untuk mendapatkan uang. Masyarakat tidak lagi bisa dibutakan oleh para pemeras yang hanya berharap bisa mendapatkan uang hasil Fit and Proper Test yang selama ini bergentayangan sedemikian bebas. Kita perlu terpesona dengan sidang-sidang DPR yang ditampilkan oleh legislator yang berbobot. Hari ini, para pimpinan partai politik perlu mempunyai agenda untuk meningkatkan derajat anggotanya dengan selalu melakukan up-grading terhadap kualitas anggotanya secara terus menerus. Suasana persidangan yang sepi karena para anggota melaksanakan objek lain di luar sidang, sangat memalukan kalau ke depannya masih tetap terjadi dan dianggap kejadian biasa-biasa saja. Pemenuhan daftar hadir anggota sekedar formalitas, terlalu memuakkan untuk terus dipertahankan. Pimpinan partai politik perlu melakukan pemantauan akan aktivitas dan kualitas angotanya yang duduk di kursi DPR tanpa pandang bulu. Para anggota DPR, termasuk DPRD I, II dan DPD, perlu mempertanggungjawabkan amanat masyarakat yang telah diberikan kepadanya melalui pencontrengan dalam Pemilihan Umum. Apalagi biaya gaji (honor) yang diberikan kepadanya juga tidak sedikit.
Permintaan kami tidaklah muluk-muluk. Berikan kami kebanggaan kepada anda karena anda adalah wakil kami yang terhormat, yang intelek, punya integritas dan reputasi.
Friday, 10 April 2009
Pemilu 2009
toto zurianto
Sampai dengan Jum'at Siang (10.30), Partai Demokrat pimpinan Presiden SBY masih mendominasi hasil Quick Count beberapa lembaga survei (LSI, CIRUS, LP3ES, LSN, dan Lingkaran)dengan perolehan suara sekitar 20,4% disusul oleh Golkar dan PDIP yang berbeda-beda diantara lembaga survey tersebut, tetapi keduanya antara 14,2 sampai dengan 14,8%. selanjutnya PKS (7,8%), PAN (5,8%), PPP (5,3%), dan PKB (5,1%). Dua kuda hitam, Gerindra-nya Prabowo menyodok diurutan 8 dengan suara 4,6% yang disusul oleh Hanura (3,8%), dan PBB (1,7%).
Kecuali Presiden SBY yang diperkirakan akan melenggang sebagai Capres dengan opsi besar untuk memilih CaWapesnya dari manapun yang dikehendakinya, para Capres lain diperkirakan akan melakukan manuver yang cukup bervariasi dan tidak mudah untuk menyusun Tim terbaiknya pada pemilihan calon Presiden bulan Oktober nanti.
Apabila tidak ada perubahan berarti antara hasil perhitungan Quick Count lembaga survei ini dengan hasil resmi KPU pada 2 minggu yang akan datang, perlu dipertimbangkan untuk segera mengurangi jumlah partai politik, mungkin idealnya maksimal hanya 10 partai, bukan 44 partai sebagaimana saat ini. Partai yang lain di luar 10 besar, diharapkan bisa bergabung dengan salah satu dari partai 10 besar itu. Jumlah 10 partai ini sama dengan Pemilu tahun 1971.
Sampai dengan Jum'at Siang (10.30), Partai Demokrat pimpinan Presiden SBY masih mendominasi hasil Quick Count beberapa lembaga survei (LSI, CIRUS, LP3ES, LSN, dan Lingkaran)dengan perolehan suara sekitar 20,4% disusul oleh Golkar dan PDIP yang berbeda-beda diantara lembaga survey tersebut, tetapi keduanya antara 14,2 sampai dengan 14,8%. selanjutnya PKS (7,8%), PAN (5,8%), PPP (5,3%), dan PKB (5,1%). Dua kuda hitam, Gerindra-nya Prabowo menyodok diurutan 8 dengan suara 4,6% yang disusul oleh Hanura (3,8%), dan PBB (1,7%).
Kecuali Presiden SBY yang diperkirakan akan melenggang sebagai Capres dengan opsi besar untuk memilih CaWapesnya dari manapun yang dikehendakinya, para Capres lain diperkirakan akan melakukan manuver yang cukup bervariasi dan tidak mudah untuk menyusun Tim terbaiknya pada pemilihan calon Presiden bulan Oktober nanti.
Apabila tidak ada perubahan berarti antara hasil perhitungan Quick Count lembaga survei ini dengan hasil resmi KPU pada 2 minggu yang akan datang, perlu dipertimbangkan untuk segera mengurangi jumlah partai politik, mungkin idealnya maksimal hanya 10 partai, bukan 44 partai sebagaimana saat ini. Partai yang lain di luar 10 besar, diharapkan bisa bergabung dengan salah satu dari partai 10 besar itu. Jumlah 10 partai ini sama dengan Pemilu tahun 1971.
Wednesday, 8 April 2009
Monday, 6 April 2009
Formula I dari Sirkuit Sepang Malaysia (5 April 2009)
toto zurianto
Balap mobil Formula I sore ini di Sepang, cukup kontroversial, diberhentikan pada laps 32 dari 56 laps yang direncanakan akibat hujan deras. Biasanya kalau sudah mencapai lebih 75% dari balapan yang direncanakan, cukup sering balap F1 diberhentikan, dan pemenangnya sesuai urutan terakhir dan mendapatkan point penuh. Tapi pada balapan sore ini, karena masih di bawah 75%, point yang didapat semua pembalap hanya 50%-nya.
Hal menarik dari 2 seri F1 2009 yang sudah dilaksanakan (Melbourne dan Sepang) adalah, kini tim-tim besar yang selama lebih 10 tahun terakhir mendominasi, kini masih terseok-seok di belakang tanpa point, atau hanya mendapat sedikit point (di Sepang Lewis Hamilton dari McLaren berada di posisi 7 dengan point 1, 50% dari nilai 2). Sementara BrawnGP, reinkarnasi Tim Honda yang baru berdiri beberapa saat sebelum kalender 2009 berlangsung, so far menunjukkan performance yang sangat bagus. Tim yang dipunggawai oleh Ross Brawn, mantan Direktur Teknik Ferrari yang hebat itu dengan pembalap senior Jenson Button dan Rubens Barrichello, mantap di posisi teratas. Kita tunggu, apakah ini kehancuran Ferrari, McLaren, dan Renault, atau hanya sensasi sesaat ala BrawnGP, Toyota, dan BMW Sauber?
Balap mobil Formula I sore ini di Sepang, cukup kontroversial, diberhentikan pada laps 32 dari 56 laps yang direncanakan akibat hujan deras. Biasanya kalau sudah mencapai lebih 75% dari balapan yang direncanakan, cukup sering balap F1 diberhentikan, dan pemenangnya sesuai urutan terakhir dan mendapatkan point penuh. Tapi pada balapan sore ini, karena masih di bawah 75%, point yang didapat semua pembalap hanya 50%-nya.
Hal menarik dari 2 seri F1 2009 yang sudah dilaksanakan (Melbourne dan Sepang) adalah, kini tim-tim besar yang selama lebih 10 tahun terakhir mendominasi, kini masih terseok-seok di belakang tanpa point, atau hanya mendapat sedikit point (di Sepang Lewis Hamilton dari McLaren berada di posisi 7 dengan point 1, 50% dari nilai 2). Sementara BrawnGP, reinkarnasi Tim Honda yang baru berdiri beberapa saat sebelum kalender 2009 berlangsung, so far menunjukkan performance yang sangat bagus. Tim yang dipunggawai oleh Ross Brawn, mantan Direktur Teknik Ferrari yang hebat itu dengan pembalap senior Jenson Button dan Rubens Barrichello, mantap di posisi teratas. Kita tunggu, apakah ini kehancuran Ferrari, McLaren, dan Renault, atau hanya sensasi sesaat ala BrawnGP, Toyota, dan BMW Sauber?
Friday, 3 April 2009
Berani Melihat Kekurangan
toto zurianto
Leadership Series 1
BERANI MELIHAT KEKURANGAN
Tidak mudah untuk melihat kekurangan diri sendiri. Kita secara umum sangat suka menjadi yang terbaik diantara sekelompok orang lain. Rasanya gimana gitu, kalau kita selalu dipuji-puji, terutama di dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh banyak orang. Sementara, tidak sedikit pula orang-orang yang hobby-nya memuji-muji orang lain, bahkan untuk prestasi yang biasa-biasa saja, belum luar biasa, dan belum banyak berbeda dengan orang lain. Kita bisa menjumpai, banyak sekali forum (pertemuan) yang sebagian pesertanya mencoba memuji sebagian peserta yang lain. Pokoknya kebanyakan orang yang hadir, mencoba saling memuji, seolah-olah sudah mencapai suatu prestasi yang mengagumkan.
Bagaimana sikap kita terhadap pujian-pujian yang belum pantas itu? Pertama, sekedar senang dalam hati, tidaklah salah. Penting bagi kita untuk mencari tahu, kenapa orang lain memuji diri kita. Apakah pujian itu sebagai pernyataan tulus karena terbukti kita sudah memberikan sesuatu yang bermanfaat (penting), atau bukan? Kalau kita sulit mencari alasan-alasan logis atas pujian itu, sebaiknya kita “biasa-biasa” saja. Kita perlu berusaha untuk tidak melambung atas pujian.
Memang bersikap tenang atau humble, tidaklah mudah. Sikap untuk berperilaku rendah hati ini, memerlukan pengendalian diri yang kuat, bahkan perlu didukung oleh keberanian yang luar biasa.
Bagaimana caranya, kalau kita yang sebenarnya baru biasa-biasa saja, tetapi dipuji-puji secara luar biasa. Kita akan tertekan, kalau apa yang dibicarakan orang, ternyata banyak yang tidak benar. Tenyata, ada banyak hal yang tidak mampu kita lakukan. Ternyata banyak hal yang tidak bisa kita selesaikan, tidak semua persoalan bisa kita kendalikan, tidak semua variable berada dalam penguasaan kita. Kita seperti melihat diri kita yang penuh kekurangan sementara orang lain memberikan pujian yang begitu mempesona.
Ini adalah ujian penting bagi para calon Pemimpin. Tidak ada cara lain, kecuali kita melakukan improvement atas kekurangan itu. Tidak semua hal harus kita ketahui, karena itu kita tidak perlu khawatir karena dianggap tidak mengetahui segala hal. Hanya saja, pada bidang kita, kita tetap harus setidak-tidaknya berada pada level yang tidak mengecewakan. Jangan sampai para bawahan kehilangan confident kepada kita dan menganggap kita tidak mengetahui apa-apa.
Leadership Series 1
BERANI MELIHAT KEKURANGAN
Tidak mudah untuk melihat kekurangan diri sendiri. Kita secara umum sangat suka menjadi yang terbaik diantara sekelompok orang lain. Rasanya gimana gitu, kalau kita selalu dipuji-puji, terutama di dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh banyak orang. Sementara, tidak sedikit pula orang-orang yang hobby-nya memuji-muji orang lain, bahkan untuk prestasi yang biasa-biasa saja, belum luar biasa, dan belum banyak berbeda dengan orang lain. Kita bisa menjumpai, banyak sekali forum (pertemuan) yang sebagian pesertanya mencoba memuji sebagian peserta yang lain. Pokoknya kebanyakan orang yang hadir, mencoba saling memuji, seolah-olah sudah mencapai suatu prestasi yang mengagumkan.
Bagaimana sikap kita terhadap pujian-pujian yang belum pantas itu? Pertama, sekedar senang dalam hati, tidaklah salah. Penting bagi kita untuk mencari tahu, kenapa orang lain memuji diri kita. Apakah pujian itu sebagai pernyataan tulus karena terbukti kita sudah memberikan sesuatu yang bermanfaat (penting), atau bukan? Kalau kita sulit mencari alasan-alasan logis atas pujian itu, sebaiknya kita “biasa-biasa” saja. Kita perlu berusaha untuk tidak melambung atas pujian.
Memang bersikap tenang atau humble, tidaklah mudah. Sikap untuk berperilaku rendah hati ini, memerlukan pengendalian diri yang kuat, bahkan perlu didukung oleh keberanian yang luar biasa.
Bagaimana caranya, kalau kita yang sebenarnya baru biasa-biasa saja, tetapi dipuji-puji secara luar biasa. Kita akan tertekan, kalau apa yang dibicarakan orang, ternyata banyak yang tidak benar. Tenyata, ada banyak hal yang tidak mampu kita lakukan. Ternyata banyak hal yang tidak bisa kita selesaikan, tidak semua persoalan bisa kita kendalikan, tidak semua variable berada dalam penguasaan kita. Kita seperti melihat diri kita yang penuh kekurangan sementara orang lain memberikan pujian yang begitu mempesona.
Ini adalah ujian penting bagi para calon Pemimpin. Tidak ada cara lain, kecuali kita melakukan improvement atas kekurangan itu. Tidak semua hal harus kita ketahui, karena itu kita tidak perlu khawatir karena dianggap tidak mengetahui segala hal. Hanya saja, pada bidang kita, kita tetap harus setidak-tidaknya berada pada level yang tidak mengecewakan. Jangan sampai para bawahan kehilangan confident kepada kita dan menganggap kita tidak mengetahui apa-apa.
Subscribe to:
Posts (Atom)