toto zurianto
Selalu menjadi perdebatan sengit untuk mempersiapkan calon pemimpin. Bagi organisasi modern, apakah usaha swasta atau perusahaan milik pemerintah, pertanyaannya selalu sama. Apakah mereka sudah menyiapkan calon pengganti untuk memimpin perusahaan/organisasi?
Hanya organisasi yang sedikit maju, biasanya memiliki strategi pengembangan calon pemimpin, atau talent management system. Tentunya dengan bantuan sistem-sistem human capital yang terbaik, apakah HR competency-based system, people assessment, learning and development, leadership and mentoring program. Juga dukungan performance appraisals system dan reward and punishment yang harus tersedia dan konsisten dijalankan.
Namun demikian, secara umum, implementasinya lebih banyak yang jalan di tempat, alias panas-panas taik ayam! Bukan hanya karena sistemnya yang mungkin belum tersedia secara penuh, tetapi lebih kepada kesiapan para pemimpin yang menjalankan sistem. Terlalu bersikap akomodatif dan banyak melakukan modifikasi sehingga tidak berjalan secara tegas.
Tentu saja konsekuensinya adalah minimnya calon pemimpin yang muncul dan lebih dipersiapkan secara baik. Banyak muncul orang-orang yang tidak mempunyai track record yang teruji. Ada kecenderungan munculnya pemimpin dadakan, tidak mature dan dengan keputusan yang sering bersifat kontroversial.
Biarkan mengalir; Orang terbaik akhirnya akan muncul juga.
Mempersiapkan calon pemimpin memang penting. Tapi bukan sesuatu yang mudah dilaksanakan. Bagi sebuah organisasi, salah satu yang harus tersedia dan dijalankan adalah mempersiapkan sistem-sistem HR yang bisa mendukung terjadinya proses kompetisi secara sehat. Sebuah proses alamiah yang bisa melahirkan orang hebat, tetapi tidak secara khusus sebagai upaya mempersiapkan pemimpin. Proses HR yang membuat SDM terbaik menjadi termotivasi untuk memberikan kontribusi maksimal bagi organisasi. Ini sekaligus sebagai kawah candra dimuka untuk melakukan proses seleksi secara alamiah. Sistem-sistem yang mampu membakar semangat dan membangun motivasi, pasti akan membuat orang-orang terbaik muncul secara otomatis. Kita harus bisa melahirkan sistem seperti ini yang akan membuat orang mampu memberikan 100% kemampuannya. Ini salah satu cara yang disebut Rajeev Peshawaria, penulis buku "Be the Change; Essay on Leadership and Governance" (2015) sebagai Sistem Suksesi yang akan membuat yang terbaik akan muncul secara alamiah, atau "Succession Planning: Let the Cream Naturally Rise to the Top".
Jadi Talent Management System, bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan pelaksanaannya. Kalau kita tidak konsisten menggunakan sistem HR yang terpadu, jangan mimpi memiliki sistem suksesi yang hebat. Kita memerlukan perilaku atau sikap untuk mudah melakukan diferensiasi dan bertanggung jawab menjalankannya. Kalau kita masih suka menggunakan pendekatan pilih kasih dan terlalu melindungi orang-orang yang kurang kompeten, mana mungkin memiliki sistem talent management yang bagus. Pasti akan sulit melahirkan para Pemimpin masa depan yang membawa organisasi lebih profesional dan kompetitif.
No comments:
Post a Comment