Perseteruan antara Jusuf Kalla (JK) dengan Rizal Ramli (RR) dalam kacamata manajemen perubahan dan kepemimpinan, menurut saya lebih sebagai tipe dan pilihan. Tipe Kepemimpinan yang kuat, ekstrovert dan kreatif-inovatif, atau Tipe yang suka lama berpikir, hati-hati, aman, introvert, tapi lebih banyak jalan di tempat.
Presiden Jokowi, sebenarnya, meskipun lebih hati-hati dan aman, tetapi bisa memilih. Apakah menjalankan Kabinet menurut Tipe JK yang sama dengan Tipe RR, atau seperti anggota Kabinet lain yang suka menyelesaikan masalah secara diam-diam. Jangan sampai ada "sesuatu" yang sampai ketahuan ke publik. Tidak harus membohongi publik, tetapi publik tidak disertakan, tidak ikut membahas, apalagi memberikan kritik.
Sebelum Rizal berteriak, tidak ada yang peduli tentang proses pengadaan 35 ribu MW listrik. Tapi tentang rencana pengadaan pesawat Airbus A-350 Garuda memang sudah diketahui, hanya kurang dipahami bagaimanana pengaruhnya terhadap budget, nilai tukar Rupiah yang tertekan, dan kesiapan Garuda berkompetisi di jalur Eropa dan Amerika.
Kini kita tahu apa yang terjadi, apakah itu bagus atau tidak bagus? Substansinya seharusnya bagus. Kita bisa berdebat untuk mencari yang terbaik. Kita bisa melihat apakah semua prosesnya dijalankan secara govern atau mencla-mencle. Kita dapat mempertimbangkan untuk tidak melakukan praktek KKN yang sangat menyengsaraakan rakyat.
Jadi sejak era reformasi, seharusnya kita tidak mempunyai pilihan lain, kecuali yang serba transparant, harus didasarkan pada sesuatu yang paling adilbukan lagi ptaktek KKN. Kolusi dan Nepotisme harus ditempatkan pada tatanan penting yang jadi prioritas untuk dibasmi. Kita sudah cukup maju untuk memberantas praktek Korupsi. Tapi soal Kolusi dan Nepotisme dianggap bukan masalah. Berpijak pada aturan main yang harus adil terhadap semua orang, sering kita menempatkan praktek Kolusi dan Nepotisme sebagai sesuatu yang wajar dan tidak diskriminasi.
Jadi, tinggal pilih, mau diam alon-alon waton kelakon, atau gaya Rizal yang sebenarnya sama dan sebangun dengan gaya JK. Kritik saja, jangan Lemas. Terima Kritikan, jangan Marah. Balaslah setiap kritikan dengan Kebenaran. Tidak perlu damai kalau hasil akhrinya menyengsarakan bangsa dan rakyat. Kita perlu inovasi, kreatifitas, dan sedikit ramai.
Rizal Ramli, "saya menantang Pak JK untuk diskusi terbuka" |
Sebenarnya Tipe Pak JK sama dan sebangun dengan Rizal Ramli! |
Keterbukaan Kabinet membuat masyarakat bisa menilai yang terbaik! |
No comments:
Post a Comment