Wednesday, 19 August 2015

Rizal Ramli Nantang JK; Kita Memerlukan Kritik!

toto zurianto

Belum sehari dilantik sebagai Menteri Kordinator, Rizal Ramli langsung unjuk gigi. Tidak tanggung-tanggung, Dia langsung mempertanyakan kebijakan pemerintah yang dinilainya Inefisien. Tudingan Rizal langsung menohok beberapa orang, terutama Wapres JK dan Menteri BUMN Rini Suwandi. Terutama mengenai pengadaan 35 ribu MW listrik dan rencana Garuda membeli 30 pesawat badan lebar baru jenis Airbus A-350 untuk merebut pasar jarak jauh ke Eropa dan Amerika Serikat. Pengadaan 35 ribu MW dinilai hanya akan memberikan beban kepada negara dan kurang dilakukan secara transparant. Lalu Garuda dinilai belum memiliki kemampuan untuk bersaing di Eropa sehingga akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban membayar hutang yang semakin meningkat.
Proyek besar itu, pengadaan listrik 35 ribu MW dan Pembelian Airbus A350, menurut Rizal, tidak perlu dilanjutkan.

Lalu hebohlah Republik. Tentu saja juru bicara dan pendukung JK, termasuk Menteri BUMN, menantang habis Rizal untuk tidak mencampuri urusan Kementerian lain. Bukan saja secara teknis yang mungkin tidak diketahui Rizal, tetapi juga secara Etika, Rizal dinilai sudah diluar konteks, tidak sopan, dan nyeleneh. Para Menteri jadi Heboh, Rizal dinilai sudah membuka aib internal.

Tapi Rizal tidak diam dan semakin membuat gaduh. Dia juga menantang JK untuk melakukan debat publik dan yakin bahwa untuk kepentingan negara, proyek 35 ribu MW listrik harus dibatalkan.
Publik, tentu saja, Pers jadi ramai. Tidak ada penyelesaian.
Kabinet dinilai tidak kompak. Ada masalah di Kabinet yang tidak terselesaikan. Seharusnya semua dilakukan di internal kabinet, bukan diumbar untuk konsumsi publik. Apakah Rizal salah? Atau bagaimana esensi proyek pengadaan listrik 35 ribu MW bagi kepentingan negara dan bangsa? Lalu apakah Garuda salah jika memesan pesawat berbadan lebar A-350?

Ada komunikasi penting yang harus dilakukan pemerintah. Kita perlu mengetahui bagaimana cara pemerintah membangun proyek listrik raksasa itu? dari mana pendanaannya dan dimana lokasinya? Lalu bagaimana proses tendernya, apakah ada pengawalan khusus sehingga bisa mencegah kegiatan kong kali kong? Ini penting untuk dijelaskan. Jangan sampai listrik jalan tersendat, proyek selesai, tapi banyak persoalan dan akhirnya memunculkan banyak korbannya. Rakyat tidak mengetahui kegiatan pengadaan listrik secara detail. PLN atau Kementerian Energi belum pernah menjelaskan. Karena itu, penting untuk mempersoalkan esensi proyek terlebih dahulu.

Lalu apakah Rizal salah? Ini tergantung dari mana kita memberikan penekanan. Juga tergantung kepada selera untuk memahami karakter dan sifat-sifat seseorang.
Apabila dilihat dari pengalaman selama ini, khususnya dari sisi karakter, sebenarnya Rizal cukup mirip dengan JK. Mereka termasuk pemimpin hebat yang bersuara lantang, kritis, dan tidak pandang bulu. Jadi apa yang dilakukan Rizal, sama dan sangat mirip dengan apa yang selama ini dilakukan JK. Ini sesuatu yang sebenarnya masih sangat diperlukan di negara kita. Bersikap kritis, tidak ikut arus dan tentunya dengan dukungan informasi yang lebih baik, adalah sesuatu yang sangat kita inginkan.
Kita kekurangan pemimpin yang tidak mempersoalkan jabatannya. Kita mendambakan para pembantu Presiden yang kritis dan tidak alergi memberikan kritik atau tidak cepat marah apabila dikritik. Persoalannya memang sering terlihat "sedikit kurang sopan". Memberikan kritik memang harus menyakitkan. Mengganggu comfort zone seseorang. Tapi itulah yang lebih penting. Jangan sampai Republik ini, apalagi para pejabat pentingnya, terlalu dipenuhi oleh orang yang bermental Yes Man yang sangat Ewuh Pakewuh! Apa boleh buat, saat ini kita memang sedang memerlukan orang-orang seperti itu, mampu memberikan kritik dan tidak alergi ketika ada orang yang memberikan kritik. Kritik memang lebih baik terbuka. Itu sekaligus akan menguji pandangan seseorang, apakah memiliki landasan profesional yang kuat dan jelas, atau sekedar menjalankan kegiatan dan menghabiskan anggaran yang terlihat wah.
Ayo Rizal, juga siapa saja, jangan berhenti memberikan kritik. Ayo JK, juga siapa saja, jangan juga alergi apabila ada yang mengkritik anda. Tipe Kepemimpinan seperti anda yang sangat Straight-Forward, sangat kita butuhkan. Persaingan ekonomi dunia ke depan, hanya bisa dilakukan ketika kita memiliki tingkat competitiveness yang tinggi. Mana bisa maju, kalau upaya meningkatkan efisiensi tidak kita biasakan. Para Menteri sebaiknya tidak Adem Ayem dan Senyum-senyum saja. Gesekan sesuatu yang biasa dan memang kita perlukan.

No comments: