Tuesday 4 August 2009

People NOT Your MOST Important Asset

toto zurianto

Pendekatan pengelolaan SDM berdasarkan Human Capital Strategy selalu menggunakan jargon bahwa pegawai adalah harta perusahaan yang paling berharga (people is our most important asset). Bagi Jim Collins (Good to Great), pendapat itu tidak selalu dibenarkannya. Pegawai, ada yang bisa menjadi harta paling berharga, tetapi ada juga harta yang tidak berharga. Sama seperti memperlakukan suatu kredit pada sebuah bank komersial yang mengkategorikan asetnya (kredit yang disalurkan) atas beberapa tingkatan, ada yang disebutnya non performing loan/assets, atau kredit macet yang pada tingkatan paling tinggi harus di-back-up oleh 100% aset senilai kas. Hanya kredit yang bagus yang patut dipertahankan dan bahkan diperluas!

Pegawai, juga seperti itu, hanya yang benar-benar "on", atau yang Top Performance dan Middle Performance yang pantas disebut aset perusahaan yang paling berharga. Sedangkan yang masuk kategori Low Performance, tentunya harus melalui berbagai tahapan sehingga bisa keluar dari sebutan pegawai macet yang apabila tidak diperbaiki, harus dikeluarkan dari neraca pegawai sehingga bisa mengurangi beban atau biaya bagi perusahaan.

Kemampuan seorang Pimpinan/Manajer, menurut Jim Collins, bukan saja keahliannya untuk menetapkan direction, atau visi dan strategi perusahaan dalam rangka memperjuangkan kemenangan dalam persaingan, tetapi yang juga harus sama pentingnya adalah kemampuannya untuk menetapkan, atau memilih orang-orang yang memenuhi komitmen dan kompetensi untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan. Ini yang disebutnya sebagai "they first got the right people on the bus, and the wrong people off the bus, and then figured out where to drive it". Penting sekali untuk mempunyai kemampuan menetapkan antara pegawai yang diperlukan perusahaan dengan yang kurang bermanfaat. Ini kemampuan yang sering tidak mudah untuk dilakukan, bahkan banyak sekali pemimpin/Line Manajer yang "mendua" menghadapi sikap seperti ini. Nuraninya mengatakan orang ini tidak memenuhi syarat, tetapi sisi yang lain adalah kekhawatiran dan sedikit ketakutan dengan alasannya kurang tepat. Ada juga akibat keinginan untuk dianggap populis dan "pemimpin yang baik" atau supaya banyak orang yang berterimakasih atas bantuannya.

Dalam era yang semakin ketat untuk bersaing, tidak ada pilihan bagi pemimpin/Line Manager kecuali untuk selalu mempunyai ketegasan dalam memilih. Kekeliruan dan kelemahan pemimpin, dalam jangka panjang akan merugikan perusahaan, pemimpin itu sendiri, bahkan bagi pegawai yang low performance yang dilindungi oleh pemimpin yang kurang tegas. Banyak pegawai yang dilindungi selama bertahun-tahun sehingga yang bersangkutan bahkan tidak menyadari bahwa sebenarnya yang bersangkutan mempunyai banyak kelemahan yang tak terungkap yang sebenarnya kualitasnya seharusnya berada pada tahap yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu, kemampuan untuk menetapkan kategori performance seseorang, termasuk tingkat potensinya, adalah tuntutan penting yang harus selalu dialamatkan kepada Pimpinan/Line Manager. Jangan ragu untuk memilih orang yang pantas untuk ikut dalam bus anda (get on the bus), dan dengan segala hormat, meminta yang masih belum memenuhi persyaratan, untuk berupaya dan belajar agar lebih baik dan mampu untuk bersaing.

No comments: