toto zurianto
Jim Collins, dalam Good to Great; Why some companies make the leap ..... and others don't, mengemukakan mengenai Level Five Leadership (kepemimpinan tingkat kelima), yaitu orang atau pemimpin yang mempertimbangkan secara bersamaan aspek pencapaian kinerja organisasi yang superb(Professional Will) dengan sifat-sfat kemanusiaan tingkat tinggi yang sangat menghargai hubungan-hubungan antar orang Personal Humility). Pertimbangan professional will, sudah banyak dibahas orang, pasti, mengenai prestasi perusahaan/organisasi yang sangat hebat dan bersifat sustainable. Suatu pencapaian yang semata-mata akibat perencanaan dan eksekusi yang hebat, bukan akibat kebetulan atau fasilitas. Sedangkan soal Personal Humility, ini menjadi bagian khusus dari pernyataan Jim Collins, "It demonstrates a compelling modesty, shunning public adulation, never boasttful". Orang-orang yang tidak banyak cakap (tidak banyak omong), tenang tetapi penuh determinasi, berpegang teguh pada prinsip namun selalu diwarnai oleh standard yang jelas. Pemimpin yang tidak mengandalkan kekuatan kharisma untuk memotivasi orang lain. Pokoknya, seperti layaknya pemimpin perusahaan besar, para pejabat tinggi, panutan (role model), dan sebagai pemimpin kelas dunia!
Bagaimana agar kita bisa meningkatkan personal humility ini? Ini beberapa persyaratan utama yang perlu dimiliki oleh Pemimpin Kelas Dunia!
Pertama, tidak mengambil kredit atas prestasi yang dijalankan, bahkan sering memberi kredit kepada bawahan/anggota tim.
Kedua, selalu suka menerima tanggung jawab atas kesalahan bawahan/anak buah. Bukan sebaliknya, kalau salah, hobby-nya memarah-marahi anak buah, kalau ada prestasi, di-klaim, seolah-olah miliknya sendiri. Lebih hebat, banyak juga pemimpin yang secara sombong tidak mau mengikuti saran bawahan, tetapi ketika gagal, justru menyalahkan anak buahnya sendiri.
Ketiga, sangat jarang menggunakan kata “aku” selalu “kita” atas hal-hal yang telah dicapai. Tidak merasa yang paling hebat dan paling pintar!
Keempat, suka berbicara tentang perusahaan dan masa depannya atau prestasi orang lain. Bukan prestasi diri sendiri dan cerita lama yang pernah dicapainya. Jangan suka nostalgia!
Kelima, jika berhasil, selalu orang lain yang diapresiasinya. I don’t think I can take much credit, we were blessed with marvelous people. Dia juga suka mengatakan, "oh there are plenty of people in this company who could do my job better than I do".
Sudahkah kita mempunyai banyak pemimpin kelas dunia? Sudahkan anda menyiapkan diri anda untuk meningkatkan nilai kemanusiaan diri anda sendiri? Inilah aspek hati yang harus kita tempa dan kita kembangkan!
No comments:
Post a Comment